Budi Santoso Tanuwibowo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Heri Yuli (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Heri Yuli (bicara | kontrib)
Penambahan Image
Baris 15:
 
Tahun 1993 lulusan [[Institut Pertanian Bogor]] ini mulai aktif dalam organisasi keagamaan "[[Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia]]" (MATAKIN). Awalnya ia dipercaya menjadi Ketua Bidang Pendidikan Pengurus Pusat MATAKIN (1993-1998), kemudian Sekretaris Umum Pengurus Pusat MATAKIN (1998-2002), Ketua Umum Pengurus Pusat MATAKIN selama 2 (dua) periode (2002-2006 dan 2006-2010), salah satu Anggota Presidium MATAKIN (2010-2014) dan Sekretaris Dewan Rohaniwan MATAKIN (2010-2014 dan 2014-2018). Pada Musyawarah Nasional MATAKIN 20-22 Desember 2018, ada 5 (Lima) keputusan : (1) Penggabungan organ Dewan Rohaniwan dan Pengurus Pusat yang sebelumnya merupakan organ terpisah dan berbeda fokus kerjanya menjadi satu kesatuan organ Dewan Rohaniwan/Pengurus Pusat, (2) Menetapkan 9 (sembilan) anggota Dewan Rohaniwan : Xs. Djaengrana Ongawijaya, Ws. Budi S. Tanuwibowo, Ws. Chandra Setiawan, Ws. Wawan Wiratma, Js. Sunarta Hidayat, Js. Sofyan Jimmy Yosadi, Js. Budi Suniarto, Dq. Darman Wijaya dan Dq. Dede Hasan Senjaya<ref>{{Cite web|url=https://tribunmanadowiki.tribunnews.com/2020/01/17/profil-anggota-dewan-rohaniwan-matakin-2018-2022|title=Profil Anggota Dewan Rohaniwan Matakin 2018-2022|website=TribunManado Wiki|language=id-ID|access-date=2020-07-18}}</ref>, (3) Mengangkat Ws. Budi S. Tanuwibowo dan Js. Budi Suniarto sebagai Ketua Umum Dewan Rohaniwan/Pengurus Pusat dan Ketua Harian Dewan Rohaniwan/Pengurus Harian MATAKIN masa bakti 2018-2022, serta (4) Menetapkan Hari Jadi MATAKIN dihitung sejak Kongres/Munas Jogjakarta, 12 April 1923, dan (5) Meningkatkan jenjang rohaniwan beberapa anggota Dewan Rohaniwan, antara lain penetapan Budi sebagai Xueshi.
[[Berkas:Tahun Baru Imlek 2551 Tingkat Nasional.jpg|jmpl|Budi S. Tanuwibowo bersama Presiden ke 4 RI, KH. Abdurrahman Wahid saat Perayaan Tahun Baru Imlek 2551 Nasional, tahun 2000]]
 
Di bulan awal setelah KH [[Abdurrahman Wahid]] dilantik menjadi [[Presiden Indonesia]] ke empat, Budi bersama Ws. [[Bingky Irawan]] yang waktu itu sebagai Komisaris Daerah MATAKIN [[Jawa Timur]] menghadap Presiden dan memohon beliau berkenan merestui penyelenggaraan "Perayaan Hari Raya [[Tahun Baru Imlek]] secara Nasional".<ref>{{Cite web|url=https://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-ketua-khonghucu-izin-gus-dur-untuk-gelar-perayaan-imlek-pertama-kali.html|title=Cerita Ketua Khonghucu Izin Gus Dur untuk Gelar Perayaan Imlek Pertama Kali|website=merdeka.com|language=en|access-date=2020-07-18}}</ref> [[Gus dur]] yang sejak lama banyak membantu perjuangan umat [[Khonghucu]] mendapatkan kembali hak-hak sipilnya sebagai warga negara langsung menyetujui dan bahkan meminta diselenggarakan 2 (dua) kali. Budi kemudian menjadi Ketua Panitia Perayaan Hari Raya Tahun Baru Imlek Nasional I di Jakarta pada tanggal 17 Februari 2000, Bingky menjadi Ketua Panitia Perayaan [[Cap Go Meh]] Nasional I di [[Kota Surabaya]] yang berlangsung seminggu kemudian. Dengan didampingi Ibu Negara Hj. [[Sinta Nuriyah]] Abdurrahman Wahid, Presiden KH. Abdurrahman Wahid hadir dan memberi sambutan di Jakarta dan Surabaya. Pada saat itu, presiden KH. Abdurrahman Wahid menetapkan Hari Raya Tahun Baru Imlek sebagai Hari Libur Fakultatif dan kemudian Presiden Megawati Soekarnoputeri menetapkan Hari Raya Imlek sebagai Hari Libur Libur Nasional pada tahun 2003<ref>{{Cite web|url=http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/blob/F12064/Presiden%20Tetapkan%20Imlek%20Hari%20Nasional.htm|title=Presiden Tetapkan Imlek Hari Nasional|website=perpustakaan.bappenas.go.id|access-date=2020-07-18}}</ref>.
[[Berkas:Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2555.jpg|jmpl|Budi S. Tanuwibowo dengan Presiden ke 5 RI, Megawati Soekarnoputri saat Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2555, tahun 2004.]]
 
Tahun 2001, pria lulusan MMUI ini kembali menjadi Ketua Panitia Hari Raya Tahun Baru Imlek Nasional ke -2, yang kembali dihadiri Presiden KH. Abdurrahman Wahid, para pejabat tinggi negara, para menteri, duta-duta besar negara sahabat, serta tokoh masyarakat dan lintas agama.