Ichsanuddin Noorsy: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 3:
'''Dr. Ichsanuddin Noorsy, BSc, SH, MSi''' ({{lahirmati|[[Jakarta]]|9|9|1958}}) adalah seorang [[ekonom]] Indonesia dan dikenal sebagai pengamat [[politik]] [[ekonomi]] Indonesia.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/4150-ekonom-anti-neolib|title=Ekonom Anti-Neolib|last=|first=|date=|website=|publisher=|access-date=19 November 2016}}</ref> Noorsy menempuh pendidikan di Akademi Teknik Tekstil UPN (1981), gelar [[Sarjana Hukum]] diperolehnya di [[Fakultas Hukum Universitas Indonesia|Fakultas Hukum]] [[Universitas Indonesia]] (1987), Pascasarjana ditempuhnya di [[FISIP UI]] (2001) dan gelar doktor ekonomi diraihnya di [[Universitas Airlangga]], [[Surabaya]] (2011).<ref name=":0" /> Noorsy juga aktif mengikuti berbagai kursus, antara lain FPsi-UI LPT (1980), Institut Pendidikan dan Pengembangan Manajemen (1987) dan Summa Excellentia (1990).<ref name=":0" />
Noorsy mengawali kariernya sebagai [[wartawan]] (1982-1989), menjadi [[kolomnis]] berbagai [[koran]] hingga sekarang dan pernah menjadi anggota [[DPR]]/[[MPR]] (1997-1999).<ref name=":0" /> Pengalaman lain yang mewarnai perjalanan karier adalah pernah menjadi Senior Manager Bank, Managing Director Lembaga Studi Kebijakan Publik (1999-2002), Staf Khusus Jaksa Agung (2000-2001), Komisaris [[PT Pelindo II]] (2000-2001), Komisaris Bank Permata (2002-2004), Tim Ahli Pusat Studi Kerakyatan UGM (2005-2010).<ref name=":0" />
Pengetahuan yang cukup luas dan minatnya yang kuat untuk menggali fakta-fakta di sekitar masalah-masalah kenegaraan dan kasus-kasus yang terjadi membuatnya menjadi narasumber penting dalam mendiskusikan berbagai masalah aktual. Sikap yang tegas dan keberaniannya dalam mengungkapkan fakta-fakta dan gagasannya, menempatkannya sebagai seorang yang secara konsisten mengkritisi pemerintahan, terutama kebijakan ekonomi dan kebijakan publik pemerintah. Sosok Ichsanuddin menjadi terasa dibutuhkan terutama pada saat terjadi berbagai gonjang ganjing dalam penyelenggaraan pemerintahan.
|