Pembelajaran terkondisi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
==Gambaran==
Pembelajaran terkondisi pertama kali diusulkan oleh Jean Lave dan Etienne Wenger sebagai model [[pembelajaran]] di komunitas praktik. Sederhananya, pembelajaran terkondisi adalah pembelajaran yang terjadi dalam konteks yang sama di mana ia diterapkan. Misalnya, tempat kerja dianggap sebagai komunitas praktik yang dapat dilihat yang terjadi sebagai konteks di mana pendatang baru mengasimilasi norma, perilaku, nilai, hubungan, dan kepercayaan.<ref>{{Cite book|last1=Lees|first1=Helen E.|title=The Palgrave International Handbook of Alternative Education|last2=Noddings|first2=Nel|date=2016|publisher=Springer|isbn=978-1-137-41291-1|location=|pages=135}}</ref>
 
Lave dan Wenger (1991)<ref name="lavewenger">Jean Lave and Etienne Wenger (1991) Situated Learning. Legitimate peripheral participation, Cambridge: University of Cambridge Press</ref> berpendapat bahwa belajar adalah proses sosial di mana pengetahuan dibangun bersama; mereka berpendapat bahwa pembelajaran semacam itu terletak dalam konteks tertentu dan tertanam dalam lingkungan sosial dan fisik tertentu.
 
Melihat dari sisi pandangan umum, tentang pembelajaran yang melibatkan proses kognitif di mana masing-masing individu terlibat sebagai peserta didik, Lave dan Wenger memandang pembelajaran sebagai partisipasi dalam dunia sosial, menyarankan pembelajaran sebagai aspek integral dan tak terpisahkan dari praktik sosial. Menurut pandangan mereka tentang belajar, belajar adalah proses dimana pendatang baru menjadi bagian dari komunitas praktik dan bergerak menuju partisipasi penuh di dalamnya. Partisipasi peserta didik dalam komunitas praktik selalu melibatkan negosiasi dan makna di dunia. Mereka memahami dan mengalami dunia melalui interaksi terus-menerus sehingga mereka membuat identitas mereka (yaitu, menjadi orang yang berbeda) dan mengubah bentuk keanggotaan mereka di masyarakat sebagai hubungan antara pendatang baru dan orang-orang tua yang berbagi perubahan praktik sosial. Dalam pandangan mereka, motivasi juga berperan, karena peserta didik secara alami termotivasi oleh meningkatnya nilai partisipasi dan keinginan mereka untuk menjadi praktisi penuh.
 
Lave dan Wenger menegaskan, bahwa pembelajaran terkondisi "bukan bentuk pendidikan, apalagi strategi [[pedagogis]]".<ref>Lave and Wenger (1991, p. 40)</ref> Namun, sejak penulisan karya mereka, yang lain menganjurkan pedagogi yang berbeda yang mencakup aktivitas berdasarkan [[pengalaman]] dan terkondisi, seperti aktifitas:
 
* [[Lokakarya]], [[dapur]], rumah kaca]], dan [[taman]] digunakan sebagai [[ruang kelas]]
* [[Bermain peran]] ''stand-up'', termasuk sebagian besar [[pelatihan militer]] (banyak yang mengambil pendekatan [[behavioris]])
* [[Kunjungan lapangan]] termasuk [[penggalian arkeologis]] dan studi [[partisipan-pengamat]] dalam budaya asing
* Pelatihan kerja termasuk [[magang]] dan [[pendidikan kooperatif]]
* Praktik olahraga, praktik musik, dan seni, terletak pada pembelajaran berdasarkan definisi, karena tindakan yang tepat dalam lingkungan nyata adalah praktik - dengan peralatan atau instrumen yang sama.
 
Banyak contoh dari Lave dan Wenger<ref name=lavewenger/> menyangkut pelajar dewasa, dan pembelajaran terkondisi masih memiliki resonansi khusus untuk [[pendidikan orang dewasa]]. Sebagai contoh, Hansman<ref>{{cite book |author=[[Chris Kimble]] and [[Paul Hildreth]] |year=2008 |title=Communities of Practice: Creating Learning Environments for Educators |url=http://www.chris-kimble.com/CLEE/ToC.html |publisher=Information Age Publishing |isbn=978-1593118631}}</ref> menunjukkan bagaimana pelajar dewasa menemukan, membentuk, dan membuat secara eksplisit pengetahuan mereka sendiri melalui pembelajaran terkondisi di dalam komunitas praktik.
 
==Referensi==