Suku Minahasa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 94:
 
Kelompok-kelompok sub-etnis lainnya adalah Bantik, Pasan/Ratahan, Ponosokan, dan Tonsawang (Tombatu). Sub-etnis Bantik mendiami daerah Kota Manado dan sekitarnya.<ref>[[#Renwarin2006|Renwarin (2006)]], hlm. 93.</ref> Sub-etnis Pasan/Ratahan, Ponosokan, dan Tonsawang mendiami daerah selatan Minahasa Raya.<ref>[[#Wenas2007|Wenas (2007)]], hlm. 20.</ref> Ada juga beberapa kelompok sub-etnis yang diikutsertakan sebagai bagian dari Suku Minahasa yaitu Babontehu, Borgo, dan Siauw. Sub-etnis Babontehu mendiami Pulau Manado Tua dan pulau-pulau sekitarnya. Sub-etnis Borgo adalah turunan orang-orang Minahasa yang kawin dengan orang-orang Eropa seperti Belanda, Portugis, dan Spanyol.<ref>[[#Ananta2015|Ananta (2015)]], hlm. 53.</ref> Sedangkan sub-etnis Siauw adalah mereka yang mendiami Pulau Siauw.<ref>[[#Wenas2007|Wenas (2007)]], hlm. 20.</ref>
 
== Sejarah ==
 
{{Utama|Sejarah Minahasa}}
 
Deskripsi pertama tentang Minahasa oleh bangsa Eropa berasal dari dokumen Portugis pada tahun 1552. Sebelumnya pada tahun 1523, pelaut Portugis Simao d'Abreu adalah orang Eropa pertama yang melihat semenanjung Minahasa pada saat ia melewati dan mencatat kekagumannya pada [[Pulau Manado Tua]].<ref>[[#Wigboldus1987|Wigboldus (1987)]], hlm. 67.</ref> Kemudian Spanyol dan Belanda datang ke Minahasa pada awal abad ke-17.<ref>[[#Wigboldus1987|Wigboldus (1987)]], hlm. 68, 69.</ref> Pada akhir abad ke-17, kepala-kepala ''walak'' (atau ''daerah tempat tinggal bersama'') dari berbagai daerah Minahasa datang bersama dan memutuskan untuk mengadakan perjanjian dengan ''[[Vereenigde Oostindische Compagnie]]'' (VOC atau ''Perusahaan Hindia Timur Belanda'') dalam usaha memerangi serangan dari daerah [[Kerajaan Bolaang Mongondow]]. Perjanjian ini terjadi pada tanggal 10 Januari 1679 dan dilakukan antara gubernur VOC yang berkedudukan di Maluku yaitu Robertus Padtbrugge dengan 23 kepala walak. Nama-nama walak yang termasuk dalam perjanjian tersebut adalah Aris, Bantik, Kakas, Kakaskasen, Klabat, Klabat Atas, Langowan, Pasan (yang juga mewakili Pinosokan dan Ratahan), Remboken, Rumoong, Sarongsong, Tombariri, Tombasian, Tomohon, Tompaso, Tondano, Tonkimbut Atas, Tonkimbut Bawah, Tonsawang, dan Tonsea.<ref>[[#Leirissa1997|Leirissa (1997)]], hlm. 24.</ref> Namun hubungan dengan Belanda tidak selalu baik, seperti pada tahun 1808 dengan terjadinya [[Perang Tondano]] antara Minahasa dengan Hindia Belanda. Salah satu alasan terjadinya perang ialah Minahasa tidak mau menyediakan tentara untuk Hindia Belanda yang akan dikirim ke Pulau Jawa.<ref>[[#Wenas2007|Wenas (2007)]], hlm. 51.</ref>
 
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] di Jawa, Minahasa termasuk daerah yang cukup awal ikut bergabung dalam republik yang baru dibentuk. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya ''Peristiwa Merah Putih'' pada tanggal 14 Februari 1946 di mana prajurit-prajurit Minahasa dalam ''Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger'' (KNIL atau ''Tentara Kerajaan Hindia Belanda'') melucuti senjata dari pimpinan militer Belanda kemudian mengibarkan [[Sang Saka Merah Putih]] di tangsi militer Belanda di Teling, Manado.<ref>[[#Leirissa1997|Leirissa (1997)]], hlm. 133.</ref> Di samping itu, orang-orang Minahasa di Jawa bergabung dalam wadah Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) dan ikutserta dalam [[Revolusi Nasional Indonesia]].
 
Sebuah gerakan yang melibatkan orang-orang Minahasa terjadi pada tahun 1958 yang bernama [[Permesta|Perjuangan Rakyat Semester (Permesta)]] yang menentang kebijakan pemerintah Indonesia di Jawa. Salah satu alasan utama dari gerakan ini adalah karena ajang politik dan upaya pembangunan Indonesia terpusat di pulau Jawa, sedangkan sumber-sumber perekonomian negara lebih banyak berasal dari pulau-pulau lain.<ref>[[#Harvey1977|Harvey (1977)]], hlm. 3.</ref><ref>[[#TEMPO2008|TEMPO (2008)]].</ref><ref>[[#Liwe2010|Liwe (2010)]], hlm. 89.</ref>
 
== Agama ==
Baris 160 ⟶ 170:
Salah satu orang Minahasa yang dikenal secara nasional di Indonesia adalah [[Sam Ratulangi|Gerungan Saul Samuel Jacob (Sam) Ratulangi]]. [[Pahlawan Nasional Indonesia]] dan peraih gelar doktor dari [[Universitas Zurich]] ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka, ia memperjuangkan konsep nasionalisme Indonesia. Ratulangi termasuk dalam keanggotaan [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)]] dan diangkat menjadi [[gubernur]] pertama [[Sulawesi|Provinsi Sulawesi]]. Dua pahlawan nasional asal Minahasa lainnya yang bermarga Maramis adalah [[Maria Walanda Maramis]] beserta keponakannya [[Alexander Andries Maramis|Alexander Andries Maramis (A. A.) Maramis]]. Maria berjuang untuk mengembangkan keadaan wanita pada awal abad ke-20 di antaranya dengan mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT). Sedangkan Alex ikutserta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sebagai anggota [[Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia|Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)]] dan kemudian menjadi [[Daftar Menteri Keuangan Indonesia|Menteri Keuangan]] serta duta besar Indonesia di beberapa negara.
 
Pahlawan nasional asal Minahasa lainnya yang juga ikutserta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah [[B.W. Lapian|Bernard Wilhelm (B. W.) Lapian]] yang terlibat dalam ''Peristiwa Merah Putih'' di Manado pada tahun 1946, tokoh geologi [[Arie Frederik Lasut]] yang dibunuh oleh tentara Belanda pada tahun 1949, [[Robert Wolter Mongisidi]] yang berjuang di Sulawesi Selatan dan juga dibunuh oleh Belanda, dan [[L.N. Palar|Lambertus Nicodemus (Babe) Palar]] yang memperjuangkan kedaulatan Indonesia di [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|Perserikatan Bangsa-Bangsa]]. [[Pierre Tendean]] adalah [[Pahlawan Revolusi Indonesia]] yang terbunuh dalam peristiwa [[Gerakan 30 September]].
 
Ada sekelompok jurnalis asal Minahasa yang kurang dikenal, tetapi mempunyai andil besar dalam perjuangan kemerdekaan, khususnya tanggung jawab penting dalam merekam masa perjuangan tersebut. Kakak beradik [[Alex Mendur]] dan [[Frans Mendur]], dan kakak beradik Justus Umbas dan Frans "Nyong" Umbas, dan juga Alex Mamusung, Oscar Ganda, dan Malvin Jacob adalah pemuda-pemuda Minahasa yang tergabung dalam Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS). Merekalah yang mendirikan [[Indonesia Press Photo Service|Indonesia Press Photo Service (IPPHOS)]] pada tahun 1946 yang merekam saat-saat berharga terkait perjuangan kemerdekaan Indonesia. Yang paling berharga dari semuanya adalah foto-foto upacara [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] di [[Jalan Pegangsaan Timur No. 56]] yang diambil oleh Frans Mendur.
 
Terdapat juga orang Minahasa yang turut serta dalam perjuangan militer untuk kemerdekaan. Di antaranya [[Alex Evert Kawilarang]] yang menjadi Panglima ''Tentara Territorium'' di Sumatra Utara (sekarang [[Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan|Kodam I/Bukit Barisan]]), Jawa Barat (sekarang [[Komando Daerah Militer III/Siliwangi|Kodam III/Siliwangi]]), dan Sulawesi Selatan (sekarang [[Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin|Kodam XIV/Hasanuddin]]). Selain Kawilarang, orang-orang Minahasa yang berada di Jawa dan ikutserta dalam pergolakan kemerdekaan di antaranya [[Adolf Gustaaf Lembong]] yang sempat berperang gerilya melawan [[Jepang]] di Filipina, [[Daan Mogot|Elias Daniel (Daan) Mogot]] yang adalah salah satu pendiri [[Akademi Militer Tangerang]] yang gugur dalam [[Pertempuran Lengkong]], [[Ventje Sumual|Herman Nicolas Ventje Sumual]] yang menjadi salah satu pemimpin sektor penyerangan dalam [[Serangan Umum 1 Maret 1949]], dan [[Joop Warouw|Jacob Frederick (Joop) Warouw]] yang terlibat [[Pertempuran Surabaya]].
Baris 202 ⟶ 212:
'''Sumber referensi'''
 
{{refbegin|32em}}
 
* {{cite book
Baris 256 ⟶ 266:
| location = Roterdam
| rep = Graafland1867
}}
 
* {{cite book
| last = Harvey
| first = Barbara S.
| year = 1977
| title = Permesta: Half a Rebellion
| trans-title = Permesta: Setengah Pemberontakan
| language = Inggris
| location = Ithaca
| publisher = Cornell Modern Indonesia Project, Southeast Asia Program, Cornell University
| ref = Harvey1977
}}
 
Baris 270 ⟶ 292:
}}
 
* {{cite newsweb
| url = https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/legenda-toar-lumimuut-dan-turunannya/
| title = Mengenal Tarian Perang Kabasaran dari Minahasa
| title = Legenda Toar Lumimuut dan Turunannya
| url = https://www.merdeka.com/peristiwa/mengenal-tarian-perang-kabasaran-dari-minahasa.html
| date = 20162017-0809-05
| last = LasutJasper
| first = TommyJ. E.
| website = Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direkorat Jenderal Kebudayaan
| publisher = Merdeka
| ref = Lasut2016Jasper1916
}}
 
Baris 292 ⟶ 314:
}}
 
* {{cite webnews
| title = Mengenal Tarian Perang Kabasaran dari Minahasa
| url = https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/legenda-toar-lumimuut-dan-turunannya/
| url = https://www.merdeka.com/peristiwa/mengenal-tarian-perang-kabasaran-dari-minahasa.html
| title = Legenda Toar Lumimuut dan Turunannya
| date = 20172016-0908-05
| last = JasperLasut
| first = J. E.Tommy
| publisher = Merdeka
| website = Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direkorat Jenderal Kebudayaan
| ref = Jasper1916Lasut2016
}}
 
* {{cite book
| title = Minahasa di Awal Perang Kemerdekaan Indonesia
| last = Leirissa
| first = R. Z.
| date = 1997
| publisher = Sinar Harapan
| location = Jakarta
| ref = Leirissa1997
}}
 
* {{cite thesis
| type = PhD
| last = Liwe
| first = Amelia Joan
| date = 2010
| title = From Crisis to Footnote: The Ambiguous Permesta Revolt in Post-Colonial Indonesia
| language = Inggris
| location = Madison
| publisher = University of Wisconsin, Madison
| ref = Liwe2010
}}
 
Baris 414 ⟶ 458:
}}
 
* {{cite journalnews
| title = Herman Nicolas 'Ventje' Sumual: Lelaki di Balik Permesta
| url = https://majalah.tempo.co/read/memoar/126571/herman-nicolas-ventje-sumual-lelaki-di-balik-permesta
| publisher = TEMPO
| date = 2008-03-10
| access-date = 2020-06-05
| ref = TEMPO2008
}}
* {{cite journal
| title = Tondano and not Toulour
| trans-title = Tondano dan bukan Toulour
Baris 437 ⟶ 490:
| publisher = Institut Seni dan Budaya Sulawesi Utara
| ref = Wenas2007
}}
 
* {{cite journal
| tile = A History of the Minahasa c. 1615-1680
| trans-title = Sejarah Minahasa c. 1615-1680
| language = Inggris
| year = 1987
| last = Wigboldus
| first = Jouke S.
| journal = Archipel
| number = 34
| ref = Wigboldus1987
}}