Wayang sadat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 9:
Secara etimologis, kata Sadat berasal dari kalimat “syahadat” yang merupakan rukun iman yang pertama bagi pemeluk agama Islam. Iman yaitu meyakini sepenuh hati bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa dan Muhammad adalah Rasulullah. Suryadi memiliki dua tujuan dalam pementasan wayang sadat. Pertama, wayang sadat digunakan untuk berdakwah ajaran tauhid keislaman. Sejauh ini para penyebar agama Islam sudah menggunakan seni pewayangan sebagai dakwah tetapi dapat diamati bahwa hanya terdapat sedikit porsi dakwah di dalam pagelaran wayang tersebut. Selain itu, pertunjukan wayang yang telah ada sebelumnya umumnya bersumber dari Epos Mahabarata dan Ramayana yang kental nuansa Hindu-Budha. Kedua, melalui pertunjukan wayang sadat, Suryadi ingin merangsang apresiasi umat Islam, khususnya masyarakat Trucuk dan sekitarnya pada tahun 1980an, yang dinilainya masih rendah terhadap seni tradisi.
Dengan berdasarkan pada kreativitas seni dan landasan dakwah Islam, Suryadi membuat lakon-lakon yang terlepas dari epos Hindu-Budha. Lakon-lakon baru muncul dari rekonstruksi cerita dakwah Walisongo. Selain bersumber dari karya sastra kuno berupa ''babad'' dan ''serat'', Suryadi menguatkan citra wayang sadat sebagai wayang dakwah Islam dengan menciptakan tokoh-tokoh wayang yang mengadopsi Walisongo, yaitu Sunan Bonang, Sunan Ampel, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan para tokoh dari zaman kerajaan Islam Demak yaitu Raden Patah, Ki Ageng Pengging, dan Joko Tingkir.
== Refleksi Tauhid ==
Wayang sadat memiliki esensi tauhid yang termuat dalam lakon, ketokohan, dan simbol-simbol di dalamnya. Secara harfiah, kata tauhid dari bahasa Arab yaitu ''Wahhada Yuwahhidu-tauhid'' yang artinya “meng-Esakan”. Jadi bertauhid artinya meng-Esakan Tuhan pencipta semesta yang tidak ada sesuatu bagi-Nya dengan keyakinan yang bulat sehingga yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah Mahakuasa tidak ada tandingannya. Tauhid merupakan suatu pegangan, pengilmuan, dan sesuatu yang bersabit dengan penghayatan tentang pengesaan dan Keesaaan Allah Ta’ala. Konsep tauhid terdiri dari tiga asas yaitu iman (kepercayaan), ilmu (pengetahuan) dan amal (perlakuan).Dalam tauhid terdapat enam rukun iman, yaitu: Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab Tuhan, Iman kepada Rasul, Iman kepada Hari Akhir, dan Iman kepada Takdir Tuhan. Keenam rukun iman tersebut terdapat pada pementasan wayang sadat dalam Lakon Ki Ageng Pengging.
{{Sedang ditulis}}
|