Kesultanan Jailolo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambah teks dan referensi
menambah teks dan referensi
Baris 3:
 
== Kehidupan Masyarakat ==
Kesultanan Jailolo menjalankan syariat [[Islam]] dalam kehidupan masyarakatnya. [[Al-Qur'an]] dan nasihat para leluhur menjadi sumber hukum utama dalam menjalankan hubungan sosial. Masyarakat diatur dalam adat yang dikenal sebagai Adat Se Atorang.{{Sfn|Junaidi, Muhammad|(2009)|p=232.|ps="Sebagai kerajaan islam, maka kepada empat kerjaan Moloku Kie Raha masing-masing menjaga empat pilar dalam Islam yakni Jailolo menjaga syariat, Tidore menjaga tarekat, Bacan menjaga hakikat, Dalam praktek kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan sosial mengacu pada aturan adat yang mengatur kehidupan dikenal dengan Adat Se Atorang. Aturan adat bersumber dari falsafah leluhur dan Al-Qur'an."}} Wilayah Kesultanan Jailolo adalah salah satu sumber penghasil cengkih di Kepulauan Maluku.{{Sfn|Rahman, Fadly|(2019)|p=353.|ps="Wilayah yang menjadi sumber tanaman cengkih (Eugenia aromatica) adalah lima pulau kecil di Maluku, yaitu Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan; selain juga Halmahera, terutama di Jailolo."}}
Wilayah Kesultanan Jailolo adalah salah satu sumber penghasil cengkih di Kepulauan Maluku.{{Sfn|Rahman, Fadly|(2019)|p=353.|ps="Wilayah yang menjadi sumber tanaman cengkih (Eugenia aromatica) adalah lima pulau kecil di Maluku, yaitu Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan; selain juga Halmahera, terutama di Jailolo."}}
 
== Keruntuhan ==
KesultananSejak Jailolotahun sering1284, menerimaKesultanan ancamanJailolo danmulai serangandiserang darioleh [[Kesultanan Ternate]]. Pada tahun 1551, Kesultanan TidoreTernate melakukan serangan ke Kesultanan Jailolo dengan bantuan dari [[Kolonialisme Portugis di Indonesia|Portugis]]. KemudianSerangan ini membuat sebagian wilayah kekuasaan Kesultanan Jailolo menjadi milik Kesultanan Ternate. Wilayah yang dikuasai kemudian diisi oleh masyarakat Ternate, sehingga masyarakat Jailolo khususnya Suku Wayoli pindah ke wilayah Kesultanan Jailolo yang lainnya.{{Sfn|Mansyur, Syahruddin|(2016)|p=142.|ps=" Serangan Ternate terhadap Jailolo pada masa prakolonial telah terjadi sebanyak enam kali yang dimulai sejak tahun 1284. Konflik ini terjadi dalam rentang waktu ± 300 tahun dan serangan terakhir pada tahun 1551, berkat bantuan Portugis, Ternate berhasil menganeksasi dan menjadikan wilayah Jailolo sebagai bagian dari kekuasaan Ternate. Pascakekalahan ini, masyarakat Jailolo terutama suku Wayoli banyak yang keluar dari wilayah Jailolo. Daerah-daerah yang ditinggalkan kemudian diisi
oleh eksodus besar-besaran masyarakat Ternate."}}

Pada tahun 1620, Kesultanan TidoreTernate kembali melakukan serangan dan dibantu oleh [[Hindia Belanda|Belanda]]. Kedua serangan ini mempengaruhi susunan kekuasaan dari Kesultanan Jailolo. Wilayah-wilayah kekuasaannya menjadi rebutan para penguasa lokal dan para penjajah [[Eropa]]. Akibatnya kesultanan ini mengalami keruntuhan pada awal abad ke-17.{{Sfn|Mansyur, Syahruddin|(2016)|p=134.|ps="Sejak saat itu pula, perjalanan sejarah Jailolo sering mendapat ancaman dan ekspansi terutama dari pihak Ternate hingga mengalami keruntuhan pada abad ke-17. Setidaknya terdapat dua serangan besar yang dilancarkan oleh pihak Ternate (dibantu oleh sekutu bangsa Eropa), yaitu tahun 1551 (bersama Portugis),dan tahun 1620 (bersama Belanda). Para ahli sejarah berpandangan bahwa dua serangan ini bahkan telah merusak struktur kekuasaan internal Kesultanan Jailolo dan pascakeruntuhan tersebut wilayah Kesultanan Jailolo mengalami pasang surut perebutan wilayah yang tidak hanya melibatkan penguasa lokal tetapi juga bangsa Eropa."}} Pada tahun 1620, Kesultanan Ternate menggabungkan bekas wilayah Kesultanan Jailolo menjadi bagian dari wilayah kekuasannya.{{Sfn|Mansur dan Said|(2018)|p=137|ps="Adapun Kesultanan Jailolo telah dianeksasi oleh Kesultanan Ternate sejak 1620."}}
 
== Pendirian Kembali ==
Kesultanan-kesultanan Maluku mulai dirintis kembali secara adat ketika [[Sejarah Indonesia (1998–sekarang)|Eraera Reformasireformasi]] dimulai pada tahun 1998, termasuk Kesultanan Jailolo. Komunitas adat mulai terbentuk dan Kesultanan Jailolo kembali diteruskan dengan Moloku Kie Raha sebagai komunitas adat. Selama periode 2002—2017, telah terangkat empat sultan yang berkuasa secara berturut-turut, yaitu Abdullah Sjah, Ilham Dano Toka, Muhammad Siddik Kautjil Sjah, dan Ahmad Abdullah Sjah.{{Sfn|Mansur dan Said|(2018)|p=137—138.|ps="Setelah gerakan reformasi 1998, Kesultanan Tidore dan Kesultanan Bacan pun dihidupkan kembali, seolah memberi kesan bahwa reformasi telah memberikan ruang untuk tumbuh dan berkembangnya institusi-institusi adat termasuk institusi kesultanan. Ruang reformasi itu rupanya memungkinkan untuk menghidupkan kembali Kesultanan Jailolo yang menjadi bagian dari pilar Moloku Kie Raha. Dengan semangat “Marimoi Ngone Futuru”, Jailolo sebagai bagian dari pilar Moloku Kie Raha akhirnya dihidupkan kembali pada 2002. Dengan hadirnya Kesultanan Jailolo, maka lengkaplah konfigurasi Moloku Kie Raha yang terdiri dari Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Akan tetapi, eksisnya kembali Kesultanan Jailolo melahirkan dinamika tersendiri terhadap perkembangan institusi dan masyarakatnya. Kondisi ini dapat diamati dari adanya kontroversi mengenai hubungan geneologis sultan, pengangkan dan pemberhentian sultan, dan perangkat kesultanan dari 2002 sampai 2017. Pada periode yang disebutkan di atas, setidaknya terdapat empat sultan di Jailolo dengan pendukungnya masing-masing. Keempat sultan itu adalah Abdullah Sjah, Ilham Dano Toka, Muhammad Siddik Kautjil Sjah, dan Ahmad Abdullah Sjah."}}
 
== Silsilah ==
Kesultanan Jailolo termasuk dalam salah satu dari ''Moloku Kie Raha'' atau empat penguasa wilayah Kepulauan Maluku. Kesultanan ini menjadi salah satu penguasa atau ''Kolano'', bersama dengan Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, dan Kesultanan Bacan. Keempat kesultanan ini berasal dari garis keturunan yang sama, yaitu dari pernikahan Jafar Shidik dan putri Ternate pada tahun 1250 Masehi. Jafar adalah seorang ulama dari [[Jawa|Pulau Jawa]] yang datang ke Ternate. Pernikahan ini melahirkan empat orang anak yang menjadi ''Kolano''.{{Sfn|Pudjiastuti, Titik|(2016)|p=2.|ps="...di daerah Maluku dikenal ungkapan tradisional yang disebut Moloku Kie Raha, yaitu istilah untuk menyebut empat penguasa daerah yang disebut kolano: Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Keempat kolano ini dianggap mempunyai hubungan darah, keturunan dari Jafar Shidik, ulama Jawa yang datang ke Ternate pada tahun 1250 M dan menikah dengan putri Ternate. Dari perkawinan itu lahirlah empat orang putra yang disebut kolano."}}
 
== Peninggalan ==
 
=== Benteng Gamlamo ===
Benteng Gamlamo dibangun untuk menghadapi serangan Kesultanan Ternate dan Portugis. Pembangunan benteng dipimpin oleh Sultan Katarabumi. Pondasi benteng dibuat dari bahan tanah dan batu. Sekelilingnya dibanguni tembok dengan dua kubu pertahanan. Benteng ini memiliki persenjataan berupa 100 pucuk senjata laras panjang,18 pucuk meriam, satu mortir, dan beragam senjata untuk mencegah pengepungan. Senjata-senjata ini berasal dari Pulau Jawa.{{Sfn|Mansyur, Syahruddin|(2016)|p=143.|ps="Selain pemimpin yang kuat, Kesultanan Jailolo pada saat itu juga memiliki benteng yang sulit ditembus hingga pada akhirnya pasukan gabungan Ternate-Portugis berhasil menaklukkan benteng ini. Menghadapi serangan besar ini, Katarabumi memperkuat benteng tersebut dengan membuat dinding luar yang terbuat dari tanah dan batu yang di atasnya berdiri tembok dengan dua kubu pertahanan
(bulwark). Benteng ini juga dilengkapi dengan 100 pucuk senjata laras panjang, 18 pucuk meriam serta sebuah mortir, dan berbagai senjata yang didatangkan dari Pulau Jawa, berikut berbagai peralatan untuk mengatasi kepungan."}}
 
== Rujukan ==
Baris 20 ⟶ 28:
== Daftar Pustaka ==
{{reflist|1}}
 
* {{cite journal|last=Mansyur|first=Syahruddin|date=2016|title=Sebaran Benteng Kolonial Eropa di Pesisir Barat Pulau Halmahera: Jejak Arkeologis dan Sejarah Perebutan Wilayah di Kesultanan Jailolo|url=|journal=Purbawidya|volume=5|issue=2|pages=133—150|doi=|issn=|ref={{sfnref|Mansyur, Syahruddin|(2016)}}|url-status=live}}
* {{cite journal|last=Jalil|first=Laila Abdul|date=2017|title=Nisan Kuno di Jailolo: Bukti PErkembangan Islam Abad Ke-18 di Maluku Utara|url=|journal=Berkala Arkeologi|volume=37|issue=2|pages=195—207|doi=|issn=|ref={{sfnref|Jalil, Laila Abdul|(2017)}}|url-status=live}}
{{reflist|1}}
* {{cite journal|last=Junaidi|first=Muhammad|date=2009|title=Sejarah Konflik dan Perdamaian di Maluku Utara (Refleksi Terhadap Sejarah Moloku Kie Raha)|url=http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/academica/article/view/2330|journal=Academica|volume=1|issue=2|pages=222—247|doi=|issn=|ref={{sfnref|Junaidi, Muhammad|(2009)}}|url-status=live}}
{{reflist|1}}
* {{cite journal|last=Rahman|first=Fadly|date=2019|title="Negeri Rempah-Rempah": Dari Masa Bersemi hingga Gugurnya Kejayaan Rempah-Rempah|url=|journal=Patanjala|volume=11|issue=3|pages=347—362|doi=|issn=2085-9937|ref={{sfnref|Rahman, Fadly|(2019)}}|url-status=live}}
* {{cite journal|last=Pudjiastuti|first=Titik|date=2016|title=Naskah-naskah Moloku Kie Raha: Suatu Tinjauan Umum|url=|journal=Manuskripta|volume=6|issue=1|pages=1—10|doi=|issn=2252-5343|ref={{sfnref|Pudjiastuti, Titik|(2016)}}|url-status=live}}
* {{cite journal|last=Mansur, Mustafa dan Said, Rusli M.|first=|date=2018|title=Dinamika Sosial-Politik Kesultanan Jailolo (2002—2017)|url=|journal=Etnohistori|volume=V|issue=2|pages=136—161|doi=|issn=|ref={{sfnref|Mansur dan Said|(2018)}}|url-status=live}}
{{reflist|1}}
 
* {{cite journal|last=Mansyur|first=Syahruddin|date=2016|title=Sebaran Benteng Kolonial Eropa di Pesisir Barat Pulau Halmahera: Jejak Arkeologis dan Sejarah Perebutan Wilayah di Kesultanan Jailolo|url=|journal=Purbawidya|volume=5|issue=2|pages=133—150|doi=|issn=|ref={{sfnref|Mansyur, Syahruddin|(2016)}}|url-status=live}}
{{reflist|1}}
* {{cite journal|last=Pudjiastuti|first=Titik|date=2016|title=Naskah-naskah Moloku Kie Raha: Suatu Tinjauan Umum|url=|journal=Manuskripta|volume=6|issue=1|pages=1—10|doi=|issn=2252-5343|ref={{sfnref|Pudjiastuti, Titik|(2016)}}|url-status=live}}
{{reflist|1}}
* {{cite journal|last=Rahman|first=Fadly|date=2019|title="Negeri Rempah-Rempah": Dari Masa Bersemi hingga Gugurnya Kejayaan Rempah-Rempah|url=|journal=Patanjala|volume=11|issue=3|pages=347—362|doi=|issn=2085-9937|ref={{sfnref|Rahman, Fadly|(2019)}}|url-status=live}}
[[Kategori:Sejarah Indonesia menurut provinsi]]