Gebang (naskah): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 7:
Naskah-naskah gebang memiliki karakterisitik hampir serupa dengan naskah [[lontar]], namun beberapa perbedaan bisa diamati dengan lebih seksama. Daun yang digunakan lebih tipis, lebihlebar dan lebih mengkilap. Setiap lempit memiliki tiga lubang, di mana lubang yang berada di tengah memiliki ukurang lebih besar dari dua lubang di bagian samping. Warnanya coklat tua hingga coklat muda dengan tekstur daun memiliki kerutan-kerutan tipis membujur (horizontal). Bundelan naskah disatukan dengan seutas tali yang dimasukkan ke lubang bagian tengah. Beberapa naskah memiliki kotak [[kayu]] pelindung (kropak), berwarna coklat kemerahan atau hitam.<ref>{{Cite journal|last=Gunawan|first=Aditia|date=2015-01-01|title=Nipah or Gebang?: A Philological and Codicological Study Based on Sources from West Java|url=https://brill.com/view/journals/bki/171/2-3/article-p249_4.xml|journal=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia|language=en|volume=171|issue=2-3|pages=249–280|doi=10.1163/22134379-17101004|issn=0006-2294}}</ref><ref name=":3" />[[Berkas:Old_Sundanese_gebang_manuscript_Sanghyang_Raga_Dewata.jpg|pra=https://wiki-indonesia.club/wiki/Berkas:Old_Sundanese_gebang_manuscript_Sanghyang_Raga_Dewata.jpg|al=Aksara Buda pada naskah Gebang Sunda Kuno|jmpl|500x500px|Naskah gebang Sunda Kuno ''Sanghyang Raga Dewata'' koleksi Museum Sribaduga, Bandung.]]Aksara yang dituliskan pada daun gebang menggunakan [[tinta]] hitam organik dengan sejenis alat tulis "[[kalam]]" yang diperkirakan oleh [[Karel Frederik Holle|K.F. Holle]] terbuat dari ''harupat'' (dari [[bahasa Sunda]], yang berarti 'lidi ijuk pohon aren').<ref name=":0" /><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books/about/Table_van_Oud_en_Nieuw_Indische_alphabet.html?id=ewwIAAAAQAAJ&redir_esc=y|title=Table van Oud-en-Nieuw-Indische alphabetten|last=Holle|first=Karel Frederik|date=1882|publisher=W. Bruining & Company|language=nl}}</ref> Model aksaranya telah dibahas oleh beberapa [[Paleografi|paleograf]] maupun [[Filologi|filolog]], antara lain [[Johannes Gijsbertus de Casparis|Casparis]] menyebutnya sebagai [[Aksara Buda|aksara Buda atau Gunung]]. Nama tersebut kemudian diikuti oleh Willem Van Der Molen dalam disertasinya ketika membahas salah satu naskah ''[[Kuñjarakarna|Kunjarakarna]]'' berbahan gebang koleksi Perpustakaan [[Leiden]], Belanda.<ref name=":2" /> Penamaan jenis aksara ini tampaknya belum memuaskan bagi Andrea Acri yang memberi sebutan lain, yaitu "Aksara Jawa Kuno Barat", dalam disertasinya yang membahas naskah gebang ''Dharma Patanjala'' berbahasa [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]] koleksi Perpustakaan Berlin, [[Jerman]].<ref name=":1" />
Naskah gebang tertua berbahasa Jawa
<!--
==Identifikasi==
|