Gog dan Magog: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 91:
Meskipun perancuan Gog and Magog menjadi orang Yahudi yang terkungkung sudah lumrah dilakukan, beberapa orang, seperti Riccoldo da Monte di Croce dan [[Vincent de Beauvais]], tetap bersikap skeptis dan membedakan suku-suku Israel yang hilang dari Gog dan Magog.{{sfn|Boyle|1979|p=126}}{{sfn|Bietenholz|1994|p=134}}{{sfn|Gow|1995|pp=56–57}} Sebagaimana yang sudah dikemukakan sebelumnya, Riccoldo da Monte di Croce melaporkan tentang tradisi rakyat Mongol bahwa mereka adalah keturunan Gog dan Magog. Ia juga membincangkannya dengan pihak-pihak (orang-orang Barat, maupun diajak berdiskusi oleh mereka{{sfn|Westrem|1998|p=66}}) yang gampang percaya pada keterangan bahwa orang Mongol mungkin saja adalah orang Yahudi yang terkungkung, tetapi sesudah mempertimbangkan berbagai pendapat yang pro maupun kontra, ia menyimpulkan bahwa pokok bahasan ini adalah sebuah pertanyaan terbuka.{{Refn|group="lower-alpha"|Riccoldo menilai aksara Mongol mirip aksara Kaldea ([[bahasa Suryani|aksara Suryani]],{{Sfn|Marco Polo|Yule (penerjemah)|1875|pp=58, catatan kaki no. 3}} salah satu ragam [[bahasa Aram|aksara Aram]]), dan nyatanya aksara Mongol memang diturunkan dari aksara Aram.{{sfn|Boyle|1979|p=125, keterangan no. 19}} Meskipun demikian, ia melihat sendiri kenyataan bahwa orang Mongol tidak memiliki kemiripan fisik dengan orang Yahudi dan tidak mengetahui syariat agama Yahudi.}}{{sfn|Westrem|1998|pp=66–67}}{{Sfn|Marco Polo|Yule (penerjemah)|1875|pp=58, catatan kaki no. 3}}
 
Frater Fransiskan asal Flandria, [[Willem van Ruysbroeck]], yang pernah melihat sendiri [[Benteng Derbent|tembok yang konon dibangun Aleksander]] di [[Derbent]], pesisir Laut Kaspia, pada tahun 1254,{{Refn|group="lower-alpha"|Willem van Ruysbroeck menyebut Derbent sebagai "Gerbang Besi", yang merupakan terjemahan harfiah dari nama kota Derbent dalam bahasa Turki (Demir kapi).{{Sfn|William of Rubruck|Rockhill (penerjemah)|1900|pp=xlvi, 262 keterangan no. 1}} Willem van Ruysbroeck mungkin adalah satu-satunya orang Barat dari Abad Pertengahan yang mengaku pernah melihat sendiri tembok itu.{{sfn|Westrem|1998|p=66}}}} menyebut kaum yang dikurung dengan tembok itu sebagai "kabilah-kabilah liar" dan "orang-orang nomaden padang gurun",{{efn|Ia juga menyebut mereka sebagai "bangsa-bangsa barbar" dan "kabilah-kabilah biadab".}}{{sfn|William of Rubruck|Rockhill (penerjemah)|1900|pp=xlvi, 100, 120, 122, 130, 262–263 dan catatan kaki}} tetapi salah seorang peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud Willem van Ruysbroeck pastilah orang Yahudi,{{efn|Didasarkan pada keterangan Willem van Ruysbroeck lainnya, yakni "ada tempat-tempat terkungkung lain yang ditinggali orang Yahudi"}} dan bahwa uraian tersebut ia lahirkan dalam konteks "Gog dan Magog".{{efn|Karena [[Roger Bacon]], sesudah mendapat informasi dari Willem van Ruysbroeck, menganjurkan dilakukannya telaah geografi untuk mencari tahu keberadaan [[Antikristus]] maupun Gog dan Magog.}}{{sfn|Westrem|1998|p=66}} Orang Yahudi yang terkungkung kemudian hari disebut "[[Yahudi Merah]]" (''die roten Juden'') di daerah-daerah penutur bahasa Jerman, yakni istilah yang pertama kali dipakai dalam salah satu wiracarita [[Piala Suci]] dari tahun-tahun era 1270-an. Dalam wiracarita ini, Gog dan Magog adalah nama dari dua pegunungan yang mengungkung Yahudi Merah.{{efn|[[Albrecht von Scharfenberg]], ''Der jüngere Titurel''. Termasuk dalam [[kumpulan hikayat Raja Arthur]].}}{{sfn|Gow|1995|pp=70–71}}
 
Sang penulis ''[[John Mandeville|Pengembaraan Sir John Mandeville]]'', salah satu buku terlaris pada abad ke-14, menceritakan pengalamannya menjumpai orang Yahudi di Asia Tengah, tempat mereka dipenjarakan selaku Gog dan Magog oleh Aleksander Agung, dan sedang menyusun rencana untuk kabur dan bergabung dengan orang Yahudi di eropa untuk menghancurkan umat Kristen.{{sfn|Westrem|1998|pp=68–69}}