Candi Penataran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 31:
Kompleks candi ini adalah gugusan beberapa bangunan yang membujur dalam poros barat laut-tenggara. Di belakang candi utama di sisi timur terdapat sungai yang berhulu di gunung Kelud. Kompleks candi ini disusun dalam pola linear, beberapa candi perwara dan balai pendopo terletak di depan candi utama. Tata letak ini berbeda dengan candi pada langgam [[Jawa Tengah]], misalnya [[Candi Sewu]], yang disusun dalam pola [[mandala]] konsentrik dengan candi utama terletak di tengah halaman candi dikelilingi barisan candi perwara. Pola susunan linear dengan pola agak tidak beraturan pada Candi Penataran ini merupakan ciri khas langgam [[Jawa Timur]] yang berkembang pada zaman [[Kediri]] hingga [[Majapahit]], lalu dilanjutkan pada pola tata letak [[Pura]] [[Bali]].
 
Kompleks bangunan Candi Penataran menempati areal tanah seluas 12.946 meter persegi berjajar membujur dari barat laut ke timur dan tenggara. Seluruh halaman komplek percandian, kecuali yang bagian tenggara, dibagi menjadi tiga bagian, yang dipisahkan oleh dua dinding. Susunan dari komplek Candi Penataran yang sangat unik dan tidak tersusun simetris. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan candi tidak dalam satu periode.
 
=== Halaman depan ===
Baris 95:
 
== Relief candi ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bas-reliëfs op de Candi Induk Panataran tempelcomplex TMnr 60037357.jpg|jmpl|200px|Relief rendah pada bangunan induk Komplek Percandian Penataran. Perhatikan penggambaran figur manusia yang mirip wayang.]]Selain sebagai komplek percandian terluas, Candi Penataran juga memiliki kekhasan dalam [[ikonografi]] reliefnya. Gaya reliefnya menunjukkan bentuk yang jelas berbeda dari candi-candi Jawa Tengah dari sebelum abad ke-11 seperti [[Candi Prambanan]]. Wujud relief manusia digambarkan mirip [[wayang kulit]], seperti yang bisa dijumpai pada gaya pengukiran yang ditemukan di [[Candi Sukuh]], suatu candi dari masa akhir periode Hindu-Buddha dalam [[sejarah Nusantara]].
 
=== Bubhuksah dan Gagang Aking ===
: ''Lihat pula:[[Bubuksah_dan_GagangakingBubuksah dan Gagangaking#Panil_cerita_di_Candi_PenataranPanil cerita di Candi Penataran|Relief-relief Bubhuksah_dan_Gagangaking di Candi Penataran]]''
 
Sebagian dinding Pendopo Teras sisi timur terukir kisah [[Bubuksah dan Gagangaking|Bubhuksah dan Gagang Aking]]. Ceritanya adalah sebagai berikut. Bubhuksah digambarkan sebagai sesosok makhluk yang berbadan besar, suka memakan apa pun, ikhlas, dan tidak pernah tidur. Gagang Aking, sebaliknya, kurus kering, suka berpuasa, dan suka tidur. Suatu saat Dewa Siwa menjelma menjadi macan putih yang hendak memangsa mereka, guna menguji kedua orang tersebut. Tanggapan dari Gagang Aking adalah ”saya orang yang kurus, jangan makan saya tetapi makanlah teman saya yang gemuk”; sedangkan Bubhuksah ”silakan makanlah tubuh saya”. Dalam ujian tersebut Bubhuksah lulus dan ia kemudian diantar sang macan masuk surga. Hikmah yang bisa dipetik dari kisah tersebut yakni manusia harus ikhlas dalam menjalani hidup ini.