Masjid Al-Atiiq: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 36:
==== Kyai Sirojudin / Kyai Damarjati ====
Kyai Sirojudin atau lebih di kenal dengan nama Kyai Damarjati adalah seorang ulama Salatiga yang berperan sebagai penyebar agama Islam dan seorang Laskar Prajurit Pangeran Diponegoro. Beliau adalah sahabat dari Kyai Rono Sentiko yang merupakan sahabat seperjuangan. Beliau bertempat tinggal di Dusun Krajan Salatiga. Beliau yang dulunya berjuang bersama dengan Kyai Rono Sentiko harus berpisah karena untuk menghindari kecurigaan pihak Belanda. Maka Kyai Rono Sentiko tetap di Bancaan Kauman sedangkan Kyai Damarjati pindah ke daerah Krajan.Beliau dalam perjuangannya beliu juga mendirikan sebuah masjid yang bernama Masjid Damarjati yang didirikan pada tahun 1826 atau satu tahun setelah Masjid Besar Kauman. [2]
==== Kyai Rono Sentiko/ Ki Rono Sentiko ====
Tak banyak yang tahu mengenai sosok pahlawan yang satu ini, beliau adalah pahlawan yang menyebarkan agama Islam serta memerangi pasukan militer Pemerintahan Hindia Belanda. Beliau adalah Kyai Rono Sentiko yang sampai sekarang belum diketahui kapan lahir dan wafatnya beliau. Kyai Rono Sentiko merupakan Abdi Dalem Keraton Surakarta pada Masa Pangeran Pakubuwana VI. Kyai Rono Sentiko diutus oleh Pakubuwana VI untuk membantu Perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Kyai Rono Sentiko di Salatiga ditugaskan untuk memata-matai gerakan militer Pemerintah Kolonial Belanda.
Dalam stategi perlawanannya beliau mendirikan sebuah Masjid yang terletak di Dusun Kauman (Sekarang Masjid Besar Al-Atiiq Kauman Salatiga) yang dibangun pada tahun 1247 H (tertulis dalam mihrab tempat imam memimpin shalat) atau bertepatan pada mula perang Diponegoro yakni tahun 1825 M. Masjid tersebut di bangun disamping untuk tempat ibadah juga digunakan sebagai tempat musyawarah dan tempat menyusun strategi peperangan melawan pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Salatiga. Dalam perlawanan-nya beliau ditemani oleh dua tokoh yang juga laskar prajurit Pangeran Diponegoro yakni Kyai Sirojudin/Kyai Damarjati dan Kyai Condro.
Beliau wafat dan di makamkan di pema-kaman umum di daerah Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Kono beliau memiliki anak angkat yang menurunkan keturunan seorang Jenderal Polisi bernama Jenderal Polisi (Purn) Prof. Drs. Budi Gunawan, S.H., M.Si, Ph.D yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 11 Desember 1959. Beliau pernah menjabat sebagai WAKAPOLRI dan Kepala BIN serta sekarang beliau menjabat sebagai Ketua Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI).
==== Kyai Condro ====
Kyai Condro yang awalnya ikut mengawal Pangeran Diponegoro ke Magelang bersama 79 prajurit lainnya, saling berpencar. Sehingga, masing- masing berupaya menyelamatkan diri tanpa melalui koordinasi seperti pasukan jaman sekarang. Kyai Condro yang waktu itu belum memiliki ilmu agama (Islam) mencukupi, belakangan getol menyebarkan syiar. Di luar urusan keagamaan, ia juga menularkan ilmu bela diri, maklum, mantan veteran perang. Jadi ya ajar kalau dirinya menguasai berbagai cabang bela diri. Hal inilah yang membuat perkam-pungan sepi penduduk jadi semakin ramai hingga menjadi sebuah dusun.
Keberadaan kampung yang berubah menjadi dusun, belakangan membuat masyara-katnya makin religius sehingga membutuhkan satu tempat untuk beribadah secara berjamaah. Sayang, Kyai Condro ilmunya belum dianggap mumpuni, sehingga ia mengundang sahabatnya asal Magelang bernama Hasan Muarif yang memang piawai dalam mengupas agama Islam. Duet dua sahabat itu, akhirnya menyepakati untuk mendirikan mushola kecil yang bisa digunakan sholat berjamaah. Hingga pemeluk agama Islam semakin banyak, maka dusun tanpa nama itu mulai dikenal sebagai kawasan Muslim. Dalam perkembangannya, sesudah Kyai Condro mau pun Hasan Muarif wafat, tahun 1919 , Mushola dibongkar dan diperbesar jadi masjid
Sementara dusun yang semakin besar, atas kesepakatan masyarakat setempat dinamakan Desa Kecandran, diambil dari nama Kyai Condro. Dulunya, wilayah ini masuk Kabupaten Semarang. Setelah Salatiga mengalami pemeka-ran, akhirnya Desa Kecandran diubah menjadi Kelurahan dan termasuk Kecamatan Sidomukti hingga sekarang.[1]
== '''Arsitektur Bangunan Masjid''' ==
|