Raja Sitempang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Andy.sms (bicara | kontrib)
Baris 95:
Inilah sebabnya banyak versi mengatakan bahwa Raja Na Tanggang satu generasi di bawah Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua dan Munte Tua. Setelah Raja Sitempang wafat maka anaknya Raja Na Tanggang yang kemudian bergelar Raja Pangururan melanjutkan kerajaannya sampai pada puncak kejayaannya. Raja Pangururan dan Tuan Suri Raja putra dari Simbolon Tua kawin dengan kakak beradik putri dari Raja Nai Baho cucu Si Raja Oloan. Raja Pengururan dan Tuan Suri Raja sebagai putra sulung dari Raja Simbolon Tua disebut marpariban. Tetapi mereka adalah sama-sama keturunan dari Raja Nai Ambaton meskipun berbeda generasi (<u>Raja Na Tanggang adalah satu generasi dengan Simbolon Tua ayah dari Tuan Suri Raja</u>), namun karena sudah menikahi putri Raja Naibaho maka mereka menjadi marhahamaranggi. Maka makin erat dan menyatulah keturunan Raja Sitempang dengan Raja Nabolon, demikian pula Raja Na Tanggang dan Raja Simbolon Tua dalam hal ini diwakili oleh putra sulungnya Tuan Suri Raja.
 
Untuk memperkuat kerajaan di sekitar tanah Isumbaon maka mereka bergabung dengan kerajaan Nai Baho seluruhnya ada di sekitar Pangururan. Pemilik tanah harajaon itu disebut '''Sitolunghae Horbo''' yaitu Raja Na Tanggang, Raja Nai Baho dan Raja Simbolon Tua. Keturunan Raja Na Tanggang yang bermarga Sitanggang dan keturunan Simbolon Tua yang bermarga Simbolon semakin menyatu dalam hati dan cinta, maka muncullah sebutan sehar-hari {{cquote|'''S'''itanggang do Simbolon dan Simbolon do Sitanggang}}. Hal itu diteguhkan dengan janji yang diwariskan oleh kakek mereka yaitu padan ni Nai Ambaton. Maka timbullah perkataan : {{cquote|'''S'''anggar tolong, baringin jabi-jabi
Sitanggang Simbolon, hot namar hahamaranggisisada hoturdot sisada tahi}}. Yang artinya Sitanggang dan Simbolon senantiasa bersatu seiya sekata, sebagai saudara menghadapi segala permasalahan.
 
=== Tarombo Raja Sitempang ===