Kota Samarinda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
ada Penambahan
Baris 24:
|penduduktahun = 2015
|kepadatan = auto
|suku = [[Suku Kutai|Kutai]], [[Suku Banjar|Banjar]], [[Suku Dayak|Dayak]], [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Bugis|Bugis]], [[Suku Bajau|Bajo]], [[Suku Mandar|Mandar]], [[Suku Osing|Osing]], [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]].<ref name="Magenda48">{{cite book
| language= en
| url= https://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&pg=PT54&dq=Table+3.+population+of+Samarinda+ethnic+group+banjarese+kutai/malay&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjQ6vrPm9HmAhU963MBHaCOA5IQuwUILzAA#v=onepage&q=Table%203.%20population%20of%20Samarinda%20ethnic%20group%20banjarese%20kutai%2Fmalay&f=false
Baris 56:
Pada tahun 1565, terjadi migrasi [[suku Banjar]] dari Batang Banyu ke daratan Kalimantan bagian timur. Ketika itu rombongan Banjar dari [[Amuntai]] di bawah pimpinan Aria Manau dari [[Kerajaan Kuripan]] (Hindu) merintis berdirinya [[Kerajaan Sadurangas]] (Pasir Balengkong) di daerah [[Paser]]. Selanjutnya suku Banjar juga menyebar di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara, yang di dalamnya meliputi kawasan di daerah yang sekarang disebut Samarinda.
 
Sejarah bermukimnya suku Banjar di Kalimantan bagian timur pada masa otoritas [[Kerajaan Banjar]] juga dinyatakan oleh tim peneliti dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1976): “Bermukimnya suku Banjar di daerah ini untuk pertama kali ialah pada waktu kerajaan Kutai Kertanegara tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Banjar.”<ref>Tim Penyusun (1976). Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Kalimantan Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 17.</ref><ref>{{cite book|last=Kartodirdjo|first=Sartono|year=1993|url=http://books.google.co.id/books?id=TYYeAAAAMAAJ&q=sawakung&dq=sawakung&hl=id&ei=KLzPTfL6JIy3rAfs7rDCCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CDAQ6AEwAQ|title=Pengantar sejarah Indonesia baru, 1500-1900: Dari emporium sampai imperium|last=Kartodirdjo|first=Sartono|publisher=Gramedia|year=1993|isbn=9794031291|pages=121|langauge=id}} ISBN 978-979-403-129-2</ref> Inilah yang melatarbelakangi terbentuknya bahasa Banjar sebagai bahasa dominan mayoritas masyarakat Samarinda di kemudian hari, walaupun telah ada beragam suku yang datang, seperti Bugis dan Jawa.<ref>Sarip, Muhammad (2015). Samarinda Bahari, Sejarah 7 Zaman Daerah Samarinda. Samarinda: Komunitas Samarinda Bahari, hlm. 18. ISBN 978-602-73617-0-6.</ref>
 
Pada tahun 1730, rombongan Bugis Wajo yang dipimpin La Mohang Daeng Mangkona merantau ke Samarinda. Semula mereka diizinkan Raja Kutai bermukim di muara Karang Mumus, tetapi dengan pertimbangan subjektif bahwa kondisi alamnya kurang baik, mereka memilih lokasi di Samarinda Seberang.<ref>Ars, Moh. Nur dkk (1986). Sejarah Kota Samarinda. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, hlm. 3.</ref> Dalam kaitan ini, lokasi di bagian Samarinda Kota sebelum kedatangan Bugis Wajo, sudah terbentuk permukiman penduduk dengan sebagian areal perladangan dan persawahan yang pada umumnya dipusatkan di sepanjang tepi Sungai Karang Mumus dan Karang Asam.<ref name="pemkot">{{cite web |url=http://www.samarindakota.go.id/content/sejarah-kota-samarinda |title=Sejarah Kota Samarinda |publisher=Pemerintah Kota Samarinda |accessdate=31 Desember 2014 }}</ref>