Skandal Bank Bali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 45:
 
Pada 26 Mei 1999, Rudy bertemu dengan tokoh Golkar Marimutu Manimaren dan rekan Habibie Hariman Siregar di Ascott Apartment Jakarta untuk meminta bantuan mereka agar pembayaran ke EGP dibatalkan. Manimaren dilaporkan mengatakan bahwa RI-1 (istilah untuk menyebut Presiden Habibie) membutuhkan "hanya Rp300 miliar". <ref>{{cite news |title=Catatan Harian dan Sangkalan Rudy Ramli |url=https://majalah.tempo.co/read/nasional/96533/catatan-harian-dan-sangkalan-rudy-ramli |accessdate=6 July 2020 |publisher=Tempo |date=29 August 1999}}</ref>
 
 
=== Transfer ===
Djoko Tjandra telah berulang kali mendesak kepala BPPN Glenn Yusuf untuk menyetujui pembayaran Rp904 miliar ke Bank Bali, tetapi Glenn menolak. Ketika Glenn berada di New York pada 1 Juni 1999, dua wakilnya, Pande Lubis dan Farid Harijanto, mengesahkan pembayaran tanpa kehadirannya, meskipun itu Minggu malam. Malam itu, transfer sebesar Rp904,6 miliar telah disetujui oleh Bank Indonesia dan dilakukan oleh BPPN ke Bank Bali untuk klaimnya kepada BDNI. Manimaren dan Hariman meminta Rudy untuk segera mentransfer biaya Rp546,4 miliar ke EGP. Firman Soetjahja kemudian mentransfer biaya pada 3 Juni 1999. Pada hari itu, rekening EGP mulai mentransfer dana ke perusahaan dan pejabat, termasuk para pemimpin Golkar. <ref name="The Jakarta Post"/>
 
Menurut catatan Rudy Ramli, ia bertemu pada 29 Juni 1999 dengan pengusaha [[Anthony Salim]] dan adik Habibie, Timmy Habibie. <ref>{{cite news |last1=O'Clery |first1=Conor |title=Major Indonesian banking scandal threatens re-election of president |url=https://www.irishtimes.com/business/major-indonesian-banking-scandal-threatens-re-election-of-president-1.221008 |accessdate=6 July 2020 |publisher=The Irish Times |date=27 August 1999}}</ref> Anthony memperingatkan Rudy bahwa kesepakatan dengan EGP akan menimbulkan masalah karena Djoko Tjandra telah membual bahwa ia telah "membeli Patra Kuningan [Presiden Habibie]" dengan Rp300 miliar. Namun, Timmy Habibie mengatakan uang yang diterima hanya Rp200 miliar melalui Tanri Abeng. <ref>{{cite news |title=Catatan Harian Sang Bankir |url=https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/96453/catatan-harian-sang-bankir |accessdate=12 July 2020 |publisher=Tempo |date=22 August 1999}}</ref>
 
===Mencuatnya skandal===
Pada bulan April 1999, [[Standard Chartered]] setuju untuk membeli 20% dari Bank Bali, tergantung pada audit rekening bank. Selama pemeriksaan uji tuntas ini, ditemukan kekurangan uang sebesar Rp546 miliar yang dibayarkan ke EGP.<ref name="nytimes.com">{{cite news |last1=Landler |first1=Mark |title=An Indonesian Banker, on Trial, Finds Fame Is No Friend |url=https://www.nytimes.com/1999/11/18/business/international-business-an-indonesian-banker-on-trial-finds-fame-is-no-friend.html |accessdate=6 July 2020 |publisher=The New York Times |date=18 November 1999}}</ref> Kerugian ini dilaporkan oleh Standard Chartered pada 20 Juli 1999.<ref name="Kontan.co.id"/>
 
 
Meskipun ditemukan kerugian, sebuah pesta masih berjalan pada malam 22 Juli 1999 untuk merayakan rencana pembelian saham Standard Chartered di bank tersebut. Sekitar 500 orang menghadiri acara mewah untuk para eksekutif dan staf senior Bank Bali dan Standard Chartered di hotel bintang lima Shangri-La di Jakarta. Tetapi pada hari berikutnya, Bank Indonesia mengumumkan bahwa Bank Bali telah diambil alih oleh pemerintah karena gagal memenuhi persyaratan rasio kecukupan modal; namun, penjualan ke Standard Chartered akan dilanjutkan.<ref>{{cite news |last1=Taufiqurrahman |first1=M. |title=Kisah Pemerkosaan di Malam Pengantin |url=https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/97917/kisah-pemerkosaan-di-malam-pengantin |accessdate=6 July 2020 |publisher=Tempo |date=14 November 1999}}</ref> Pada 26 Juli 1999, Standard Chartered mengumumkan telah mengambil alih kendali manajerial Bank Bali.<ref>{{cite web |title=IBRA AND STANDARD CHARTERED TO RECAPITALISE BANK BALI, Standard Chartered Acquires Management Control |url=https://www.investegate.co.uk/articlePrint.aspx?id=199907261324280046D |website=Investegate |publisher=Investegate |accessdate=7 July 2020}}</ref>
 
 
Pada seminar publik tentang perbankan di Jakarta pada 30 Juli, seorang analis hukum perbankan bernama Pradjoto ditanya mengapa Standard Chartered belum menyelesaikan investasinya di Bank Bali, karena tenggat waktu tiga bulan telah berlalu pada pertengahan Juli. Pradjoto menjawab bahwa kesepakatan itu macet karena Bank Bali adalah "korban politik uang". Dia menjelaskan bahwa lubang telah ditemukan di neraca Bank Bali. Dia mengatakan Rudy Ramli telah lebih dari setahun mencoba untuk mengamankan klaimnya dari BPPN dan Bank Indonesia tanpa hasil sampai dia dipaksa untuk membayar "komisi" besar untuk menggunakan layanan "fasilitasi".<ref name="Muhajir">{{cite book|author=Nur Sayidah; AminullahAssagaf; Sulis Janu Hartati; Muhajir|title=AKUTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF|url=https://books.google.com/books?id=u8bTDwAAQBAJ&pg=PA19|publisher=Zifatama Jawara|isbn=978-602-581-549-2|pages=19–}}</ref><ref>{{cite news |last1=Ellis |first1=Eric |title=Who watches the watchers? |url=https://www.archive.asia-pacific-solidarity.net/southeastasia/indonesia/netnews/1999/and34_v3.htm |accessdate=12 July 2020 |publisher=Time Magazine |date=23 August 1999}}</ref>
 
Setelah berita tentang pembayaran besar-besaran Bank Bali ke EGP dilaporkan oleh media, tim pemilihan kembali Habibie berupaya mengatasi kerusakan. Setya Novanto mengundurkan diri sebagai wakil bendahara Golkar. Kemudian, pada 14 Agustus, Baramuli mengatakan kepada media bahwa EGP akan mengembalikan biayanya ke Bank Bali, dan pembayaran kembali dilakukan beberapa hari kemudian. <ref name="jawawa.id">{{cite news |title=Case dismissed against ex Bank Bali bosses |url=https://jawawa.id/newsitem/case-dismissed-against-ex-bank-bali-bosses-1447893297 |accessdate=6 July 2020 |publisher=The Jakarta Post |date=2 December 1999}}</ref>