Situs Kumitir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bentuk baku, dan perbaiki saltik
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
 
Hingga tahun 2020, temuan utama di situs ini adalah bangunan talud (dinding penyangga) yang membatasi suatu kawasan seluas sekitar 6 ha, berbentuk persegi panjang dengan panjang 312 m dan lebar 250 m.<ref name=":0">{{Cite news|last=Wuragil|first=Zacharias (penyunting)|date=9 Agustus 2020|title=Ekskavasi Situs Kumitir Dilanjutkan, Daftar Candi Majapahit Bakal Bertambah|url=https://tekno.tempo.co/read/1373983/ekskavasi-situs-kumitir-dilanjutkan-daftar-candi-majapahit-bakal-bertambah/full&view=ok|work=TEMPO.CO|access-date=11 Agustus 2020}}</ref> Talud ini tersusun dari batu bata kuno berukuran besar. Di tengah kawasan yang dibatasi talud juga ditemukan reruntuhan bangunan. Kompleks memanjang arah barat ke timur, dengan sisi barat lebih rendah daripada sisi timur, menyiratkan dugaan bahwa bangunan ini adalah kompleks pendarmaan terhadap tokoh penting yang sudah meninggal. Dugaan ini, menurut Wicaksono Dwi Nugroho dari BPCB Jawa Timur, sejalan dengan tulisan dari Kidung Wargasari, Kitab [[Kakawin Nagarakretagama|Desawarṇana]] (Negarakrtagama), dan [[Pararaton]], yang menyebutkan bahwa di Kumitir (atau Kumèpèr, menurut Pararaton) terdapat bangunan pendarmaan bagi [[Mahisa Campaka]] (atau Narasinghamurti), raja [[Kerajaan Singasari|Tumapel]] yang memerintah bersama-sama dengan [[Wisnuwardhana|Ranggawuni]] (atau Wisnuwardhana).<ref name=":0" /><ref>{{Cite news|last=Wuragil|first=Zacharias (penyunting)|date=9 Agustus 2020|title=Penggalian Situs Kumitir Berdasarkan Cerita Naskah Kuno, Seperti Apa?|url=https://tekno.tempo.co/read/1374123/penggalian-situs-kumitir-berdasarkan-cerita-naskah-kuno-seperti-apa/full&view=ok|work=TEMPO.CO|access-date=11 Agustus 2020}}</ref><ref>{{Cite news|last=Julan|first=Tritus|date=01 November 2019|title=Situs Kumitir, Saksi Bisu Bersatunya Cucu Ken Arok-Tunggul Ametung|url=https://daerah.sindonews.com/artikel/jatim/16011/situs-kumitir-saksi-bisu-bersatunya-cucu-ken-aroktunggul-ametung|work=SINDONEWS.com|access-date=11 Agustus 2020}}</ref> Mahisa Campaka adalah kakek dari [[Raden Wijaya]], pendiri [[Majapahit]].
 
<blockquote class="toccolours" style="text-align:justify; width:45%; float:right; padding: 10px; display:table; margin-left:10px;">"''Bhatara Wisnu (Wisnuwardhana ) mulih ing Suralaya pejah dhinarmata sire Waleri Siwabimba len Sugatwimba munggw i Jajaghu samantara muwah Bhatara Narasinghamurti sira mantuk in surapada hanar sira dhinarmma de haji re Wengker uttama-Siwarcca munggw i <u>Kumitir</u>''"
 
([Raja] Wisnuwardhana wafat [lalu] didharmakan di Waleri dan diwujudkan sebagai [[Siwa]] dan di [[Candi Jago|Jajaghu]] sebagai Sugata ([[Buddha]]), sedangkan [Raja] Narasinghamurti didharmakan sebagai Siwa di Kumitir — tafsir oleh [[Johan Hendrik Caspar Kern|H. Kern]] 1919:103-104)
 
~ [[Kakawin Nagarakretagama|Desawarṇana]] XLI 4:1–4<ref>{{Cite journal|last=Ferdinandus|first=Peter|date=1990|title=Arca Perwujudan Masa Jawa Kuna|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/3929/1/ahpa%20I%20no.%202%20plawangan.pdf|journal=Proceedings "Analsiis Hasil Penelitian Arkeologi I: Religi dalam Kaitannya dengan Kematian Jilid II"|volume=|issue=|pages=20–39|doi=}}</ref></blockquote>
 
Lokasi situs ini berada di dekat [[Candi Tikus]] dan diperkirakan menjadi batas timur bagi kotaraja Majapahit di masa lalu.<ref>{{Cite news|last=Redaksi|first=|date=11 November 2019|title=Misteri Lokasi Kedaton Majapahit|url=https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/misteri-lokasi-kedaton-majapahit|work=INDONESIA.GO.ID|access-date=11 Agustus 2020}}</ref> Di dekatnya juga diketahui terdapat bekas waduk kuno yang sekarang berwujud rawa; oleh penduduk setempat disebut Rawa Kumitir.<ref>{{Cite web|last=Pradana|first=Yogi|date=17 April 2017|title=Memori Masa Lalu Kumitir: Catatan Pasca Kasus Perusakan-Penjarahan Bata Kuno di Kumitir|url=https://hurahura.wordpress.com/2017/04/17/memori-masa-lalu-kumitir-catatan-pasca-kasus-perusakan-penjarahan-bata-kuno-di-kumitir/|website=MAJALAH ARKEOLOGI INDONESIA|access-date=11 Agustus 2020}}</ref>