Komando Pasukan Gerak Cepat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 98:
=== Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) ===
[[Berkas:Pasukankhasparade.jpg|jmpl|240px|kiri|Paskhas dalam parade]]
Pada masa awal kemerdekaan, dalam konsolidasi organisasi Badan Keamanan Rakyat Oedara (BKRO) membentuk Organisasi Darat yaitu Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP). PPP dibutuhkan untuk melindungi pangkalan-pangkalan udara yang telah direbut dari tentara Jepang terhadap serangan Belanda yang pada waktu itu ingin kembali menduduki wilayah Republik Indonesia. Pimpinan BKR saat itu baik Letjen Soedirman maupun Komodor (U) [[SuryadiSoerjadi SuryadarmaSoerjadarma]] berpendapat bahwa Belanda pasti akan menyerang ibu kota RI di Yogyakarta lewat udara. PPP saat itu masih bersifat lokal, yang dibentuk di pangkalan-pangkalan udara seperti di Pangkalan Udara Bugis ([[Malang]]), Maospati ([[Madiun]]), Mojoagung ([[Surabaya]]), Panasan ([[Solo]]), Maguwo ([[Yogyakarta]]), Cibeureum ([[Tasikmalaya]]), Kalijati ([[Subang]]), Pamengpeuk ([[Garut]]), Andir dan Margahayu ([[Bandung]]), Cililitan dan Kemayoran ([[Jakarta]]) dan pangkalan-pangkalan udara di luar pulau Jawa seperti Talang Batutu ([[Palembang]]), Tabing ([[Padang]]) dll.
 
==== Agresi Militer I dan II Belanda ====
Baris 109:
PPP inilah yang merupakan cikal bakal dari Pasukan Payung (pasukan berparasut) setelah pada tanggal 12 Februari 1946 melakukan percobaan latihan penerjunan yang pertama kali di Pangkalan Udara Maguwo [[Yogyakarta]] dengan menggunakan payung (parasut) dan pesawat terbang peninggalan Jepang.
 
Penerjunan pertama yang semuanya dilaksanakan oleh 3 orang Indonesia baik penerbangnya maupun penerjunnya, berlangsung menggunakan tiga buah pesawat Churen. Penerbang AdisuciptoAdisoetjipto menerjunkan Amir Hamzah, penerbang IswahyudiIswahjoedi menerjunkan Legino dan penerbang M. SuhodoSoehodo menerjunkan Pungut. Penerjunan pertama di alam Indonesia merdeka yang berlangsung di Pangkalan Udara Maguwo tersebut disaksikan oleh Kepala Staf BKRO Komodor (U) [[SuryadiSoerjadi SuryadarmaSoerjadarma]] dan Panglima Besar Letjen [[SudirmanSoedirman]] serta petinggi BKR lainnya. Penerjunan yang dilaksanakan pada ketinggian 700 meter, sebagai pengawas kesehatannya adalah Drdr. Esnawan.
 
Penerjunan kedua diadakan di Pangkalan Udara Maguwo tanggal 8 Maret 1947 pada saat ''wing day'' yang merupakan terjun bebas (''free fall'') pertama di Indonesia dilakukan oleh Opsir Udara I Soedjono dan Opsir Muda Udara I Soekotjo dengan penerbang Gunadi dan [[Adisucipto]]. Penerjunan ini disaksikan oleh Presiden [[SukarnoSoekarno]], Wakil Presiden [[Mohammad Hatta]], para petinggi BKR serta masyarakat luas.<ref>Awal Kedirgantaraan di Indonesia. Perjuangan AURI 1945-1950. Yayasan Obor, 2008</ref>.
 
Pada tanggal 24 Maret 1947, kembali dilaksanakan penerjunan oleh Soedjono dan Soekotjo dalam rangka peresmian Pangkalan Udara Gadut di [[Bukittinggi]].