Ranavalona I: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 68:
Ratu Ranavalona meneruskan serangan-serangan militer yang diprakarsai oleh Radama I untuk menundukkan kerajaan-kerajaan tetangga. Kebijakan-kebijakan tersebut sangat berdampak buruk terhadap ekonomi dan pertumbuhan penduduk pasa masa pemerintahannya. ''Fanompoana'' tidak hanya terbatas pada kerja paksa, tetapi juga berupa wajib militer, sehingga sang ratu dapat mendirikan sebuah pasukan yang jumlahnya berkisar antara 20.000 hingga 30.000.<ref>Freeman and Johns (1840), hlm. 25</ref> Pasukan ini berkali-kali dikirim ke wilayah-wilayah tetangga dengan mengemban tugas mengganjar hukuman keras terhadap masyarakat yang berani menentang dominasi Merina. Penghukuman mati secara massal menjadi hal yang lazim, dan mereka yang diampuni nyawanya biasanya dibawa kembali ke Imerina sebagai budak (''andevo'') dan harta benda mereka dirampas untuk meningkatkan kekayaan istana. Sekitar satu juta budak memasuki wilayah Imerina dari kawasan pesisir dari tahun 1820 hingga 1853, yang mencakup sepertiga jumlah penduduk di dataran tinggi tengah dan dua per tiga penduduk Antananarivo.<ref>{{cite book | last = Campbell | first = Gwyn | year = 2013 |chapter = Chapter 4: Unfree labour and the significance of abolition in Madagascar c.1825–97 | editor-last = Campbell | editor-first = Gwyn | title = Abolition and Its Aftermath in the Indian Ocean, Africa and Asia | publisher = Routledge | location = New York | isbn = 978-1-135-77078-5 | url = https://books.google.rw/books?id=xmU2Dr_-WxsC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false }}</ref>
Menurut sejarawan Madagaskar Gwyn Campbell, jumlah orang-orang bukan Merina yang gugur dalam konflik selama kampanye militer yang dilancarkan oleh Ranavalona dan Radama dari 1816 sampai 1853 berjumlah sekitar 60.000 orang. Selain itu, penduduk yang tidak tewas dalam pertempuran banyak yang menjemput ajal akibat kelaparan yang dipicu oleh kebijakan [[bumi hangus]].<ref name="Stats" /> Tingkat kematian di kalangan prajurit Merina yang terlibat dalam kampanye militer juga tinggi, dan diperkirakan berjumlah sekitar 160.000 dalam selang waktu 1820–1853. Sebanyak 25–50% prajurit ratu yang ditempatkan di kawasan dataran rendah meninggal setiap tahunnya akibat penyakit seperti [[malaria]]. Meskipun malaria merupakan penyakit yang tersebar di wilayah pesisir Madagaskar, penyakit tersebut jarang muncul di wilayah dataran tinggi di sekitaran Antananarivo, sehingga para prajurit Merina tidak memiliki [[sistem kekebalan|kekebalan alami]] terhadap penyakit tersebut.<ref name="Stats" /> Rata-rata terdapat 4.500 prajurit yang tewas per tahun, selama sebagian besar masa pemerintahan Ranavalona
=== Percobaan tangena ===
|