Suku Minahasa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 118:
[[Berkas:Inbound421823724.jpg|jmpl|kanan|250px|Tarian Kabasaran.]]
 
[[Berkas:Kolintang Ensemble.jpg|jmpl|kanan|250px|Ansambel kolintang.]]
Tarian ''[[Maengket]]'' adalah tarian yang biasanya dibawakan oleh sejumlah pasangan laki-laki dan perempuan dengan ditambah satu orang sebagai pemimpin yang mengangkat suara untuk memulai nyanyian yang mengiringi gerakan tarian. Tarian yang pada awalnya dilakukan hanya pada saat selesai panen padi sekarang tarian ini bertambah dua bagian yang melambangkan peristiwa kehidupan lainnya. Babak yang pertama disebut ''Maowey Kamberu'' adalah tarian pengucapan syukur atas selesainya panen padi. Kemudian babak kedua disebut ''Marambak'' adalah semangat kegotong-royongan dalam membangun rumah baru dan babak yang ketiga disebut ''Lalayaan'' melambangkan bagaimana pemuda-pemudi zaman dahulu mencari jodoh.<ref>[[#PemprovSULUT|Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara]].</ref> Tarian ''Kabasaran'' adalah tarian yang pada awalnya merupakan tarian perang. Tarian Kabasaran hanya dilakukan oleh para ''Waranei'' yaitu rakyat yang menjadi penjaga keamanan desa yang sekaligus prajurit perang. Para penari mengenakan pakaian berwarna merah dan rias wajah yang terlihat garang. Ketika pertunjukan berlangsung, para penari tidak pernah bersenyum dan bergerak seperti orang yang hendak berperang dengan mengayunkan pedang dan tombak mereka. Seperti tarian Maengket, tarian Kabasaran mempunyai tiga babak. Babak yang pertama disebut ''Cakalele'' di mana para penari berkejaran dan melompat–lompat. Kemudian babak yang kedua disebut ''Kumoyak'' di mana para penari mengayunkan senjata tajam pedang atau tombak turun naik, maju mundur untuk menenteramkan diri dari rasa amarah ketika berperang. Babak yang ketiga disebut ''Lalayaan'' di mana para penari menari bebas riang gembira melepaskan diri dari rasa berang.<ref>[[#Lasut2016|Lasut (2016)]].</ref>
 
Tarian ''[[Maengket]]'' adalah tarian yang biasanya dibawakan oleh sejumlah pasangan laki-laki dan perempuan dengan ditambah satu orang sebagai pemimpin yang mengangkat suara untuk memulai nyanyian yang mengiringi gerakan tarian. Tarian yang pada awalnya dilakukan hanya pada saat selesai panen padi sekarang tarian ini bertambah dua bagian yang melambangkan peristiwa kehidupan lainnya. Babak yang pertama disebut ''Maowey Kamberu'' adalah tarian pengucapan syukur atas selesainya panen padi. Kemudian babak kedua disebut ''Marambak'' adalah semangat kegotong-royongan dalam membangun rumah baru dan babak yang ketiga disebut ''Lalayaan'' melambangkan bagaimana pemuda-pemudi zaman dahulu mencari jodoh.<ref>[[#PemprovSULUT|Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara]].</ref>
 
Tarian ''[[MaengketKabasaran]]'' adalah tarian yang biasanya dibawakan oleh sejumlah pasangan laki-laki dan perempuan dengan ditambah satu orang sebagai pemimpin yang mengangkat suara untuk memulai nyanyian yang mengiringi gerakan tarian. Tarian yang pada awalnya dilakukan hanya pada saat selesai panen padi sekarang tarian ini bertambah dua bagian yang melambangkan peristiwa kehidupan lainnya. Babak yang pertama disebut ''Maowey Kamberu'' adalah tarian pengucapan syukur atas selesainya panen padi. Kemudian babak kedua disebut ''Marambak'' adalah semangat kegotong-royongan dalam membangun rumah baru dan babak yang ketiga disebut ''Lalayaan'' melambangkan bagaimana pemuda-pemudi zaman dahulu mencari jodoh.<ref>[[#PemprovSULUT|Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara]].</ref> Tarian ''Kabasaran'' adalah tarian yang pada awalnya merupakan tarian perang. Tarian Kabasaran hanya dilakukan oleh para ''Waranei'' yaitu rakyat yang menjadi penjaga keamanan desa yang sekaligus prajurit perang. Para penari mengenakan pakaian berwarna merah dan rias wajah yang terlihat garang. Ketika pertunjukan berlangsung, para penari tidak pernah bersenyum dan bergerak seperti orang yang hendak berperang dengan mengayunkan pedang dan tombak mereka. Seperti tarian Maengket, tarian Kabasaran mempunyai tiga babak. Babak yang pertama disebut ''Cakalele'' di mana para penari berkejaran dan melompat–lompat. Kemudian babak yang kedua disebut ''Kumoyak'' di mana para penari mengayunkan senjata tajam pedang atau tombak turun naik, maju mundur untuk menenteramkan diri dari rasa amarah ketika berperang. Babak yang ketiga disebut ''Lalayaan'' di mana para penari menari bebas riang gembira melepaskan diri dari rasa berang.<ref>[[#Lasut2016|Lasut (2016)]].</ref>
 
''[[Kolintang]]'' adalah alat musik tradisional yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh sekelompok pemusik. Kata kolintang berasal dari sebutan dalam bahasa daerah Minahasa ''maimo kumolintang'' yang berarti ''mari kita (membunyikan) tong ting tang''. Komposisi sebuah ansambel kolintang terdiri dari alat-alat musik yang dinamakan berdasarkan suara yang dihasilkan:<ref>[[#Poluan2020|Poluan (2020)]].</ref>
 
# ''Loway'' yang membunyikan suara-suara bass
# ''Cella'' yang membunyikan suara di atas suara-suara bass
# ''Karua'' yang berfungsi sebagai tenor pertama
# ''Karua rua'' yang berfungsi sebagai tenor kedua
# ''Uner'' yang berfungsi sebagai alto pertama
# ''Uner rua'' yang berfungsi sebagai alto kedua
# ''Katelu'' yang berfungsi sebagai alto ketiga
# ''Ina esa'' yang berfungsi sebagai melodi pertama
# ''Ina rua'' yang berfungsi sebagai melodi kedua
# ''Ina taweng'' yang berfungsi sebagai melodi ketiga.
 
== Orang Minahasa dan kiprahnya ==
Baris 313 ⟶ 330:
| website = Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
| ref = PemprovSULUT
}}
 
* {{cite web
| title = Kolintang : Kesenian Tradisional Kebudayaan Sulawesi Utara
| url = https://lpmpsulawesiutara.kemdikbud.go.id/kolintang-kesenian-tradisional-kebudayaan-sulawesi-utara/
| date = 2020-04-01
| last = Poluan
| first = Bryan
| publisher = Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sulawesi Utara
| ref = Poluan2020
}}