Topeng Sidakarya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Angayubagia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 10:
Sumber tertulis yang mengungkap sejarah Dalem Sidakarya adalah berupa lontar ''Bebali Sidakarya'', koleksi Ida Pedanda Gede Nyoman Gunung dari Biau, [[Muncan, Selat, Karangasem|Desa Muncan]], Karangasem serta ''Babad Sidakarya'' yang disusun I Nyoman Kantun, S.H., M.H. dan Drs. I Ketut Yadnya dinyatakan bahwa, Brahmana Keling merupakan sebutan salah seorang pendeta dari Jawa Timur. Dalam sumber tersebut disebutkan Ida Dalem Sidakarya adalah seorang brahmana wulaka keturunan sakya dari Keling atau disebut juga brahmana Keling. Ia adalah putra dari Dang Hyang Kayu Manis, cucu dari Mpu Candra, kumpi dari Mpu Bahula dan cicit dari Mpu Beradah. Dang Hyang Kayu Manis sendiri menjadi nabe dari [[Dalem Baturenggong]], raja Gelgel, Klungkung.
Sebelum ke Bali, ia pernah memimpin upacara mohon keselamatan (''selamatan'') di Madura. Ia kemudian diminta ayahnya untuk datang ke Bali.{{ref|a}} Tidak dikisahkan perjalanan dari Jawa ke Bali, namun sesampainya ia di Puri Gelgel, puri tersebut sepi karena raja Waturenggong sedang berada di Pura Besakih mempersiapkan pelaksanaan suatu upacara. Brahmana langsung menuju pura tersebut. Sesampainya disana, ia disapa para pembantu raja dan menanyakan maksud kedatangannya. Para pembantu (pengayah) ragu atas pengakuan Brahmana Keling yang hendak bertemu raja dan Dang Hyang Kayu Manis. Ketika raja melihat bahwa ada seseorang dengan pakaian lusuh datang hendak menemuinya, ia tidak mengakui brahmana Keling dan mengusirnya. Ia akhirnya meninggalkan Pura Besakih dan sempat mengucapkan Kutu Pastu yang isinya kurang lebih: ''Wastu tata astu, karya sane kalaksanayang tan sidakarya (tidak sukses), bumi kekeringan, rakyat kegeringan, sarwa gumatat-gumititi ngrubeda''. Tak berselang lama, kutukan tersebut terbukti sehingga kerajaan Bali diserang hama dan penyakit. Raja kemudian mengutus rakyatnya untuk mencari Brahmana Keling dan menemukannya di daerah Bandanda Negara yagn sekarang dikenal sebagai [[Sidakarya, Denpasar Selatan, Denpasar|Desa Sidakarya]]. Ia pun bersedia mengembalikan keadaan seperti sedia kala.
Untuk mengenang jasa Dalem Sidakarya dan demi adanya tempat parahyangan, sekitar tahun 1518 M, Dalem Waturenggong memerintahkan pendirian Pura Dalem Sidakarya (tahun Saka 1615).<ref name="mantra hindu">{{Cite web|url=http://www.mantrahindu.com/sejarah-dan-makna-topeng-sidakarya/|title=Sejarah dan Makna Topeng Sidakarya|last=Sugiarta|first=Nopen|date=2016-06-14|website=Mantra Hindu Bali|language=id-ID|access-date=2020-07-04}}</ref>
[[Berkas:Pembuat tapel barong dan topeng.jpg|250px|jmpl|ka|Pembuat tapel barong dan topeng di Bali]]
Baris 21:
{{Reflist}}
===
# {{ref|a}} Disini cerita masih samar. Dikatakan ayahnya, Dang Hyang Kayu Manis, datang menemuinya ketika ia sedang menikmati panorama selat Bali. Setelah pertemuan itu ia buru-buru ingin ke Bali untuk bertemu dengan raja Dalem Baturenggong setelah, sepertinya, diceritakan bahwa ia masih bersaudara kandung dengan sang raja.<ref name="mantra hindu"/>
[[Kategori:Seni pertunjukan dari Bali]]
[[Kategori:Budaya Indonesia]]
|