Kalender Jawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
+ kurup |
||
Baris 82:
=== Keterangan ===
* Nama alternatif bulan Dulkangidah adalah Sela atau Apit. Nama-nama ini merupakan peninggalan nama-nama Jawa Kuno untuk nama musim ke-11 yang disebut sebagai ''Apit Lemah''. ''Séla'' berarti [[batu]] yang berhubungan dengan lemah yang artinya adalah “tanah”. Lihat juga di bawah ini.
== Siklus windu ==
Baris 193 ⟶ 119:
# Wasana • Wawu, artinya ''marang'' (arah)
# Swasana • Jimakir, artinya ''suwung'' (kosong)
== Siklus Kurup ==
Meskipun kalender Jawa telah beralih sistem pada zaman Sultan Agung, para ahli penanggalan masih terus mengamati ketepatan perhitungannya dengan kalender hijriyah/lunar yang berdasarkan pengamatan visual (rukyat). Kalender Jawa memiliki 3 tahun kabisat setiap 1 windu sedangkan kalender Hijriyah memiliki 11 tahun kabisat setiap 30 tahun sehingga dalam kurum 120 tahun (15 windu) jumlah tahun Jawa kabisat ada 45 sedangkan tahun hijriyah ada 44 sehingga ada 1 hari setiap 120 tahun yang harus dibuang. Siklus 120 tahun ini disebut kurup.
{| class="wikitable"
|+
!Nama kurup
!tahun mulai
!tahun berakhir
!jumlah tahun
!1 Sura tahun Alip pada hari
|-
|Alif Jam'iyah Lêgi
|Alif 1555
|Jimakir 1674
|120
|Jumat legi
|-
|Alif Kamsiyah Kliwon
|Alif 1675
|Ehe 1748
|74
|Kamis Kliwon
|-
|Alif Arba'iyah Wage
(Aboge)
|Jimawal 1749
|Jimakhir 1866
|118
|Rabu Wage
|-
|Alif Selasa Pon
(Asapon)
|Alif 1867J/1936M
|Jimakir 1986
|120
|Selasa Pon<ref>{{Cite book|url=https://www.sastra.org/bahasa-dan-budaya/pawukon-dan-primbon/215-kabudayan-paugeraning-taun-jawa-tanaya-1971-616|title=Kabudayan Paugeraning Taun Jawa - 1971|last=Tanaya|language=jv}}</ref>
|}
Susuhunan [[Pakubuwana V]] dari Kasunanan Surakarta memutuskan untuk mengakhiri Kurup Kamis Kliwon pada tahun 1748J meskipun baru berjalan 9 windu karena para ahli menyadari penanggalan Jawa masih tertinggal 1 hari dibandingkan kalender hijriyah sehingga tahun Ehe 1748 yang seharusnya kabisat (355 hari) dibuat hanya 354 hari. Sebagian ahli menyatakan langkah tersebut terlambat dilakukan karena akan lebih tepat jika pergantian kurup seharusnya dilakukan pada 2 tahun sebelumnya yaitu tahun Alip 1747.<ref>{{Cite book|url=https://www.sastra.org/bahasa-dan-budaya/pawukon-dan-primbon/215-kabudayan-paugeraning-taun-jawa-tanaya-1971-616|title=Kabudayan Paugeraning Taun Jawa - 1971|last=Tanaya|language=jv}}</ref> Konsekuensi dari keterlambatan ini maka umur kurup Arbaiyah Wage hanya 118 tahun. Namun Kasultanan Yogyakarta tidak membuat keputusan serupa sehingga penanggalan di kedua wilayah terjadi selisih selama beberapa tahun dan baru mengikuti Surakarta pada Jimakir 1794J/1865M atas perintah Sultan [[Hamengkubuwana VI]] dan menyekapati kurup tersebut akan berakhir pada tahun Jimakir 1866.<ref>{{Cite book|url=https://www.sastra.org/koran-majalah-dan-jurnal/almanak/754-almanak-van-dorp-1865-1580|title=Serat Pananggalan - 1865|last=Dorp|first=Van|language=jv}}</ref>
=== Pengaruh kurup dalam peribadahan ===
Meskipun kedua kerajaan telah sepakat kurup Aboge berakhir pada tahun Jimakir 1866 dan berganti menjadu kurup Asapon, sebagian masyarakat yang jauh dari kraton tetap menggunakan kalender berdasarkan kurup Alip Rabu Wage (Aboge) sehingga dalam penentuan tanggal 1 Pasa (Ramadhan) dan 1 Sawal (Syawal) sehingga mereka memulai puasa dan Idul Fitri terlambat sehari dibanding masyarakat pada umumnya. Hal ini terjadi pada beberapa komunitas kecil di Banyumas, Purbalingga, Cilacap<ref name=":0">{{Cite web|url=https://nasional.tempo.co/read/887455/baru-hari-ini-penganut-islam-aboge-salat-idul-fitri|title=Baru Hari Ini, Penganut Islam Aboge Salat Idul Fitri|last=Andryanto|first=Dian|date=2017-06-27|website=Tempo|language=en|access-date=2020-07-08}}</ref> dan Probolinggo<ref>{{Cite web|url=https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4577470/jemaah-aboge-di-probolinggo-lebaran-hari-ini|title=Jemaah Aboge di Probolinggo Lebaran Hari ini|last=Rofiq|first=M.|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2020-07-08}}</ref> yang menyebut dirinya [[Islam Aboge]].<ref name=":0" /> Kurangnya kesadaran terhadap perubahan kurup Aboge menjadi Asapon pada tahun Alif 1867J/1936M diduga disebabkan oleh memudarnya pengaruh kraton pada masyarakat Jawa yang jauh dari lingkungan kraton pada masa itu.<ref>{{Cite web|url=https://sains.kompas.com/read/2014/11/06/20363101/Kalender.Jawa.Akulturasi.Budaya.Islam-Hindu|title=Kalender Jawa, Akulturasi Budaya Islam-Hindu|last=Media|first=Kompas Cyber|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2020-07-08}}</ref>
== Pembagian pekan ==
Baris 229 ⟶ 196:
# Tanggal 26 bulan Jawa dinamakan manjing, di mana hidup manusia kembali ketempat asalnya menjadi rijal lagi.
# Sisa hari sebanyak empat atau lima hari melambangkan saat di mana rijal akan mulai dilahirkan kembali kekehidupan dunia yang baru.
== Daftar bulan Jawa matahari ==
Pada tahun [[1856]] Masehi, karena penanggalan kamariah dianggap tidak memadai sebagai patokan para petani yang bercocok tanam, maka bulan-bulan musim atau bulan-bulan surya yang disebut sebagai ''[[pranata mangsa]]'', diresmikan oleh Sunan [[Pakubuwana VII]].<ref>Tanojo R. 1962. Primbon Djawa (Sabda Pandita Ratu). TB Pelajar. Surakarta. pp 36–45</ref> Sebenarnya, pranata ''mangsa'' ini adalah pembagian bulan yang sudah digunakan pada zaman pra-Islam, hanya saja disesuaikan dengan penanggalan tarikh [[kalender Gregorian]] yang juga merupakan kalender surya dan meninggalkan tarikh Hindu; akibatnya, umur setiap ''mangsa'' berbeda-beda.
{| class="wikitable sortable"
|-
! No
! Penanggalan Jawa
! Awal
! Akhir
|-
| 1
|[[Kasa]]
|[[23 Juni]]
|[[2 Agustus]]
|-
| 2
|[[Karo]]
|[[3 Agustus]]
|[[25 Agustus]]
|-
| 3
|[[Katiga]] (Katelu)
|[[26 Agustus]]
|[[18 September]]
|-
| 4
|[[Kapat]]
|[[19 September]]
|[[13 Oktober]]
|-
| 5
|[[Kalima]]
|[[14 Oktober]]
|[[9 November]]
|-
| 6
|[[Kanem]]
|[[10 November]]
|[[22 Desember]]
|-
| 7
|[[Kapitu]]
|[[23 Desember]]
|[[3 Februari]]
|-
| 8
|[[Kawolu]]
|[[4 Februari]]
|[[1 Maret]]
|-
| 9
|[[Kasanga]]
|[[2 Maret]]
|[[26 Maret]]
|-
| 10
|[[Kadasa]]
|[[27 Maret]]
|[[19 April]]
|-
| 11
|[[Dhesta]]*
|[[20 April]]
|[[12 Mei]]
|-
| 12
|[[Sadha]]*
|[[13 Mei]]
|[[22 Juni]]
|}
=== Keterangan ===
* Dalam bahasa Jawa Kuno, ''mangsa'' kesebelas disebut ''Apit Lemah'', sedangkan mangsa keduabelas disebut sebagai ''Apit Kayu''. Nama ''Dhesta'' diambil dari nama bulan kesebelas penanggalan Hindu dari [[bahasa Sanskerta]], yaitu ''Jyeṣṭha''. Nama ''Sadha'' diambil dari kata ''Āṣāḍha'' yang merupakan bulan kedua belas.
== Referensi ==
|