Jawanisasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
+Galeri
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 27:
Dalam aspek bahasa, seperti penggunaan [[Bahasa Jawa|bahasa]], istilah, idiom, dan kosakata Jawa di luar wilayah bahasa tradisional Jawa. Misalnya, kini lazim bagi warga Indonesia menggunakan istilah Jawa untuk menyapa orang lain, seperti ''Mas'' (terhadap laki-laki sebaya atau yang sedikit lebih tua) atau ''Mbak'' (untuk perempuan). Hal ini kini dianggap lazim di ibu kota [[Jakarta]], yang sebelumnya memiliki padanan dialek lokal Betawi seperti ''Abang'' dan ''Noné'' atau ''Mpok''. Tetapi fenomena meluasnya pengaruh budaya Jawa secara masif ini, semisal penggunaan sapaan ''Mas'' dan ''Mbak'' ini menimbulkan kekhawatiran di ranah ber[[bahasa Melayu]], [[bahasa Batak|Batak]], dan [[bahasa Minangkabau|Minangkabau]] di [[Sumatra]] yang menganggapnya sebagai bentuk Jawanisasi dan penjajahan budaya.
 
Dalam sosial dan politik, contoh Jawanisasi dirasakan seperti [[Presiden Indonesia]] yang selalu berasal dari [[suku Jawa]] (dengandan pengecualianjuga [[BJ Habibie]], yang [[Tuti Marini Puspowardojo|ibunya]] ialah orang Jawa). Juga tuduhan atas dominasi politik Jawa dalam tubuh administrasi pemerintahan, pegawai negeri sipil, TNI dan Polri, serta sifat-sifat Jawa dalam budaya politik Indonesia.
 
== Sejarah awal ==
Baris 70:
 
Pengaruh dan ide-ide asing seperti agama dan kepercayaan, kadang-kadang secara sadar dan sengaja mengalami perubahan dan adaptasi, menjadi "dijawakan" agar dapat diterima oleh khalayak Jawa. Contoh-contoh seperti proses yang terjadi pada abad ke-15 dijuluki sebagai "[[Islamisasi]] Jawa dan Jawanisasi Islam". [[Wali Songo]] seperti [[Sunan Kalijaga]] diketahui menggunakan ekspresi seni budaya Jawa seperti [[gamelan]] dan wayang untuk menyebarkan ajaran Islam. [[Wayang Sadat|Wayang sadat]] adalah varian dari wayang yang digunakan dalam tablig dan [[dakwah]] untuk menyebarkan pesan-pesan Islam. Contoh lain Jawanisasi Islam di Jawa adalah pembangunan atap tumpang bertingkat pada masjid Jawa. Pada masjid Jawa awalnya tidak terdapat kubah, menara, melainkan mengadopsi pertukangan kayu bangunan [[pendopo]] dan atap meru — seperti yang berasal dari seni arsitektur Jawa pra-Islam sebelumnya. Contoh dari masjid jenis ini adalah [[Masjid Agung Demak]] dan [[Masjid Gedhe Kauman]] Yogyakarta.
 
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
|-
|align=center colspan=2|
<gallery mode="packed">
Berkas:DSC00253 Java Bromo Temple Indou Laotian Pasir (6226529310).jpg|Kuil Hindu [[Pura Luhur Ponten]], [[Gunung Bromo]].
Berkas:Candi Mendut 1.jpg|Wihara Mendut, biara Buddha dekat [[Candi Mendut]], [[Magelang]].
Berkas:Masjid Agung Demak.jpg|[[Masjid Agung Demak]] yang mempunyai atap meru bertingkat.
Berkas:Masjid Agung Yogyakarta.jpg|[[Masjid Gedhe Kauman]] di [[Yogyakarta]], dibangun dalam atap tradisional Jawa bertingkat.
Berkas:Ganjuran Church, exterior 01.jpg|[[Gereja Ganjuran]] di [[Bantul]], dibangun dalam arsitektur tradisional Jawa.
</gallery>
|}
 
[[Kesultanan Mataram]] pada masa pemerintahan [[Sultan Agung]] yang ambisius, di paruh pertama abad ke-17, budaya Jawa semakin diperluas. Sebagian besar ke wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur. Ekspedisi militer Mataram di kerajaan Jawa Timur seperti Surabaya dan Pasuruan, memperluas pengaruh budaya Jawa Mataraman. Ekspansi Mataram meliputi wilayah [[orang Sunda|Sunda]] di dataran tinggi [[Priangan]], dari Galuh Ciamis, Sumedang, Bandung, dan Cianjur. Selama periode inilah, orang-orang Sunda mulai terpapar dan menyerap lebih lanjut budaya Jawa ''[[Kejawen|Kejawèn]]''. [[Wayang golek]] adalah kesenian wayang versi Sunda yang banyak menyerap pengaruh budaya [[wayang kulit]]. Budaya yang dimiliki bersama seperti [[gamelan]] dan [[batik]] juga berkembang. Mungkin pada saat itulah [[bahasa Sunda]] mulai mengadopsi tingkat unggah-ungguh kehalusan istilah dan kosakata untuk menunjukkan kesopanan, sebagaimana tecermin dalam [[bahasa Jawa]]. Selain itu, [[aksara Jawa]] juga digunakan untuk menulis bahasa Sunda sebagai ''Cacarakan''.