Pembicaraan:Medang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Inayubhagya (bicara | kontrib) k Syzyszune memindahkan halaman Pembicaraan:Kerajaan Medang ke Pembicaraan:Medang: Nama "kaḍatuan mḍaŋ" banyak ditemukan pada prasasti-prasasti, sebaiknya judul artikel juga mengacu pada bukti sejarah, cukup dengan judul "Medang". Sebagai spesifikasi membedakan antara kedatuan dengan kerajaan, untuk mempermudah pencarian judul artikel. |
Inayubhagya (bicara | kontrib) →Mengembalikan Nama Mataram: bagian baru |
||
Baris 149:
: Satu lagi, sayang sekali artikel sepenting ini sumber rujukannya seluruhnya dari blog, jadi tidak memenuhi kriteria '''[[Wikipedia:Sumber tepercaya]]'''. Semoga para kontributor peminat sejarah Medang dapat memperbaiki bersama sehingga kualitas artikel ini dapat lebih meningkat. Salam, [[Pengguna:Naval Scene|Naval Scene]] ([[Pembicaraan Pengguna:Naval Scene|bicara]]) 22 Januari 2020 07.57 (UTC)
== Mengembalikan Nama Mataram ==
Sañjaya sendiri menyatakan dalam prasasti Canggal, bertanggal dari 732, bahwa ia memerintah di pulau Jawa (āsīddvīpavaraṁ yavākhyam). Istilah Matarām muncul untuk pertama kalinya dalam prasasti Wuatan III (bhūmi i mataram). Teks ini dikeluarkan pada masa pemerintahan lokapāla Kayuwangi, kemungkinan besar, pada tahun 880 M.
Dari berbagai pustaka yang pernah saya baca, kata ''kaḍatwan mḍaŋ'' (bermakna: ''kedaton medang'') kerap disertakan sebelum menyebut nama ''Mātaram''. Biasanya berstruktur ''kaḍatwan i mḍaŋ i bhūmi mātaram i (nama ibu kota)''. Kata ini diartikan secara literal sebagai ''kedaton medang di negeri mataram di (nama ibu kota)''. Mengutip buku Peradaban Jawa karya Arkeolog UI menyebut Medang sebagai nama istana, Mataram nama buminya. Maka ''kaḍatwan i mḍaŋ i bhūmi mātaram'' dibaca sebagai ''istana medang di negeri mataram''.
Kedaton Medang atau kaḍatwan mḍaŋ biasanya disebut mendahului bhūmi mātaram dan (3) nama mamratipura, poh pitu, watugaluh yang selalu muncul berdampingan dengan kata kaḍatwan mḍaŋ, dimana ini mengacu kepada nama istana tempat tinggal rajanya. Dengan demikian tatanan hirarkis dari nama-nama tempat di atas adalah sebagai berikut:
{| class="wikitable"
|-
! Konsep !! Arti !! Acuan
|-
| Bhūmi || Negeri || Mātaram
|-
| Kaḍatwan || Kedaton/Keraton (istana) || Mḍaŋ
|-
| Pura || Ibu Kota || Mamrati, Poh Pitu, Watugaluh
|}
Beberapa prasasti di Jawa Tengah menyertakan kata itu, di mana sebelumnya diberi imbuhan suatu daerah yang berbeda-beda (seperti: mamrati, poh pitu, watugaluh, dll). Beberapa pakar arkeologi sepakat Medang diartikan sebagai nama istana (kaḍatwan), bukan kerajaannya. Nama kerajaan dan nama Medang tetap, akan tetapi ibukotanya berubah (mamrati, poh pitu, watugaluh). Biasanya masa pemerintahan Mpu Sindok-Airlangga dikategorikan dalam masa Tawlang-Kahuripan. Penjelasan tentang hal ini tercantum dalam beberapa buku arkeologi.
Dalam bahasa Sanskerta: ''Mātaram'' berarti ''Ibu'', diambil dari kosakata ''Mātṛ''. Mengutip Kamus Sanskrit berdasarkan Wisdom Library: Bhūmi Mātaram memiliki makna yang sama dengan Mātṛbhūmi (मातृभूमि) yang berarti Motherland. Bhūmi Mātaram (Mātṛbhūmi) adalah nama terhadap kerajaan ini. Suatu bahasa yang bersifat propagandisme dan nasionalisme, yang sama artinya dengan Negeri Mataram, atau Tanah Mataram. Sama halnya dengan Indonesia yang mendapat julukan sebagai Bumi Nusantara. Sedangkan nama aslinya tetap "Indonesia" bukan "Indonesia Baru" (dalam kasus ini adalah "Mataram Kuno").
Mengutip jurnal Kemdikbud, Pu Sindok mengumumkan bahwa ia berkeraton di Tamwlang, yang diidentifikasikan dengan Desa Tambelang di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Keterangan tersebut terdapat dalam prasasti Turyyan yang berangka tahun 851 Saka (929 M). Akan tetapi dari prasasti Anjukladang yang berangka tahun 859 Saka (937 M) dan prasasti Paradah yang berangka tahun 865 Saka (943 M) ibukota kerajaan disebutkan terletak di Watugaluh (kadatwan ri mdang ri bhumi mataram i watugaluh) yang diidentifikasikan dengan Desa Watugaluh, di tepi Sungai Brantas, yang termasuk Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Berikut beberapa prasasti dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang selalu menyertakan nama Mataram sesudah kata Medang sebagai nama istananya (kaḍatwan):
{| class="wikitable"
|-
! Prasasti !! Isi
|-
| Siwagrha (778 Saka / 856 Masehi) || kaḍatwan i mḍaŋ i bhūmi mātaram i mamratipura
|-
| Anjukladang (859 Saka / 937 Masehi) || kaḍatwan ri mḍaŋ ri bhūmi mātaram i watugaluh
|-
| Paradah (865 Saka / 943 Masehi) || kaḍatwan ri mḍaŋ ri bhūmi mātaram i watugaluh
|-
| Wwahan (907 Saka / 995 Masehi) || kaḍatwan rahyaŋta i mḍaŋ i bhūmi mātaram i watugaluh
|-
| Turyyan (851 Saka / 929 Masehi) || rumaksa kaḍatwan sri maharaja bhūmi mātaram kita pinakahurip niŋ rat kabaih
|}
Sumber: Arkenas, Kemdikbud, BPCB Jateng, BPCB Jatim. Sudah semestinya nama pada halaman ini dikembalikan ke semula sebagai Mataram yang bersumber dari pada pendapat data para arkeolog yang menyebut kerajaan ini sebagai Mataram yang kemudian lebih dikenal dengan nama Mataram Kuno, atau cukup dituliskan di judul halaman ini, bahwa nama sebenarnya adalah hanya Mataram dan penambahan Kuno atau Lama hanya untuk membedakan dengan Kesultanan Mataram. Sehingga tidak perlu menambahi kata "Kuno" toh dalam prasasti pun tidak menyebutkan "Mataram Kuno" melainkan "Mataram".
([[Pengguna:Syzyszune|Syzyszune]] ([[Pembicaraan Pengguna:Syzyszune|bicara]]) 10:34, 15 Juli 2020 (UTC)
|