Iwan Dwiprahasto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 26:
''Medication Error'' adalah permasalahan di dalam proses pengobatan sehingga menimbulkan risiko kepada pasien, dari skala ringan sampai berat, yang seringkali disebabkan karena permasalahan kolaborasi di antara para tenaga kesehatan (dokter, apoteker, dan perawat). Permasalahan ini tidak lepas dari kualitas sistem pelayanan kesehatan sehingga dapat memberikan dampak buruk secara medik maupun prosedural dalam level individual, juga kerugian biaya dalam skala nasional.<ref name=":6">{{Cite journal|last=Ulfah|first=Siti Sahirah|last2=Mita|first2=Soraya Ratnawulan|year=2017|title=Review Artikel: Medication Errors pada Tahap Prescribing, Transcribing, Dispensing, dan Administering|url=http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/13318/pdf|journal=Farmaka|volume=15|issue=2|pages=233-240|doi=https://doi.org/10.24198/jf.v15i2.13318.g6149}}</ref><ref name=":3">{{Cite journal|last=Musharyanti, M.Med.Ed|first=Lisa|last2=Claramita, Ph.D|first2=Mora|last3=Haryanti, Ph.D|first3=Fitri|last4=Dwiprahasto, Ph.D|first4=Iwan|year=2019|title=Why Do Nursing Students Make Medication Errors? A Qualitative Study in Indonesia|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1658361219300514|journal=Journal of Taibah University Medical Science|volume=14|issue=3|pages=282-288|doi=https://doi.org/10.1016/j.jtumed.2019.04.002}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Dwiprahasto|first=Iwan|year=2001|title=Clinical Governance: Konsep Modern Pelayanan Kesehatan yang Bermutu|url=https://jurnal.ugm.ac.id/jmpk/article/view/2830|journal=Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan UGM|volume=04|issue=04|pages=197-203|doi=}}</ref> Topik ini adalah salah satu yang cukup banyak dan secara kontinu dikaji Iwan Dwiprahasto. Tulisan-tulisannya yang dipublikasikan dalam jurnal antara lain "Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Risiko ''Medication Error'' di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer" (2006), "Masalah dan Pencegahan ''Medication Error,'' Bagian Farmakologi dan Toksikologi" (2008),''"''Faktor Penyebab ''Medication Error'' di Instalasi Rawat Darurat" (2012), dan "''Why Do Nursing Students Make Medication Errors? A Qualitative Study in Indonesia''" (2019).<ref name=":5">{{Cite web|url=https://scholar.google.co.id/citations?user=C7JqHOYAAAAJ&hl=en|title=Iwan Dwiprahasto - Google Scholar Citations|website=scholar.google.co.id|access-date=2020-06-17}}</ref>
 
''Medication error'' dapat terjadi di berbagai fase, dari ''prescribing'' (kesalahan peresepan)'', transcribing'' (kesalahan menerjemahkan resep)'', dispensing'' (kesalahan menyiapkan dan meracik obat)'','' dan ''administering'' (kesalahan penyerahan obat kepada pasien).<ref name=":6" /> Permasalahan ini disinggung saat Iwan Dwiprahasto diresmikan menjadi Guru Besar UGM. Iwan mengkiritik soal tulisan tangan sebagai tradisi dalam peresepan. Ia berpendapat bahwa tulisan yang sulit dibaca seolah bagian dari sakralisasi peresepan. Resep yang sulit dibaca akan membuat [[apoteker]] menduga dan menebak berdasarkan kapasitasnya sendiri sehingga selalu memiliki risiko kekeliruan membacanya (permasalahan ''transcribing''). Contohnya adalah Losec® yang berisi obat Omerprazole (untuk gangguan lambung) sering keliru dibaca sebagai Lasix® yang berisi Furosemida (diuretika). Juga, Sotatic® yang berisi Metoclopramide (obat antimuntah) sering keliru dibaca menjadi Cytotec® (berisi Misoprostol). Obat tersebut dapat menyebabkan [[Gugur kandungan|keguguran]] jika diberikan kepada ibu hamil.<ref name=":2" />
 
Berhubungan dengan hal di atas, pada 2011 Iwan Dwiprahasto dan dua peneliti lain melakukan riset tentang peran resep elektronik di unit [[rawat jalan]]. Peran utamanya adalah meminimalkan risiko fase ''prescribing'' dan ''transcribing,'' masing-masing yaitu mengurangi kesalahan baca dan pemilihan dosis terkecil atas tulisan tangan''.'' Iwan dkk. meneliti bagaimana pelaksanaan tersebut berpengaruh pada penerimaan dokter (secara deksriptif-kuantitatif) dan pemangkasan waktu tunggu resep terhadap apoteker ([[quasi eksperimen]] kuantitatif). Terdapat informasi bahwa sebanyak 62% pasien di empat RS umum di Yogyakarta mengaku kesulitan membaca resep miliknya. Kesulitan ini juga dialami oleh apoteker (25%) dan asisten apoteker (40%).<ref>{{Cite journal|last=Widayati|first=Aris|date=2007-11|title=Persepsi dokter, apoteker, dan pasien mengenai kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan tulisan dalam resep (Legibility)di empat Rumah Sakit Umum di kota Yogyakarta periode Maret-April 2007|url=http://repository.usd.ac.id/8906/|journal=Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas|language=id|volume=3}}</ref> Bagaimana sikap pengguna terhadap resep elektronik ditelaah melalui perspektif manfaat (nilai 0,004) dan persepsi kemudahan (nilai 0,003). Dari sini dapat diartikan bahwa pengguna menerima bentuk inovasi teknologi yang ada. Dokter dan instalasi dalam penelitian ini merasakan manfaat resep elektronik, yang mengerucut pada kesesuaian formularium pada peresepan. Validasi resep oleh petugas farmasi juga tidak lagi diperlukan karena kesalahan ''input'' data dapat diberi peringatan oleh komputer. Dalam hal waktu tunggu pasien saat pengambilan obat, rata-rata waktu tunggu secara statistik berbeda makna (p<0,001) dengan perbandingan waktu tunggu 13,9 ± 2,697 menit (resep elektronik) dengan 21,280 ± 6,612 menit (resep manual). Dapat disimpulkan bahwa waktu tunggu menjadi lebih pendek.<ref>{{Cite journal|last=Kusumarini|first=Putu|last2=Dwiprahasto|first2=Iwan|last3=Wardani|first3=PE|year=2011|title=Penerimaan Dokter dan Waktu Tunggu pada Peresepan Elektronik Dibandingkan Peresepan Manual|url=https://jurnal.ugm.ac.id/jmpk/article/view/2576|journal=Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan|volume=14|issue=03|pages=133-138|doi=}}</ref>