Gereja Roh Kudus, Surabaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
JasonMatthewC (bicara | kontrib)
item
Tag: tanpa kategori [ * ] VisualEditor mengosongkan halaman [ * ]
 
Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ]
Baris 1:
{{Infobox religious building|name=Gereja Katolik Paroki Roh Kudus Surabaya|image=[[File:Erka.sby1.jpg|thumb|]]|country=Indonesia|year_completed=8 Juni 2003|consecration_year=11 Juni 2008 (setelah direnovasi)|groundbreaking=23 Oktober 1999|location=Jl. Raya I Gusti Ngurah Rai No. 97, [[Keuskupan Surabaya]], Kota [[Surabaya]] , Provinsi [[Jawa Timur]]|religious_affiliation=[[Gereja Katolik Roma|Katolik Roma]]|website=www.parokirohkudus.or.id}}
Gereja Katolik Paroki Roh Kudus merupakan salah satu paroki di Keuskupan Surabaya (daerah kevikepan Surabaya Selatan). Gereja ini beralamat di Jalan I Gusti Ngurah Rai No. 97, Surabaya, berada di dalam kompleks perumahan Purimas, daerah Rungkut.
 
Gereja Katolik Paroki Roh Kudus merupakan salah satu paroki di [[Keuskupan Surabaya]] (daerah [[Keuskupan Surabaya|kevikepan Surabaya Selatan]]). Gereja ini beralamat di Jalan I Gusti Ngurah Rai No. 97, Surabaya, berada di dalam kompleks perumahan Purimas, daerah [[Rungkut, Surabaya|Rungkut]].
<br />
 
== Sejarah ==
Baris 7:
 
 
Jumlah umat yang sedemikian banyak, membuat bangunan gereja yang didesain oleh Ir. Johan Silas tampak kecil. Maka Pastor dan Dewan memutuskan untuk mengadakan 5 kali kebaktian pada hari Minggu. Tingkat kehadiran umat yang tinggi dan lokasi tempat tinggal yang sangat jauh membuat mereka harus memikirkan kembali kemungkinan pemekaran paroki dan pembangunan Rumah Ibadat yang baru sebagai jawaban atas kenyataan ini. Akhirnya sesudah 4 tahun berdirinya Gereja Gembala Yang Baik, rencana itu dimatangkan. Tanggal 12 Juni 1986, terjadi negosiasi pembelian tanah dari PT. Tegalsari Nadi. Dan segara diikuti dengan pembentukan Panitia Pembangunan Gereja yang Baru. Proses perizinan agak alot, tetapi Tuhan memberkati kita, satu tahun kemudian tepatnya tanggal 30 Juli 1987 , keluarlah surat persetujuan pendirian Gereja dari Bupati Sidoarjo. Peletakan batu  pertama, baru pada tgl 14 September oleh P. J Heijne sendiri. Dengan susah payah akhirnya rumah ibadat   itu selesai dibangun dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 5 Nopember 1988 oleh Bapak Soegondo, Bupati Sidoarjo kala itu. Keesokan harinya tanggal 16 November Gereja diberkati oleh Uskup Surabaya, Mgr. A.J. Dibjokarjono, Pr. Gereja yang terletak di perumahan wisma Tropodo. itu diberi nama <nowiki>''</nowiki>[[Paroki Salib Suci Tropodo|Gereja Salib Suci]]”, mengambil nama Salib Kristus yang Dia panggul sendiri, yang diatasnya Tubuh Kristus itu dipaku, digantung, dipertontonkan dengan olokan-olokan sadis, lalu ditikam dengan tombak akhirnya wafat demi keselamatan kita umat manusia.<ref>{{Cite web|url=https://www.parokirohkudus.or.id/|title=Paroki Roh Kudus Surabaya|last=Surabaya|first=Paroki Roh Kudus|website=www.parokirohkudus.or.id|language=id|access-date=2020-06-11}}</ref>
 
Jumlah umat yang sedemikian banyak, membuat bangunan gereja yang didesain oleh Ir. Johan Silas tampak kecil. Maka Pastor dan Dewan memutuskan untuk mengadakan 5 kali kebaktian pada hari Minggu. Tingkat kehadiran umat yang tinggi dan lokasi tempat tinggal yang sangat jauh membuat mereka harus memikirkan kembali kemungkinan pemekaran paroki dan pembangunan Rumah Ibadat yang baru sebagai jawaban atas kenyataan ini. Akhirnya sesudah 4 tahun berdirinya Gereja Gembala Yang Baik, rencana itu dimatangkan. Tanggal 12 Juni 1986, terjadi negosiasi pembelian tanah dari PT. Tegalsari Nadi. Dan segara diikuti dengan pembentukan Panitia Pembangunan Gereja yang Baru. Proses perizinan agak alot, tetapi Tuhan memberkati kita, satu tahun kemudian tepatnya tanggal 30 Juli 1987 , keluarlah surat persetujuan pendirian Gereja dari Bupati Sidoarjo. Peletakan batu  pertama, baru pada tgl 14 September oleh P. J Heijne sendiri. Dengan susah payah akhirnya rumah ibadat   itu selesai dibangun dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 5 Nopember 1988 oleh Bapak Soegondo, [[Bupati Sidoarjo]] kala itu. Keesokan harinya tanggal 16 November Gereja diberkati oleh Uskup Surabaya, Mgr. A.J. Dibjokarjono, Pr. Gereja yang terletak di perumahan wisma Tropodo. itu diberi nama <nowiki>''</nowiki>[[Paroki Salib Suci Tropodo|Gereja Salib Suci]]”, mengambil nama Salib Kristus yang Dia panggul sendiri, yang diatasnya Tubuh Kristus itu dipaku, digantung, dipertontonkan dengan olokan-olokan sadis, lalu ditikam dengan tombak akhirnya wafat demi keselamatan kita umat manusia.<ref>{{Cite web|url=https://www.parokirohkudus.or.id/|title=Paroki Roh Kudus Surabaya|last=Surabaya|first=Paroki Roh Kudus|website=www.parokirohkudus.or.id|language=id|access-date=2020-06-11}}</ref>
 
Uskup Surabaya saat itu, dalam sambutan pemberkatan Gereja Salib Suci - Tropodo, memberi sebidang tanah di daerah Pagesangan bagi Paroki Gembala Yang Baik dengan kepercayaan khusus yakni kemungkinan pembangunan gereja yang baru di desa Pagesangan Surabaya; di sebelah barat rel Kereta Api Surabaya-Malang. Tanah yang berukuran kurang dari 7.000 m2 itu ternyata lebarnya kurang strategis. Akhirnya Dewan memutuskan membeli tanah lain di sekitar wilayah itu. Bpk F.X Partrosto menceritakan bahwa proses tersebut dilalui dengan pengalaman-pengalaman sulit. Izin bangunan mulai dirintis bulan Juli 1990. Pada tanggal 31 Januari 1991, permohonan panitia untuk pembangunan gereja ditolak untuk ditandatangani. Alasannya tempat itu direncanakan untuk pembangunan perumahan. Pada tahun 1992, terjadi mutasi pada tingkat Pemerintah Daerah Kotamadya Surabaya maka panitia kembali mengajukan permohonanan pendirian Rumah Ibadat yang sangat dibutuhkan ini. Tanggal 17 Agustus 1992 ketika Indonesia merayakan hari kemerdekaannya yang ke-47, gereja di wilayah ini kembali mencatat pengalaman pahit yakni bahwa untuk kedua kalinya surat permohonan pendirian rumah ibadat itu ditolak. Menyadari situasi sulit ini dan berusaha memahami alasan yang diberikan akhirnya Panitia dan Dewan menetapkan untuk kembali ke tanah awal yang disiapkan Bapak Uskup dengan membeli lagi tanah di sampingnya. Perjuangan yang panjang dan berat itu akhirnya mulai mendapat titik terang. Keluarlah surat IMB dengan No. 188/426.91/402.09/96, tanggal 23 Februari 1996. Pembangunan fisik gereja pun mulai diwujudkan. Kegiatan pembangunan ini terpaksa dihentikan sementara sampai adanya jalan pemisah dengan lokasi pembangunan Masjid Al-Akbar Surabaya yang letaknya berdampingan dengan gereja itu. Gereja mulai difungsikan pada tanggal 19 April 1998, dengan misa perdana yang dipimpin J. Heijne sendiri. Sejarah indah patut kita kenang pada tanggal 10 November 2000, Presiden Republik Indonesia - K[[Abdurrahman Wahid|.H. Abdurrahman Wahid]] bersedia meresmikan gereja, sesudah Beliau meresmikan [[Al-Akbar Surabaya|Masjid Al-Akbar Surabaya]].
 
Uskup Surabaya, [[Johannes Sudiarna Hadiwikarta|Mgr. J Hadiwikarta]], dalam perayaan Ekaristi Kudus tanggal 7 Januari 2001, memberikan dan mengangkat status gereja ini dari stasi menjadi paroki. Gereja yang berdiri indah dibawah jalan tol itu diberi nama: <nowiki>''</nowiki>Gereja Sakramen Maha Kudus”.
 
Uskup Surabaya saat itu, dalam sambutan pemberkatan Gereja Salib Suci - [[Tropodo, Waru, Sidoarjo|Tropodo]], memberi sebidang tanah di daerah Pagesangan bagi Paroki Gembala Yang Baik dengan kepercayaan khusus yakni kemungkinan pembangunan gereja yang baru di desa [[Pagesangan, Jambangan, Surabaya|Pagesangan]] Surabaya; di sebelah barat rel Kereta Api Surabaya-Malang. Tanah yang berukuran kurang dari 7.000 m<big><sup>2</sup></big> itu ternyata lebarnya kurang strategis. Akhirnya Dewan memutuskan membeli tanah lain di sekitar wilayah itu. Bpk F.X Partrosto menceritakan bahwa proses tersebut dilalui dengan pengalaman-pengalaman sulit. Izin bangunan mulai dirintis bulan Juli 1990. Pada tanggal 31 Januari 1991, permohonan panitia untuk pembangunan gereja ditolak untuk ditandatangani. Alasannya tempat itu direncanakan untuk pembangunan perumahan. Pada tahun 1992, terjadi mutasi pada tingkat Pemerintah Daerah Kotamadya Surabaya maka panitia kembali mengajukan permohonanan pendirian Rumah Ibadat yang sangat dibutuhkan ini. Tanggal 17 Agustus 1992 ketika Indonesia merayakan hari kemerdekaannya yang ke-47, gereja di wilayah ini kembali mencatat pengalaman pahit yakni bahwa untuk kedua kalinya surat permohonan pendirian rumah ibadat itu ditolak. Menyadari situasi sulit ini dan berusaha memahami alasan yang diberikan akhirnya Panitia dan Dewan menetapkan untuk kembali ke tanah awal yang disiapkan Bapak Uskup dengan membeli lagi tanah di sampingnya. Perjuangan yang panjang dan berat itu akhirnya mulai mendapat titik terang. Keluarlah surat IMB dengan No. 188/426.91/402.09/96, tanggal 23 Februari 1996. Pembangunan fisik gereja pun mulai diwujudkan. Kegiatan pembangunan ini terpaksa dihentikan sementara sampai adanya jalan pemisah dengan lokasi pembangunan Masjid Al-Akbar Surabaya yang letaknya berdampingan dengan gereja itu. Gereja mulai difungsikan pada tanggal 19 April 1998, dengan misa perdana yang dipimpin J. Heijne sendiri. Sejarah indah patut kita kenang pada tanggal 10 November 2000, Presiden Republik Indonesia - K[[Abdurrahman Wahid|.H. Abdurrahman Wahid]] bersedia meresmikan gereja, sesudah Beliau meresmikan [[Al-Akbar Surabaya|Masjid Al-Akbar Surabaya]].
 
Uskup Surabaya, [[Johannes Sudiarna Hadiwikarta|Mgr. J Hadiwikarta]], dalam perayaan Ekaristi Kudus tanggal 7 Januari 2001, memberikan dan mengangkat status gereja ini dari stasi menjadi paroki. Gereja yang berdiri indah dibawah jalan tol itu diberi nama: <nowiki>''</nowiki>[[Gereja Sakramen Mahakudus|Gereja Sakramen Maha Kudus]]”.
Sesudah gereja Sakramen Maha Kudus berdiri, Pastor J. Heijne mulai merintis rencana pembangunan gereja baru di wilayah kecamatan Rungkut dan sekitarnya. Tanggal 29 Januari 1999, terjadi kesepakatan pembeliaan tanah dengan pihak PuriMas sekitar 5000 m2. Pada tanggal 23 Mei 1999, Panitia Pembangunan yang terdiri dari Pelindung, Penanggungjawab, Penasihat teknis, Ketua bidang: Perencana, Pelaksana, Dana serta Sekretaris dan Bendahara dibentuk. Dengan diterbitkannya Surat Ijin mendirikan Rumah Ibadat dari [[Wali Kota Surabaya|Walikota Surabaya]]; [[Soenarto Soemoprawiro|Sunarto Sumoprawiro]], maka panitia pembangunan dibawah penggembalaan Rm Felix Mado SVD (Alm) Pastor Kepala Paroki saat itu, mulai melakukan tindakan-tindakan konkrit. Tanggal 13 Juni 2000, keluarlah IMB dengan No. 188/858-92/402.05.09/2000. Dengan dikeluarkan izin ini maka umat Katolik yang berdominsili di wilayah ini boleh berharap atas nama kerinduan mereka untuk memiliki rumah ibadat; dan panitia pembangunan boleh bekerja di atas dasar hukum negeri ini.<ref>{{Cite web|url=https://www.parokirohkudus.or.id/|title=Paroki Roh Kudus Surabaya|last=Surabaya|first=Paroki Roh Kudus|website=www.parokirohkudus.or.id|language=id|access-date=2020-06-11}}</ref>
 
 
Sesudah gereja Sakramen Maha Kudus berdiri, Pastor J. Heijne mulai merintis rencana pembangunan gereja baru di wilayah kecamatan Rungkut dan sekitarnya. Tanggal 29 Januari 1999, terjadi kesepakatan pembeliaan tanah dengan pihak Purimas sekitar 5000 m<sup>2</sup>. Pada tanggal 23 Mei 1999, Panitia Pembangunan yang terdiri dari Pelindung, Penanggungjawab, Penasihat teknis, Ketua bidang: Perencana, Pelaksana, Dana serta Sekretaris dan Bendahara dibentuk. Dengan diterbitkannya Surat Ijin mendirikan Rumah Ibadat dari [[Wali Kota Surabaya|Walikota Surabaya]]; [[Soenarto Soemoprawiro|Sunarto Sumoprawiro]], maka panitia pembangunan dibawah penggembalaan RP. Felix Mado, SVD (Alm) Pastor Kepala Paroki saat itu, mulai melakukan tindakan-tindakan konkrit. Tanggal 13 Juni 2000, keluarlah IMB dengan No. 188/858-92/402.05.09/2000. Dengan dikeluarkan izin ini maka umat Katolik yang berdominsili di wilayah ini boleh berharap atas nama kerinduan mereka untuk memiliki rumah ibadat; dan panitia pembangunan boleh bekerja di atas dasar hukum negeri ini.<ref>{{Cite web|url=https://www.parokirohkudus.or.id/|title=Paroki Roh Kudus Surabaya|last=Surabaya|first=Paroki Roh Kudus|website=www.parokirohkudus.or.id|language=id|access-date=2020-06-11}}</ref>
Tanggal 29 Juni 2001, diadakan malam dana. Kegiatan yang dikemas dengan judul A night for Holy Spirit ini merupakan salah satu bentuk menggalang partisipasi dalam proses pembangunan gereja. Malam itu semua yang hadir dipersatukan dari pelbagai macam latarbelakang oleh sentuhan nada dan musiki oleh alunan suara dan mimik yang khas. Kita ibarat sedang meretas jalan menuju kesatuan, menghargai satu sama lain di atas dasar kemanusiaan. Terkenang lagi pesan “Bhineka Tunggal Ika”; sesuatu yang mulai terlupakan, kata yang mulai kehilangan wujud dalam realita kita akhir-akhir ini.
[[Berkas:Erka.sby2.jpg|al=Proses Pembangungan Gereja|jmpl|Proses Pembangungan Gereja]]
 
 
Tanggal 29 Juni 2001, diadakan malam dana. Kegiatan yang dikemas dengan judul ''A night for Holy Spirit'' ini merupakan salah satu bentuk menggalang partisipasi dalam proses pembangunan gereja. Malam itu semua yang hadir dipersatukan dari berbagai macam latarbelakang oleh sentuhan nada dan musik oleh alunan suara dan mimik yang khas. Kita ibarat sedang meretas jalan menuju kesatuan, menghargai satu sama lain di atas dasar kemanusiaan. Terkenang lagi pesan [[Bhinneka Tunggal Ika|“Bhineka Tunggal Ika”]]; sesuatu yang mulai terlupakan, kata yang mulai kehilangan wujud dalam realita kita akhir-akhir ini.
Gereja yang terletak di JI. Raya I Gusti Ngurah Rai No. 97 Perumahan Purimas-daerah Rungkut, yang  desainnya merupakan hasil lomba 11 peserta ini diberi nama “Gereja Roh Kudus”. Gereja yang berada di kawasan Gununganyar ini didirikan berkat dukungan dan partisipasi banyak pihak. Yang patut dengan bangga kita catat adalah tingginya partisipasi langsung umat di paroki ini baik melalui iuran maupun melalui sumbangan dan kolekte kedua di hari Minggu mulai  tanggal 22 Juli 1999. “Memang Gereja ini betul-betul milik banyak orang” artinya setiap umat dengan caranya masing-masing berkorban sebagai bentuk  dukungannya atas pembangunan ini. Sedikit nama yang disebutkan dalam catatan ini, menunjukan bahwa  tidak sedikit orang atau pihak yang patut kita kenang dalam pembangunan gereja yang didesain Ir. Budhi Hermunanto ini. Peletakan batu pertama oleh Mgr [[Johannes Sudiarna Hadiwikarta|Johanes Hadiwikarta]] Pr, tanggal 23 Oktober 1999.
 
 
Gereja yang terletak di JI. Raya I Gusti Ngurah Rai No. 97 Perumahan Purimas-daerah Rungkut, yang  desainnya merupakan hasil lomba 11 peserta ini diberi nama “Gereja Roh Kudus”. Gereja yang berada di kawasan [[Gunung Anyar, Surabaya|Gununganyar]] ini didirikan berkat dukungan dan partisipasi banyak pihak. Yang patut dengan bangga kita catat adalah tingginya partisipasi langsung umat di paroki ini baik melalui iuran maupun melalui sumbangan dan kolekte kedua di hari Minggu mulai  tanggal 22 Juli 1999. “Memang Gereja ini betul-betul milik banyak orang” artinya setiap umat dengan caranya masing-masing berkorban sebagai bentuk  dukungannya atas pembangunan ini. Sedikit nama yang disebutkan dalam catatan ini, menunjukan bahwa  tidak sedikit orang atau pihak yang patut kita kenang dalam pembangunan gereja yang didesain Ir. Budhi Hermunanto ini. Peletakan batu pertama oleh Mgr [[Johannes Sudiarna Hadiwikarta|Johanes Hadiwikarta]] Pr, tanggal 23 Oktober 1999.
Dengan diterbitkan IMB, proses awal pembangunan fisik  dimulai. Tetapi tidak lama berselang muncul kendala di lapangan. Ada keberatan terhadap pembangunan gereja walaupun proses perijinan sudah sesuai dengan tahap-tahap yang diminta, termasuk sosialisasi dan pendekatan. Tanggal 24 Mei 2001 didorong oleh rasa tanggungjawab sosial pada kehidupan bersama dan sesuai dengan arahan pimpinan pada level kecamatan dan kelurahan maka Dewan Paroki memutuskan agar pembangunan itu dihentikan untuk sementara waktu. Pilihan sosial yang diambil adalah kembali membuat pendekatan dan sosialisasi tahap kedua. Proses ini sebenarnya tidak mudah karena dalam arti tertentu Dewan dan Panitia harus bekerja keras untuk menghadapi sekian banyak pertanyaan umat dengan versi dan titik pandang masing-masing. Gereja tetap pada sikap dasar ini: Gereja merupakan representasi kehadiran umat Katolik dalam masyarakat maka pilihan kita adalah kehadiran gereja harus membawa suasana sejuk di tengah masyarakat.
 
Dengan diterbitkan IMB, proses awal pembangunan fisik  dimulai. Tetapi tidak lama berselang muncul kendala di lapangan. Ada keberatan terhadap pembangunan gereja walaupun proses perizinan sudah sesuai dengan tahap-tahap yang diminta, termasuk sosialisasi dan pendekatan. Tanggal 24 Mei 2001 didorong oleh rasa tanggungjawab sosial pada kehidupan bersama dan sesuai dengan arahan pimpinan pada level kecamatan dan kelurahan maka Dewan Paroki memutuskan agar pembangunan itu dihentikan untuk sementara waktu. Pilihan sosial yang diambil adalah kembali membuat pendekatan dan sosialisasi tahap kedua. Proses ini sebenarnya tidak mudah karena dalam arti tertentu Dewan dan Panitia harus bekerja keras untuk menghadapi sekian banyak pertanyaan umat dengan versi dan titik pandang masing-masing. Gereja tetap pada sikap dasar ini: Gereja merupakan representasi kehadiran umat Katolik dalam masyarakat maka pilihan kita adalah kehadiran gereja harus membawa suasana sejuk di tengah masyarakat.
[[Berkas:Erka.sby3.jpg|jmpl|Patung Yesus Diberkati]]
 
Sesudah kembali membuat pendekatan dan sosialisasi akhirnya pembangunan fisik gereja kembali dimulai bulan Juli 2002 oleh PT Tata Mulia Nusantara setelah hampir setahun lebih dihentikan. Banyak pengalamam sosial religius yang kita tambah dari sini. Seiring dengan selesainya pembangunan fisik gereja, dilakukan juga pembangunan pastoran dan balai paroki plus interior gereja. Akhirnya pada tanggal 8 Juni 2003, bertepatan  dengan Pesta [[Pentakosta]] (turunnya Roh Kudus atas Para Rasul) dilaksanakan Misa Perdana di gereja ini dipimpin oleh Rm Vikjen Keuskupan Surabaya, Rm [[Julius Haryanto]] [[Kongregasi Misi|CM]] didampingi oleh Romo Paroki: Rm Remigius Sene, SVD dan Rm Gregorius Kaha, SVD. Hadir juga Rm Provinsial [[Serikat Sabda Allah|SVD]] Jawa: Rm Martin Anggut SVD serta Romo-Romo Tamu lainnya. Sejak saat berahmat itu, mulai diadakan misa setiap hari Minggu Pkl 07.30 di Gereja Roh Kudus Rungkut.<ref>{{Cite web|url=https://www.parokirohkudus.or.id/|title=Paroki Roh Kudus Surabaya|last=Surabaya|first=Paroki Roh Kudus|website=www.parokirohkudus.or.id|language=id|access-date=2020-06-11}}</ref>
 
Sesudah kembali membuat pendekatan dan sosialisasi akhirnya pembangunan fisik gereja kembali dimulai bulan Juli 2002 oleh PT Tata Mulia Nusantara setelah hampir setahun lebih dihentikan. Banyak pengalamam sosial religius yang kita tambah dari sini. Seiring dengan selesainya pembangunan fisik gereja, dilakukan juga pembangunan pastoran dan balai paroki plus interior gereja. Akhirnya pada tanggal 8 Juni 2003, bertepatan  dengan Pesta [[Pentakosta]] (turunnya Roh Kudus atas Para Rasul) dilaksanakan Misa Perdana di gereja ini dipimpin oleh Romo Vikjen Keuskupan Surabaya, RP [[Julius Haryanto|Julius Haryanto,]] [[Kongregasi Misi|CM]] didampingi oleh Romo Paroki: RP Remigius Sene, SVD dan RP Gregorius Kaha, SVD. Hadir juga Romo Provinsial [[Serikat Sabda Allah|SVD]] Jawa: RP Martin Anggut SVD serta Romo-Romo Tamu lainnya. Sejak saat berahmat itu, mulai diadakan misa setiap hari Minggu Pkl 07.30 di Gereja Roh Kudus Rungkut.<ref>{{Cite web|url=https://www.parokirohkudus.or.id/|title=Paroki Roh Kudus Surabaya|last=Surabaya|first=Paroki Roh Kudus|website=www.parokirohkudus.or.id|language=id|access-date=2020-06-11}}</ref>
 
 
Pada tanggal 11 Mei 2008, bertepatan dengan perayaan Pentakosta, status dari Gereja ini dinaikkan menjadi paroki setelah dilakukan renovasi terhadap bangunan Gereja utama dan diresmikan secara langsung oleh uskup Surabaya, [[Vincentius Sutikno Wisaksono|Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono.]]
Pada tanggal 11 Mei 2008, bertepatan dengan perayaan Pentakosta, status dari Gereja ini dinaikkan menjadi paroki setelah dilakukan renovasi terhadap bangunan Gereja utama dan diresmikan secara langsung oleh Uskup Surabaya, [[Vincentius Sutikno Wisaksono|Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono.]]
<br />
 
== Daftar Romo yang Pernah Bertugas ==
[[Berkas:Erka.sby.8.png|jmpl|RP. Dominikus Beda Udjan, SVD, pastor kepala Paroki Roh Kudus saat ini]]
{| class="wikitable"
|+Romo Kepala Paroki
Baris 39 ⟶ 43:
!Periode
|-
|RmRP Gregorius Kaha, SVD.
|11 Mei 2008 - 1 Desember 2011
|-
|Rm.RP Stefanus I Kadek Adi Subrata, SVD
|1 Desember 2011 - 10 Februari 2019
|-
|Rm.RP Dominikus Beda Udjan, SVD
|10 Februari 2019 - sekarang
|}
{| class="wikitable"
|+Romo Rekan
!Nama
!Periode
|-
|RP. Sifronisius Iron Risdianto, SVD
|11 Mei 2008 - 6 Juli 2010
|-
|RP. Joseph Purwo Tjahjanto, SVD
|5 Oktober 2008 – 30 Mei 2019
|-
|RD. Aloysius Agus Wijatmiko
|1 Juli 2010 - 1 Juli 2012
|-
|RD. Aloysius Widyawan
|24 Juni 2013 – 15 Agustus 2017
|-
|RP. Korinus Budaya, SVD
|5 Jan 2017 – sekarang
|-
|RD. Heribertus Winarto
|1 Agustus 2017 - 20 April 2020
|-
|RD. Aloysius Widya Yanuar Nugraha
|20 April 2020 - sekarang
|}
 
== Fasilitas dan Bangunan ==
[[Berkas:Erka.sby.7.jpg|al=|pus|jmpl|378x378px|Area dalam Gereja]]
Bangunan utama Gereja berlokasi tepat di tengah. Ada tiga area, yakni tengah, sayap kiri, dan sayap kanan. Bangku untuk umat merupakan bangku panjang berbahan kayu lengkap dengan bantal untuk berlutut.
 
 
Di depan altar terdapat 5 buah anak tangga yang berarti [[Lima Perintah Gereja|5 perintah Gereja]].
 
Jalan menuju [[tabernakel]] terdapat 10 buah anak tangga, 5 di sebelah kiri dan 5 di sebelah kanan, yang berarti [[Sepuluh Perintah Allah|10 Perintah Allah]].
[[Berkas:Erka.sby.5.jpg|al=|kiri|jmpl|145x145px|Ikon Burung Merpati]]
Di atas altar juga terdapat ikon Burung Merpati yang merupakan simbol kehadiran [[Roh Kudus]].
 
[[Sakristi]] berlokasi tepat di belakang altar, digunakan bagi [[Putra altar|misdinar]], [[lektor]], [[pemazmur]], Asisten Imam, dan Romo.
 
Di panti umat, terdapat 14 gambar [[Jalan Salib]] yang digantungkan di atas, 7 di sebelah kiri dan 7 di sebelah kanan. Selain itu, terdapat 7 relung di sebelah kanan dan kiri bangunan, di atas Jalan Salib. Relung ini melambangkan [[Tujuh karunia Roh Kudus|7 karunia Roh Kudus]]. Di atas pintu utama, terdapat juga 3 relung, yang melambangkan [[Tritunggal|Tritunggal Mahakudus]].
 
 
Selain itu, juga ada bangunan balai paroki yang memiliki 2 lantai. Kedua lantai ini bisa digunakan untuk menampung umat untuk misa dan untuk kegiatan Gereja.
 
Gua [[Maria]] Sponsa berada di samping selatan Gereja, dilengkapi juga dengan kolam dan taman yang asri.
<br />
[[Berkas:Erka.sby.4.jpg|al=|kiri|jmpl|Patung Bunda Maria Sponsa]]
Patung Maria Sponsa memiliki 3 ciri khas, yaitu:
 
# Hati bernyala, melambangkan semangat Bunda Maria yang berkobar-kobar setelah mendapatkan kabar gembira dari Malaikat Gabriel.
# Burung Merpati, melambangkan kehadiran Roh Kudus. (Roh kudus akan turun atas padamu, dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Sebab itu, anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut Kudus, Anak Allah (Luk1:35))
# Tangan menyilang di dada, melambangkan kerendahan hati, ketaatan, dan kesetiaan untuk mengatakan “ya” kepada perintah Tuhan. (Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu )
 
[[Berkas:Erka.sby.6.jpg|jmpl|220x220px|Menara Lonceng]]
 
 
Selain itu, juga ada gua Keluarga Kudus yang berdekatan dengan menara lonceng yang diresmikan oleh RD. Stefanus I Kadek Adi Subrata SVD tepat pada [[Keluarga Kudus|perayaan Keluarga Kudus]] (31 Desember). Naungan ini dibuat sebagai pelindung para keluarga yang ada di Paroki Roh Kudus agar dapat meneladani hidup Keluarga Kudus.
 
 
Di pintu gerbang Gereja, terdapat patung Yesus dibaptis. Patung ini didasarkan pada peristiwa [[Pembaptisan Yesus|Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis]]. Pada waktu itu, turunlah Roh Kudus dalam rupa Burung Merpati. Patung tersebut dikelilingi kolam sebagai penggambaran dari [[Sungai Yordan]].
 
Di samping kiri dan kanan Gerbang, terdapat patung [[Rafael|St. Raphael]] (penjaga sakramen tobat) dan [[Gabriel|St. Gabriel]] (malaikat inkarnasi).
<br />
 
== Jadwal Liturgi ==
[[Misa|Perayaan ekaristi]] mingguan di Gereja Roh Kudus Surabaya dilaksanakan lima kali, yakni satu kali pada hari Sabtu dan empat kali pada hari Minggu. Perayaan ekaristi mingguan pada hari Sabtu dilaksanakan pada pukul 17.30, sementara pada hari Minggu dilaksanakan pada pukul 05.30, 08.00, 16.30, dan 18.45.
 
Perayaan ekaristi harian diadakan satu kali, yakni pada pukul 05.30.
 
Perayaan ekaristi jumat pertama dan perayaan besar pada misa harian diadakan pada pukul 18.00.
 
 
Untuk Rangkaian Paskah:
 
* [[Rabu Abu]] : 05.30, 16.30, 19.45
* Perayaan Ekaristi [[Minggu Palma]] mengikuti jadwal misa mingguan
* [[Kamis Putih|Kamis putih]] : 18.00, 21.00
* [[Jumat Agung]] : 14.00, 18.00
* [[Sabtu Suci]] : 18.00 , 21.00
* [[Paskah|Minggu Paskah]] : 05.30, 08.00, 16.30, 20.00
* [[Kenaikan Yesus Kristus]] : 05.30, 08.00, 16.30, 20.00
 
Untuk Natal
 
* [[Malam Natal]] : 17.30, 21.00
* [[Natal]] : 05.30, 08.00, 16.30, 20.00
 
Setiap perayaan ekaristi Hari Raya [[Pentakosta]] pukul 08.00, Paroki Roh Kudus merayakan pesta namanya.
 
 
Pemberian [[Sakramen Tobat (Gereja Katolik)|Sakramen tobat]] akan dilayani setiap hari Sabtu pukul 16.30 - 17.00.
<br />
 
== Umat ==
Umat Paroki Roh Kudus Surabaya tersebar di daerah Rungkut, Medokan Ayu, Wonorejo, dan sekitarnya. Kelompok umat terbagi dalam 14 wilayah, yakni Andreas, Bartolomeus, Filipus, Fransiskus, Ignatius, Lukas, Matias, Matius, Petrus, Paulus, Simon, Tomas, Yakobus, dan Yohanes.
 
 
Umat juga dapat ikut ambil bagian dalam berbagai kelompok doa atau kelompok kategorial yang tersedia di Gereja.
 
Para umat usia remaja juga bisa ikut ambil bagian dalam tugas pelayanan seperti misdinar, lektor, pemazmur, hingga aktif di REKAT.
<br />
 
== Visi Misi ==
 
==== Visi: ====
"Gereja Katolik Paroki Roh Kudus -Surabaya dengan bimbingan Roh Kudus, membangun persekutuan murid-murid Kristus, yang dewasa dalam iman, guyub, penuh pelayanan dan misioner."
<br />
 
==== Misi: ====
 
# Menumbuhkembangkan kedewasaan iman umat berbasis lingkungan, melalui pendalaman iman dan [[Lectio Divina]], kursus Kitab Suci dan [[Ajaran Sosial Gereja|ASG]], katakese pra-Misa dan Ibadat ditingkat paroki, wilayah dan lingkungan serta menciptakan keguyuban dan semangat misioner agar semakin banyak umat mengerti dan sadar tugasnya sebagai murid Kristus. (PEMBANGUNAN IMAN UMAT)
# Mendukung dan memberdayakan keluarga-keluarga Katolik agar sejahtera hidup keluarganya dan berkembang imannya sesuai dengan semangat Kristus, Sang Gembala berdasarkan iman dan moral Katolik. (PASTORAL KELUARGA)
# Melengkapi sarana prasarana sesuai dengan kebutuhan umat dan memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk kepentingan pertumbuhan dan pengembangan iman dan hidup menggereja berdasarkan pedoman tata kelola Keuskupan dan Master Plan serta Data Base Paroki (SARANA PRASARANA & TATA KELOLA HARTA BENDA GEREJA)
# Meningkatkan kualitas iman umat lewat proses mengelola, menangani, dan mengatur seluruh karya pastoral paroki yang berbasis lingkungan dan keluarga sehingga persekutuan umat lebih guyub, dewasa dan misioner. (MANAGEMENT PASTORAL
 
== Referensi ==