Banda Neira (grup musik): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 25:
Karena persiapan tak terlalu lengkap, ketika panitia bertanya nama band-nya, kebingungan muncul, maka nama sebuah pulau tempat pengasingan para pendiri bangsa mereka ambil: Banda Neira. Banda Neira adalah nama pulau yang berada di Maluku, bagian Timur Indonesia. Pada masa perjuangan kemerdekaan, beberapa pejuang dan bapak penemu bangsa sempat dibuang oleh Belanda ke sana. Di antaranya Sjahrir dan Hatta. Banyak cerita menarik yang ditulis Sjahrir tentang Banda Neira. Dari catatan hariannya orang bisa tahu ia tak merasa seperti orang buangan ketika diasingkan ke sana. Barangkali karena pulaunya luar biasa indah dan masyarakatnya menarik. Sementara Hatta sibuk baca buku, Sjahrir asik bermain dan mengajar anak-anak setempat. ”Di sini benar-benar sebuah firdaus”, tulisnya di awal Juni 1936. Dari pulau dan cerita inilah nama band ini diambil.<ref>https://www.sorgemagz.com/berjalanlah-lebih-jauh-banda-neira/</ref>
 
=== Agustus 2012 : Album EP "''Di Paruh Waktu'''" ===
 
Iseng-iseng di sela-sela pulang kerja-Ananda Badudu, seorang wartawan dan Rara Sekar, pekerja sosial mereka membuat lagu. Sepakat melangkah lebih jauh, proyek iseng itu berlanjut jadi serius. Suatu hari sebelum Rara Sekar hijrah ke Bali untuk urusan pekerjaan, keduanya nekat menyewa studio untuk merekam lagu. Jadilah album EP yang diberi nama “Di Paruh Waktu” Terdiri dari empat lagu Di Atas Kapal Kertas, Ke Entah Berantah, Kau Keluhkan, dan Rindu (musikalisasi puisi Subagio Sastrowardoyo).Di EP inilah ciri khas Banda Neira terpatri di benak para pendengar: bait-bait nelangsa ditingkahi petikan gitar sederhana, puitis tanpa jadi njelimet. Hasilnya, berbagai senandung seperti “Rindu” maupun “Kau Keluhkan” cukup sering ditemukan di pojok tongkrongan hingga stasiun-stasiun radio online.