Gayatri (Rajapatni): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 22:
Menurut ''[[Nagarakretagama]]'', sebagai sesepuh keluarga kerajaan yang masih hidup, Gayatri berhak atas tahta. Akan tetapi Gayatri saat itu sudah mengundurkan diri dari kehidupan duniawi dengan menjadi [[Bhiksuni]] (pendeta [[Buddha]]). Ia lalu memerintahkan putrinya, [[Tribhuwanotunggadewi]] naik tahta mewakilinya pada tahun 1329 menggantikan [[Jayanagara]] yang tidak punya keturunan. Pada tahun 1350, [[Tribhuwanotunggadewi]] turun tahta bersamaan dengan meninggalnya Gayatri.
 
''[[Nagarakretagama]]'' seolah memberitakan kalau takhta [[Jayanagara]] diwarisi Gayatri, karena ibu tirinya itu adalah putri [[Kertanagara]]. Mengingat Gayatri adalah putri bungsu, kemungkinan saat itu istri-istri [[Raden Wijaya]] yang lain sudah meninggal semua dan garis keturunan yang masih tersisa adalah dari Gayatri. Karena Gayatri telah menjadi pendetaBhiksuni, maka pemerintahannya pun diwakili oleh puterinya, [[Tribhuwanotunggadewi]] yang diangkat sebagai ''Rajaputri'' (Raja perempuan), sebutan untuk membedakan dengan istilah "Ratu" dalam bahasa Jawa yang berarti "penguasa".
 
Sementara pihak menganggap berita dalam ''[[Nagarakretagama]]'' tersebut kurang tepat, karena pada tahun 1351 [[Tribhuwanotunggadewi]] masih menjadi rajaputri, terbukti dengan ditemukannya [[prasasti Singasari]]. ''[[Nagarakretagama]]'' dan ''[[Pararaton]]'' juga memberitakan pada tahun 1362 [[Hayam Wuruk]] (raja keempat) mengadakan upacara [[Sraddha]] memperingati 12 tahun meninggalnya Gayatri Rajapatni.