#ALIH [[Kereta Api Indonesia]]
{{Infobox rail
|railroad_name = Perusahaan Jawatan Kereta api
|logo_filename =
|logo_size =
|image = Logo PJKA.jpg
|image_size =
|image_caption = Perusahaan Jawatan Kereta Api dengan logo Wahana Daya Pertiwi
|gauge = {{RailGauge|1067 mm}} ([[Cape gauge|lebar sepur utama]])<br/>{{RailGauge|750 mm}} (lintas Aceh)<br/>{{RailGauge|600 mm}} ([[Jalur kereta api Balung–Ambulu|lintas Balung–Ambulu]])
|length = 5.042 kilometer (3132,95 mil)
|locale = [[Jawa]] & [[Sumatra]]
|abovestyle =
|imagestyle =
|captionstyle =
|headerstyle =
|labelstyle =
|datastyle =
|type =
|traded_as =
|marks =
|products =
|start_year = 15 September 1971
|end_year = 1 Agustus 1990
|predecessor_line = Perusahaan Negara Kereta Api (1960-1971)
|successor_line = Perusahaan Umum Kereta Api (1990-1999)
|founder = Ismangil dkk. (Tokoh AMKA)
|old_gauge =
|electrification =
|double_track =
|hq_city = Bandung
|owner =
|parent = Departemen Perhubungan
|slogan =
|revenue =
|operating_income =
|net_income =
|subsid =
|key_people = Ir. Pantiarso
|website =
|map =
|map_name =
|map_state = show
}}
Perusahaan Jawatan Kereta Api didirikan pada 15 September 1971<ref>Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1971</ref>. Pada 1 April 1979 Pegawai Jawatan Kereta Api diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil<ref>Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1979</ref>.
== Sejarah ==
{{utama|Sejarah perkeretaapian di Indonesia}}
=== Pra-kemerdekaan ===
Pada tahun [[1869]], untuk pertama kalinya, angkutan trem diperkenalkan oleh perusahaan trem ''[[Bataviasche Tramweg Maatschappij]]'' ([[Bataviasche Tramweg Maatschappij|BTM]]), untuk warga [[Batavia]]. Sarana penariknya berupa hewan kuda dengan lebar sepur 1.188 mm.<ref name=ArsitekturKAI>{{cite book
| last = Murti Hariyadi
| first = Ibnu
| authorlink =
| coauthors = Ekawati Basir, Mungki Indriati Pratiwi, Ella Ubaidi, Edi Sukmono
| title = Arsitektur Bangunan Stasiun Kereta Api di Indonesia
| publisher = PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
| date = 2016
| location = Jakarta
| pages = 1 - 14
| url =
| doi =
| id =
| isbn = 978-602-18839-3-8}}</ref>
Pada hari [[Jumat]], tanggal [[17 Juni]] [[1864]], kereta api pertama di Indonesia lahir. Pembangunan diprakarsai oleh ''[[Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij]]'' ([[Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij|NIS]]) dengan rute [[Stasiun Samarang|Samarang]]-[[Stasiun Tanggung|Tanggung]]. Pencangkulan tanah pertama dilakukan di Desa [[Kemijen, Semarang Timur, Semarang|Kemijen]] dan diresmikan oleh Mr. [[L.A.J.W. Baron Sloet van de Beele]]. Namun jalur ini dibuka tiga tahun berikutnya, [[10 Agustus]] [[1867]]. Hingga tahun [[1873]] tiga kota di [[Jawa Tengah]], yaitu [[Semarang]], [[Solo]], dan [[Yogyakarta]] sudah berhasil dihubungkan.<ref>Silakan dilihat di [http://www.kereta-api.co.id situs web resmi KAI]</ref><ref>{{cite web |url=http://wartakota.tribunnews.com/2014/03/01/dimanakah-stasiun-kereta-api-pertama-di-indonesia-ini-jawabannya |title=Dimanakah Stasiun Kereta Api Pertama di Indonesia? Ini Jawabannya |date=1 Maret 2014}}</ref><ref>{{cite news|last = Hamdani|first = Sylviana|title = Taking a Train Trip Down Memory Lane in Indonesia|url = http://www.thejakartaglobe.com/home/taking-a-train-trip-down-memory-lane-in-indonesia/356515|work = [[Jakarta Globe]]|date = 3 Februari 2010|accessdate = 3 Februari 2010}}</ref>
Masa politik kolonial liberal rupanya mengakibatkan Pemerintah Belanda enggan mendirikan perusahaannya dan justru memberikan kesempatan luas bagi perusahaan-perusahaan (KA) swasta. Namun sayangnya, perusahaan swasta itu tidak memberikan keuntungan berarti (apalagi [[Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij|NIS]] masih membutuhkan bantuan keuangan dari Pemerintah Kolonial), maka Departemen Urusan Koloni mendirikan operator KA lain, '''''[[Staatsspoorwegen]]''''', yang membentang dari [[Buitenzorg]] hingga [[Surabaya]]. Pertama dibangun di kedua ujungnya, jalur pertama di Surabaya dibuka pada tanggal [[16 Mei]] [[1878]] dan terhubung pada tahun [[1894]].
Selain itu, muncul juga lima belas operator KA swasta di Jawa yang menamakan dirinya sebagai "perusahaan trem uap", tetapi meskipun namanya demikian, perusahaan itu sudah dapat dianggap sebagai operator KA regional.
Sebagai perusahaan kolonial, sebagian besar jalur KA di Indonesia mempunyai dua tujuan: ekonomis dan strategis. Nyatanya, syarat bantuan keuangan [[Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij|NIS]] antara lain membangun rel KA ke [[Ambarawa]], yang memiliki benteng bernama Willem I (yang diambil dari nama Raja Belanda). Jalur KA negara pertama dibangun melalui pegunungan selatan Jawa, selain daerah datar di wilayah utara Jawa, untuk alasan strategis sama. Jalur KA negara di Jawa menghubungkan Anyer (lintas barat) menuju Banyuwangi (lintas timur).
Selain di Jawa, pembangunan rel KA juga dilakukan di [[Aceh]], menghubungkan [[Banda Aceh]] hingga Pelabuhan [[Uleelhee]], dengan lebar sepur 1.067 mm, yang digunakan untuk keperluan militer. Kemudian, lebar sepur yang sebelumnya 1.067 mm kemudian diganti menjadi 750 mm membentang ke selatan. Jalur ini kemudian berpindah kepemilikan dari Departemen Urusan Perang kepada Departemen Urusan Koloni tanggal [[1 Januari]] [[1916]] menyusul perdamaian relatif di Aceh.
Ada pula jalur kereta api di [[Minangkabau|Ranah Minangkabau]] (dibangun pada tahun [[1891]]-[[1894]]) dan [[Sumatra Selatan]] (dibangun tahun [[1914]]-[[1932]]). Kedua jalur ini digunakan untuk melintas layanan KA batu bara dari pertambangan bawah tanah menuju pelabuhan.
Di [[Sumatra Utara]], ada perusahaan KA bernama '''''[[Deli Spoorweg Maatschappij]]''''' yang banyak mengangkut [[karet]] dan [[tembakau]] di daerah Deli.
Pembangunan jalur kereta api juga dilangsungkan di [[Sulawesi Selatan]] pada bulan [[Juli]] [[1922]] hingga [[1930]]; sebagai bagian dari proyek besar-besaran pembangunan jalur rel di [[Kalimantan]] dan [[Sulawesi]], menggabungkan sistem rel KA di Sumatra, serta [[elektrifikasi]] jalur KA utama di Jawa. Namun [[Depresi Besar]] telah membatalkan upaya ini. Meskipun tidak sempat dibangun, studi pembangunan jalur KA di Kalimantan, Bali, dan Lombok telah selesai dilakukan.
Semasa [[pendudukan Jepang]], seluruh jalur KA (bahkan yang terpisah sekali pun) dikelola sebagai satu kesatuan. Sementara itu, di Sumatra, juga dikelola oleh [[Angkatan Laut Kekaisaran Jepang|cabang-cabang Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang]], secara terpisah.
Pendudukan Jepang akhirnya mengubah lebar sepur 1.435 mm di Jawa menjadi 1.067 mm, sebagai penyelesaian masalah lebar sepur ganda. Ini bukanlah "permasalahan nyata" karena tidak banyak perubahan materiil di kedua sistem itu, banyak rel 1.435 mm dipasangi rel ketiga pada tahun 1940, menghasilkan rel dengan lebar sepur campuran.
=== Pasca-kemerdekaan ===
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] dikumandangkan pada tanggal [[17 Agustus]] [[1945]], karyawan perusahaan kereta api yang tergabung dalam ''Angkatan Moeda Kereta Api'' (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari [[Jepang]].
Pada tanggal [[28 September]] [[1945]], pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya menegaskan bahwa mulai hari itu kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa [[Indonesia]] sehingga [[Jepang]] sudah tidak berhak untuk mencampuri urusan perkeretaapian di [[Indonesia]]. Inilah yang melandasi ditetapkannya tanggal [[28 September]] [[1945]] sebagai [[Hari Kereta Api]] serta dibentuknya ''Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia'' (DKARI).
Kecuali DKA, ada operator KA lain yaitu '''Kereta Api Soematra Oetara Negara Repoeblik Indonesia''' dan '''Kereta Api Negara Repoeblik Indonesia''' (1953-1960), yang semuanya beroperasi di Sumatra.
Nama DKA pun berubah menjadi '''''Perusahaan Negara Kereta Api''''' ('''PNKA'''),<ref>Perubahan nama berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1963</ref> semasa [[Orde Lama]]. Lalu, pada tanggal 15 September 1971 berubah menjadi '''''Perusahaan Jawatan Kereta Api''''' ('''PJKA''')<ref>Perubahan nama berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1971</ref>. Pada tanggal [[1 Agustus]] [[1990]], PJKA berubah menjadi '''''Perusahaan Umum Kereta Api''''' ('''Perumka''').
== Direktur & Kepala Pusat ==
Direktur & Kepala Pusat pada Perusahaan Jawatan Kereta Api tahun 1980<ref name=":0">Agenda Perusahaan Jawatan Kereta Api tahun 1980</ref>:
'''Direktur Utama''': Ir. Pantiarso
'''Direktur Instalasi Tetap''': Ir. Soeparto
'''Direktur Traksi & Materiil''': Ir. Sandjojo
'''Direktur Lalu Lintas''': Chaidir Nien Latief S.H.
'''Direktur Keuangan''': Imam Rustadi S.H.
'''Direktur Personalia''': Ir. Soeharso
'''Sekretaris Perusahaan''': Hersubno
'''Kepala Pusat Perencanaan''': Ir. Sutijanto
'''Kepala Pusat Pemeriksaan''': Soedharmoen Pintodihardjo
'''Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan''': Ir. Partosiswojo
'''Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan''': Asmanu B.E.
'''Pembantu Khusus Dirutka''': Ir. R. Moerhadi
== Kereta Api yang beroperasi ==
Kereta api yang beroperasi mulai 26 Juli 1979<ref name=":0" />
{| class="wikitable mw-collapsible collapsible"
! No. KA !! Nama KA !! colspan="2" |Trayek
|-
! colspan="4" |[[Jawa]]
|-
| 1||Bima I||[[Stasiun Surabaya Gubeng|Surabaya Gubeng]]||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]
|-
| 2||Bima II||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]||[[Stasiun Surabaya Gubeng|Surabaya Gubeng]]
|-
| 3||Mutiara I||[[Stasiun Surabaya Pasarturi|Surabaya Pasarturi]]||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]
|-
| 4||Mutiara I||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]||[[Stasiun Surabaya Pasarturi|Surabaya Pasarturi]]
|-
| 5||Mutiara Selatan||[[Stasiun Surabaya Kota|Surabaya Kota]]||[[Stasiun Bandung|Bandung]]
|-
| 6||Mutiara Selatan||[[Stasiun Bandung|Bandung]]||[[Stasiun Surabaya Kota|Surabaya Kota]]
|-
| 7||Gayabaru Malam Utara I||[[Stasiun Surabaya Pasarturi|Surabaya Pasarturi]]||[[Stasiun Pasarsenen|Pasarsenen]]
|-
| 8||Gayabaru Malam Utara II||[[Stasiun Pasarsenen|Pasarsenen]]||[[Stasiun Surabaya Pasarturi|Surabaya Pasarturi]]
|-
| 9||Gayabaru Malam Selatan I||[[Stasiun Surabaya Kota|Surabaya Kota]]||[[Stasiun Gambir|Gambir]]
|-
| 10||Gayabaru Malam Selatan II||[[Stasiun Gambir|Gambir]]||[[Stasiun Surabaya Kota|Surabaya Kota]]
|-
| 11||Espress Siang||[[Stasiun Surabaya Kota|Surabaya Kota]]||[[Stasiun Bandung|Bandung]]
|-
| 12||Espress Siang||[[Stasiun Bandung|Bandung]]||[[Stasiun Surabaya Kota|Surabaya Kota]]
|-
| 13||Senja I Smt||[[Stasiun Semarang Tawang|Semarang Tawang]]||[[Stasiun Pasarsenen|Pasarsenen]]
|-
| 14||Senja I Smt||[[Stasiun Pasarsenen|Pasarsenen]]||[[Stasiun Semarang Tawang|Semarang Tawang]]
|-
| 15||Senja I Smt||[[Stasiun Semarang Tawang|Semarang Tawang]]||[[Stasiun Pasarsenen|Pasarsenen]]
|-
| 16||Senja I Smt||[[Stasiun Pasarsenen|Pasarsenen]]||[[Stasiun Semarang Tawang|Semarang Tawang]]
|-
| 17||Senja Kta||[[Stasiun Kutoarjo|Kutoarjo]]||[[Stasiun Pasarsenen|Pasarsenen]]
|-
| 18||Senja Kta||[[Stasiun Pasarsenen|Pasarsenen]]||[[Stasiun Kutoarjo|Kutoarjo]]
|-
| 19||Senja Yk||[[Stasiun Yogyakarta|Yogyakarta]]||[[Stasiun Gambir|Gambir]]
|-
| 20||Senja Yk||[[Stasiun Gambir|Gambir]]||[[Stasiun Yogyakarta|Yogyakarta]]
|-
| 21||Senja Mn||[[Stasiun Madiun|Madiun]]||[[Stasiun Gambir|Gambir]]
|-
| 22||Senja Mn||[[Stasiun Gambir|Gambir]]||[[Stasiun Madiun|Madiun]]
|-
| 23||Senja Slo||[[Stasiun Solobalapan|Solobalapan]]||[[Stasiun Gambir|Gambir]]
|-
| 24||Senja Slo||[[Stasiun Gambir|Gambir]]||[[Stasiun Solobalapan|Solobalapan]]
|-
| 25||S.G. Jati I||[[Stasiun Cirebon|Cirebon]]||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]
|-
| 26||S.G. Jati II||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]||[[Stasiun Cirebon|Cirebon]]
|-
| 27||S.G. Jati III||[[Stasiun Cirebon|Cirebon]]||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]
|-
| 28||S.G. Jati IV||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]||[[Stasiun Cirebon|Cirebon]]
|-
| 29||S.G. Jati V||[[Stasiun Cirebon|Cirebon]]||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]
|-
| 30||S.G. Jati VI||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]||[[Stasiun Cirebon|Cirebon]]
|-
| 31||Parahiyangan I||[[Stasiun Bandung|Bandung]]||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]
|-
| 32||Parahiyangan II||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]||[[Stasiun Bandung|Bandung]]
|-
| 33||Parahiyangan III||[[Stasiun Bandung|Bandung]]||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]
|-
| 34||Parahiyangan IV||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]||[[Stasiun Bandung|Bandung]]
|-
| 35||Parahiyangan V||[[Stasiun Bandung|Bandung]]||[[Stasiun Gambir|Gambir]]
|-
| 36||Parahiyangan VI||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]||[[Stasiun Bandung|Bandung]]
|-
| 37||Parahiyangan VII||[[Stasiun Bandung|Bandung]]||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]
|-
| 38||Parahiyangan VIII||[[Stasiun Gambir|Gambir]]||[[Stasiun Bandung|Bandung]]
|-
| 39||Parahiyangan IX||[[Stasiun Bandung|Bandung]]||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]
|-
| 40||Parahiyangan X||[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]]||[[Stasiun Bandung|Bandung]]
|-
| 41||Mutiara Timur||[[Stasiun Surabaya Kota|Surabaya Kota]]||[[Stasiun Banyuwangi|Banyuwangi]]
|-
| 42||Mutiara Timur||[[Stasiun Banyuwangi|Banyuwangi]]||[[Stasiun Surabaya Kota|Surabaya Kota]]
|-
| 43||Mutiara Timur||[[Stasiun Surabaya Kota|Surabaya Kota]]||[[Stasiun Banyuwangi|Banyuwangi]]
|-
| 44||Mutiara Timur||[[Stasiun Banyuwangi|Banyuwangi]]||[[Stasiun Surabaya Kota|Surabaya Kota]]
|-
| 47F||Expres. F||[[Stasiun Surabaya Kota|Surabaya Kota]]||[[Stasiun Semarang Tawang|Semarang Tawang]]
|-
| 45F||Prisendam||[[Stasiun Surabaya Kota|Surabaya Kota]]||[[Stasiun Yogyakarta|Yogyakarta]]
|-
| 61F||Transmigrasi||[[Stasiun Solojebres|Solojebres]]||[[Stasiun Jatinegara|Jatinegara]]
|-
| 204F||Transmigrasi||[[Stasiun Tanahabang|Tanahabang]]||[[Stasiun Merak|Merak]]
|-
| 305F||Transmigrasi||[[Stasiun Merak|Merak]]||[[Stasiun Tanahabang|Tanahabang]]
|-
| 63||Expres||[[Stasiun Cileduk|Cileduk]]||[[Stasiun Cirebon|Cirebon]]
|-
| 64||Expres||[[Stasiun Cirebon|Cirebon]]||[[Stasiun Cileduk|Cileduk]]
|-
! colspan="4" |Sumatra Utara
|-
|90
|Putri Hijau
|[[Stasiun Medan|Medan]]
|[[Stasiun Tanjung Balai|Tanjung Balai]]
|-
|91
|Putri Hijau
|[[Stasiun Tanjung Balai|Tanjung Balai]]
|[[Stasiun Medan|Medan]]
|-
|92
|Sribilah
|[[Stasiun Medan|Medan]]
|[[Stasiun Rantau Prapat|Rantau Prapat]]
|-
|93
|Sribilah
|[[Stasiun Rantau Prapat|Rantau Prapat]]
|[[Stasiun Medan|Medan]]
|-
|94
|Lancangkuning
|[[Stasiun Medan|Medan]]
|[[Stasiun Tanjung Balai|Tanjung Balai]]
|-
|95
|Lancangkuning
|[[Stasiun Tanjung Balai|Tanjung Balai]]
|[[Stasiun Medan|Medan]]
|-
|96
|Ekspress
|[[Stasiun Tebingtinggi|Tebingtinggi]]
|[[Stasiun Siantar|Siantar]]
|-
|97
|Ekspress
|[[Stasiun Siantar|Siantar]]
|[[Stasiun Tebingtinggi|Tebingtinggi]]
|}
== Referensi ==
{{reflist}}
__PAKSADAFTARISI__
|