Heiho: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
(HG) (3.4.9)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Sedang ditulis}}
{{nihongo|'''Heiho'''|兵補|Heiho|tentara pembantu}} adalah [[pasukan]] yang terdiri dari bangsa [[Indonesia]] yang dibentuk oleh tentara pendudukan [[Jepang]] di Indonesia pada masa [[Perang Dunia II]]. Pasukan ini dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang pada tanggal [[2 September]] [[1942]] dan mulai merekrut anggota pada [[22 April]] [[1943]].
 
{{nihongo|'''Heiho'''|兵補|Heiho|tentara pembantu}} adalah [[pasukan]] yang terdiri dari bangsa [[Indonesia]] yang dibentuk oleh tentara pendudukan [[Jepang]] di Indonesia pada masa [[Perang Dunia II]]. Heiho juga termasuk salah satu [[organisasi]] [[militer]] yang dibentuk selain [[PETA]] dan [[Gyugun]]. Tapi, pemuda-pemuda Indonesia yang bergabung dengan Heiho tidak diberi pangkat atau jabatan yang tinggi. Berbeda bagi pemuda yan tergabung dalam PETA atau Gyugun yang selalui ada promosi kenaikan pangkat atau jabatan. Padahal para pemuda berharap, perekrutan masuk heiho ini sebagai pijakan karier militer untuk meningkatkan strata sosial (digaji Jepang) dan terhindar dari sistem romusha (kerja paksa).
==Pembentukkan==
{{nihongo|'''Heiho'''|兵補|Heiho|tentara pembantu}} adalah [[pasukan]] yang terdiri dari bangsa [[Indonesia]] yang dibentuk oleh tentara pendudukan [[Jepang]] di Indonesia pada masa [[Perang Dunia II]]. Pasukan ini dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang pada tanggal [[2 September]] [[1942]] dan mulai merekrut anggota pada [[22 April]] [[1943]].
Tak seperti PETA yang dikhususkan untuk pertahanan jika sekutu memijak Indonesia, Heiho justru turut diikutkan ke berbagai medan pertempuran Perang Pasifik yang sesungguhnya, seperti di Filipina, Thailand, Morotai, Rabaul (kini Papua Nugini), Balikpapan dan Burma (kini Myanmar).
Tapi lantaran masih kurangnya pelatihan, mereka lebih sering dijadikan tameng peluru atau martir bom bunuh diri. Ketika Jepang menyerah, jumlah pasukan Heiho saat itu diperkirakan sebesar 42 ribu personel, baik Heiho darat maupun Heiho Kaigun (laut).
Heiho pada awalnya dimaksudkan untuk membantu pekerjaan kasar militer seperti membangun kubu dan parit pertahanan, menjaga tahanan, dll. Dalam perkembangannya, seiring semakin sengitnya pertempuran, Heiho dipersenjatai dan dilatih untuk diterjunkan di medan perang, bahkan hingga ke [[Morotai]] dan [[Burma]].
 
Menjelang akhir pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah pasukan Heiho diperkirakan mencapai 42.000 orang dengan lebih dari setengahnya terkonsentrasi di pulau Jawa. Heiho dibubarkan oleh PPKI setelah Jepang menyerah pada [[Belanda]] dan sebagian anggotanya dialihkan menjadi anggota [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR).