Gebang (naskah): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 16:
Dalam pengantar buku ''Tabel van Oud- en Nieuw-Indische Alphabetten'' (1882), Holle memberikan gambaran umum mengenai naskah dengan bahan yang ia duga sebagai nipah. Tiga hal yang penting dicatat dari ulasan Holle adalah: (1) tempat ditemukannya naskah nipah, (2) alat tulis yang digunakan, dan (3) bentuk aksara. Holle menyatakan bahwa selain dari Jawa Barat, sejumlah kecil naskah nipah juga ditemukan di Merapi-Merbabu. Terkait aksara, Holle menyebut aksara yang tertera pada nipah sebagai aksara Kawi-kuadrat (Kawi-kwadraat-letter).<ref name=":5" /><ref name=":0" />
 
Hipotesa van Lennep dalam tesisnya menempatkan khazanah naskah nipah sebagai bagian dari koleksi perpustakaan kerajaan di Jawa Barat.<ref name=":0" /><ref>{{Cite book|title=“Some observations on the nipah leaf kropaks from West Java, with an analysis of content and historical relevance of the manggala to the Old-Javanese Amaramala|last=van Lennep|first=D.|date=1969|publisher=[Tesis BA, University of Sydney|isbn=|location=Sydney|pages=|url-status=live}}</ref> Dari hasil pengamatan van der Molen yang secara cermat mengamati fisik sebuah naskah nipah tertentu, yang mengandung teks ''[[Kuñjarakarna|Kuñjarakarṇa]]'', ia sampai pada hipotesa bahwa terdapat dua kemungkinan berkaitan dengan kebakuan ukuran daun untuk alas naskah.<ref name=":2" /> Jika alatnya yang baku, maka dapat diperoleh petunjuk penting mengenai identitas bengkel melalui ukuran naskah, panjang, lebar, jarak antar lubang dan jarak lubang dengan tepi daun. Jika jenis daunnya yang baku, maka ukurannya boleh jadi sama dalam kawasan yang luas.<ref name=":2" /><ref name=":0" />
 
Kajian Andrea Acri miliputi identifikasi hampir seluruh naskah nipah yang tersedia.<ref name=":0" /> Teks yang secara khusus ditelaahnya adalah ''Dharma Pātañjala'', sebuah naskah nipah yang ditemukan di Merapi-Merbabu, bukan di [[Jawa Barat]] seperti pada umumnya. Mengenai tempat ditemukannya naskah tersebut, Acri mengemukakan bahwa pada masa lalu mungkin terdapat hubungan antara [[skriptorium]] dari Jawa Barat dan Merapi-Merbabu.<ref name=":1" /> Terbuka juga kemungkinan bahwa beberapa naskah nipah dari skriptorium di Jawa Barat, entah dengan cara apa, dapat sampai ke Merapi-Merbabu sebelum tahun 1759, yaitu tahun kematian Pendeta Windu Sona, pemilik naskah terakhir sebelum diakuisisi BGKW. Hubungan antar kedua skriptorium tersebut juga memungkinkan terjadinya pertukaran naskah di masa lalu.<ref name=":0" /><ref name=":1" /> Dari informasi yang telah dikemukakan oleh para peneliti tersebut, Aditia Gunawan sampai pada pertanyaan "adakah sumber tulisan sezaman dari Jawa yang membicarakan nipah sebagai alas tulis?"<ref name=":0" /><ref name=":4" />