Ahmad Najamuddin Prabu Anom: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menghilangkan spasi sebelum tanda koma dan tanda titik dua |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 11:
== Masa Pemerintahan ==
Sultan Ahmad Najamuddin (iv) Prabu Anom, diangkat menjadi [[Sultan Palembang Darussalam]] menggantikan saudara sepupunya Sultan Ahmad Najamuddin (iii) [[Pangeran Ratu]] bin [[Sultan Mahmud Badaruddin]] (ii) [[Pangeran Ratu]] bin [[Sultan Muhammad Bahauddin]].
Dia mulai memerintah pada tanggal [[16 Juli]] [[1821]]. Tidak lama memerintah, [[Sultan]] berselisih dengan [[Kolonial Belanda]]. Pada tanggal [[21 November]] [[1824]], [[Sultan]] dibantu keluarga, alim-ulama dan rakyat, menyerbu garnisun [[Belanda]] di Kuto Besak. Selepas melakukan penyerangan, [[Sultan]] beserta pengikutnya hijrah ke daerah Ogan.
Beberapa waktu kemudian, tersiar khabar, [[Sultan]] berhasil ditangkap oleh [[Belanda]], dan pada tahun 1825, Sang Sultan dibawa ke [[Batavia]], dan setelah itu dipindahkan ke wilayah pedalaman daerah [[Kota Manado|Menado]] ([[Sulawesi Utara]]).
== Legenda Sultan Amuk ==
Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom, dikenal [[Belanda]] sebagai seorang yang pemberani dan sulit untuk dikendalikan, hal inilah yang membuatnya digelari Sultan Amuk oleh [[Belanda]].
Di daerah ulu [[Sungai Ogan]], ada yang meyakini [[Sultan Amuk]] merupakan leluhur masyarakat setempat. Menurut Legenda, [[Sultan Amuk]] memiliki keturunan bernama [[Ki Haji Rahim]], yang dikenal sebagai ulama di daerah itu.
== Pranala luar ==
Baris 32:
[[Kategori:Palembang]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Sumatra Selatan]]
[[Kategori:Kota Palembang]]
[[Kategori:Sejarah Sumatra Selatan]]
[[Kategori:Tokoh Sumatra Selatan]]
[[Kategori:Tokoh dari Palembang]]
[[Kategori:Sultan Palembang]]
[[Kategori:Kesultanan Palembang]]
|