Raja Pagaruyung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
||
Baris 42:
Sarjana modern seperti Drakard, Kato, dan de Josselin de Jong mencatatkan triumvirat ''rajo tigo selo'' sebagai sebuah kesatuan di mana Raja Alam berfungsi sebagai ''primus inter pares'', yang paling utama di antara yang utama. [[Ali Akbar Navis|Navis]] mencatat bahwa Raja Alam, yang berkedudukan di Pagaruyung, memegang tampuk kekuasaan secara keseluruhan. Urusan adat diserahkan kepada Raja Adat di Buo, sedangkan urusah agama Islam diurus oleh Raja Ibadat di Sumpur Kudus.{{sfn|Navis}}
Di [[Buo]], berkuasa seorang Raja Adat yang bertugas memutuskan masalah-masalah tentang adat yang tidak dapat diselesaikan oleh [[Basa Ampek Balai]]. Dikatakan bahwa jika Raja Adat tidak dapat pula menyelesaikan urusan tersebut, maka akan diputuskan oleh Raja Alam.{{sfn|Kato}} Pada tahun 1684, seorang penjelajah berkebangsaan [[Portugis]], [[Thomas Dias]], melaporkan peretemuannya dengan Raja Adat di Buo. Sang Raja dikatakan tinggal pada sebuah rumah adat yang berhalaman luas dan mempunyai pintu gerbang yang dikawal sebanyak 100 orang [[hulubalang]]. Ia dikawal oleh orang-orang yang berpakaian haji. Dalam lawatannya, Dias mendapatkan gelar ''Orang Kaya Saudagar Raja Dalam Istana''.<ref>Putri, Risa H. [https://historia.id/kuno/articles/kerajaan-misterius-di-pulau-sumatra-6aqgb "Kerajaan Misterius di Pulau Sumatra"]. ''Historia''. Diakses 12 Juni 2020.</ref>
Raja terakhir adalah Raja Ibadat, yang berkuasa di [[Sumpur Kudus]]. Ia dikatakan bertanggungjawab atas persoalan keagamaan dan pendidikan yang diserahken oleh Basa Ampek Balai. Sama seperti Raja Adat, persoalan yang tak dapat diselesaikan oleh Raja Ibadat diserahkan untuk diputuskan oleh Raja Alam di Pagaruyung.{{sfn|Kato}}
Baris 49:
Struktur kerajaan Pagaruyung berdasarkan atas konfederasi ''[[nagari]]''. Para raja Pagaruyung kekuasaannya terbatas atas wilayah yang kini menjadi nagari [[Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar]]. Di luar itu, mereka memiliki kekuasaan simbolis, sementara kekuasaan sebenarnya dijalankan oleh para datuk dan penghulu nagari.
Raja Alam memiliki kekuasaan atas wilayah rantau Minangkabau, di mana ia berwenang untuk mengangkat wakil-wakilnya yang diberi kewenangan dan gelar ''urang gadang'' ("orang besar") atau ''rajo kaciak'' ("raja kecil"). Mereka setiap tahun mengantarkan ''ameh manah'' ("emas persembahan") kepada Raja Alam.{{citation needed}} Secara umum, wilayah rantau Pagaruyung terdiri atas wilayah-wilayah di pesisir timur Sumatera, yaitu di sepanjang [[Batang Kuantan]] (''rantau Tuan Gadih'' atau ''rantau nan kurang aso duo puluah''); di sepanjang Batang Sangir (''rantau duo baleh koto'' atau ''nagari Cati nan Batigo''), wilayah Lubuak Gadang dan sekitarnya (''rantau juduhan'' atau ''rantau Nan Dipatuan Rajo Bungsu''); di sepanjang Batang Tapung dan [[Sungai Kampar|Batang Kampar]] (''rantau Bandaro nan Ampek Puluah Ampek''), dan [[Negeri Sembilan]]. Di pesisir barat, terdapat wilayah rantau ''Bayang nan Tujuah'', [[Tiku]], [[Singkil]] (''rantau rajo''), [[Padang]] (''[[Banda Sapuluh|banda sapuluah]]'') dan [[Alam Surambi Sungai Pagu]].{{sfn|Tambo-BM}} {{sfn|Kato}} {{sfn|Navis}}
=== Pengaruh dan karisma ===
|