Suku Dayak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 52:
}}
'''Suku Dayak'''<ref>[http://www.indonesianhistory.info/map/discoverethnic.html Ethnicity and territory in the late colonial imagination]</ref><ref>{{cite book|last=Sellato|first=Bernard|year=2002|url=http://books.google.co.id/books?id=58r5K9h8jS8C&lpg=PA32&dq=Gouvernement%20Borneo&pg=PA19#v=onepage&q&f=false|title=Innermost Bornéo: studies in Dayak cultures
Berdasarkan bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di [[Gua Niah]] ([[Sarawak]]) dan [[Gua Babi]] ([[Kalimantan Selatan]]), penghuni pertama Kalimantan memiliki ciri-ciri Austro-Melanesia, dengan proporsi tulang kerangka yang lebih besar dibandingkan dengan penghuni Kalimantan masa kini</ref> yang mendiami Pulau [[Kalimantan]] ([[Brunei]], [[Malaysia]] yang terdiri dari [[Sabah]] dan [[Sarawak]], serta [[Indonesia]] yang terdiri dari [[Kalimantan Barat]], [[Kalimantan Timur]], [[Kalimantan Tengah]], [[Kalimantan Utara]], dan [[Kalimantan Selatan]]). Ada 5 suku atau 7 suku asli Kalimantan yaitu [[suku Melayu|Melayu]], [[rumpun Dayak|Dayak]], [[suku Banjar|Banjar]], [[suku Kutai|Kutai]], [[suku Paser|Paser]], [[suku Berau|Berau]] dan [[suku Tidung|Tidung]]<ref>{{cite book|last=Haris|first=Syamsuddin|year=2004|url=http://books.google.co.id/books?id=mF6bdlj8qrYC&lpg=PA186&dq=banjar%20sumatera%20utara&pg=PA188#v=onepage&q=banjar%20sumatera%20utara&f=true|title=Desentralisasi dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI
Ada yang membagi orang Dayak dalam enam rumpun yakni [[rumpun Klemantan]] alias Kalimantan, [[rumpun Iban]], [[rumpun Apokayan]] yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, [[rumpun Murut]], [[rumpun Ot Danum-Ngaju]] dan [[rumpun Punan]]. Namun secara ilmiah, para linguis melihat 5 kelompok bahasa yang dituturkan di pulau Kalimantan dan masing-masing memiliki kerabat di luar pulau Kalimantan:<ref>[http://www.ethnologue.com/map/ID_k__ Indonesia, Kalimantan ]</ref>
Baris 62:
* "[[Rumpun bahasa Borneo Utara|Borneo Utara]]" (99 bahasa), termasuk bahasa Yakan di Filipina serta satu suku yang berdiri dengan nama sukunya sendiri yaitu [[Suku Tidung]].<ref>http://www.ethnologue.com/subgroups/north-borneo</ref>
* "[[Rumpun Bahasa Sulawesi Selatan|Sulawesi Selatan]]" dituturkan 3 suku Dayak di pedalaman Kalbar: Dayak Taman, Dayak Embaloh, Dayak Kalis disebut rumpun Dayak Banuaka.<ref>http://www.ethnologue.com/subgroups/tamanic</ref><ref>http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04s04.html</ref>
* "[[Rumpun bahasa Melayik|Melayik]]" dituturkan: [[Dayak Meratus]]/Bukit (alias Banjar [[arkhais]]), [[Dayak Iban]] (dan Saq Senganan), [[Dayak Keninjal]], [[Dayak Bamayoh]] (Malayic Dayak), [[Dayak Kendayan]] (Kanayatn). Beberapa suku asal Kalimantan beradat Melayu yang terkait dengan rumpun ini sebagai suku-suku yang berdiri sendiri yaitu [[Suku Banjar]], [[Suku Kutai]], [[Suku Berau]], [[Suku Sambas]], dan [[Suku Kedayan]].<ref>http://www.ethnologue.com/subgroups/malayic</ref><ref>http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04s03.html</ref><ref>{{cite book|last=Schulze|first=Fritz|year=2006|url=http://books.google.co.id/books?id=wsWX4TTfFAEC&lpg=PA47&dq=Insular%20Southeast%20Asia%20banjar%20kutai%20lakes%20malay&pg=PA47#v=onepage&q&f=false|title=Insular Southeast Asia: linguistic and cultural studies in honour of Bernd Nothofer
== Etimologi ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Dajak vrouwen verkopen vruchten vanaf een vlot op de Barito-rivier bij Bandjermasin Zuid-Borneo TMnr 10005854.jpg|jmpl|250 px|ka| Masyarakat Dayak Barito beragama Islam yang dikenali sebagai [[suku Bakumpai]] di [[sungai Barito]] tempo dulu.]]
Istilah "Dayak" paling umum digunakan untuk menyebut orang-orang asli non-Muslim, non-Melayu yang tinggal di pulau itu.<ref>King, 1993:29</ref><ref>{{cite book|last=Leeming|first=David Adams|year=2010|url=http://books.google.co.id/books?id=9I62BcuPxfYC&lpg=PA99&dq=Dyak&pg=PA99#v=onepage&q=Dyak&f=false|title=Creation myths of the world: an encyclopedia
Istilah untuk suku penduduk asli dekat Sambas dan Pontianak adalah Daya (Kanayatn: orang daya= orang darat), sedangkan di Banjarmasin disebut Biaju (bi= dari; aju= hulu).<ref>{{cite book|pages=338 |url=http://books.google.co.id/books?id=rj4KAQAAMAAJ&dq=Benjar&pg=PA338#v=onepage&q=Benjar&f=false |title=London encyclopaedia; or, Universal dictionary of science, art, literature and practical mechanics: comprising a popular view of the present state of knowledge|volume=4|first=Thomas |last=Tegg|publisher=Printed for Thomas Tegg|year=1829}}</ref> Jadi semula istilah orang Daya (orang darat) ditujukan untuk penduduk asli Kalimantan Barat yakni rumpun Bidayuh yang selanjutnya dinamakan Dayak Darat yang dibedakan dengan Dayak Laut (rumpun Iban). Di Banjarmasin, istilah Dayak mulai digunakan dalam perjanjian Sultan Banjar dengan Hindia Belanda tahun 1826, untuk menggantikan istilah Biaju Besar (daerah [[sungai Kahayan]]) dan [[Biaju Kecil]] (daerah sungai Kapuas Murung) yang masing-masing diganti menjadi Dayak Besar dan [[Kabupaten Kapuas|Dayak Kecil]], selanjutnya oleh pihak kolonial Belanda hanya kedua daerah inilah yang kemudian secara administratif disebut [[Tanah Dayak]]. Sejak masa itulah istilah Dayak juga ditujukan untuk rumpun Ngaju-Ot Danum atau rumpun Barito. Selanjutnya istilah “Dayak” dipakai meluas yang secara kolektif merujuk kepada suku-suku penduduk asli setempat yang berbeda-beda bahasanya<ref>{{cite book|pages=261 |url=http://books.google.co.id/books?id=GRE3AAAAMAAJ&dq=Banjer-masin&pg=PA261#v=onepage&q=Banjer-masin&f=false |title=Foreign missionary chronicle|publisher=s.n. (1838)}}</ref>, khususnya non-Muslim atau non-Melayu.<ref>King, 1993.</ref> Pada akhir abad ke-19 (pasca Perdamaian Tumbang Anoi) istilah Dayak dipakai dalam konteks kependudukan penguasa kolonial yang mengambil alih kedaulatan suku-suku yang tinggal di daerah-daerah pedalaman Kalimantan.<ref>Rousseau, 1990</ref> Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Kalimantan Timur, Dr. August Kaderland, seorang ilmuwan [[Belanda]], adalah orang yang pertama kali mempergunakan istilah Dayak dalam pengertian di atas pada tahun [[1895]].
Baris 81:
Di daerah selatan Kalimantan Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak di daerah itu sering disebut ''Nansarunai Usak Jawa''<ref>[http://melayuonline.com/ensiclopedy/?a=SnFULzgveVRteDdaM2dl=&l=usak-jawa Usak Jawa]</ref>, yakni kerajaan Nansarunai dari [[Dayak Maanyan]] yang dihancurkan oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun [[1309]]-[[1389]].<ref>Fridolin Ukur, 1971</ref> Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak Maanyan terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman ke wilayah suku Dayak Lawangan. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasal dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun [[1520]]).
Sebagian besar suku Dayak di wilayah selatan dan timur kalimantan yang memeluk [[Islam]] keluar dari suku Dayak dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai atau [[Suku Banjar|orang Banjar]] dan [[Suku Kutai]]. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman, bermukim di daerah-daerah [[Kayu Tangi]], [[Distrik Amuntai|Amuntai]], [[Distrik Margasari|Margasari]], [[Distrik Amandit|Batang Amandit]], [[Distrik Labuan Amas|Batang Labuan Amas]] dan [[Distrik balangan|Batang Balangan]]. Sebagian lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang pimpinan Banjar Hindu yang terkenal adalah [[Lambung Mangkurat]] menurut orang Dayak adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum).<ref>{{cite book|last=Susanto|first=A. Budi|year=2007|url=http://books.google.co.id/books?id=QyXg_GDYCdMC&lpg=PA216&dq=pangeran%20antasari&pg=PA216#v=onepage&q=pangeran%20antasari&f=false|title=Masihkah Indonesia
Di Kalimantan Timur, orang Suku Tonyoy-Benuaq yang memeluk Agama Islam menyebut dirinya sebagai [[Suku Kutai]]. Tidak hanya dari Nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa [[Tionghoa]] tercatat mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming yang tercatat dalam buku ''323 Sejarah Dinasti Ming'' (1368-1643). Dari manuskrip berhuruf hanzi disebutkan bahwa kota yang pertama dikunjungi adalah Banjarmasin dan disebutkan bahwa seorang pangeran yang berdarah [[Biaju]] menjadi pengganti Sultan Hidayatullah I . Kunjungan tersebut pada masa [[Sultan Hidayatullah I]] dan penggantinya yaitu [[Sultan Mustain Billah]]. Hikayat Banjar memberitakan kunjungan tetapi tidak menetap oleh pedagang jung bangsa Tionghoa dan Eropa (disebut Walanda) di Kalimantan Selatan telah terjadi pada masa Kerajaan Banjar Hindu (abad XIV). Pedagang [[Orang Cina Parit|Tionghoa]] mulai menetap di kota Banjarmasin pada suatu tempat dekat pantai pada tahun 1736.<ref>http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf</ref>
Baris 330:
Di wilayah perkampungan-perkampungan Dayak yang masih beragama Kaharingan berlaku hukum adat Dayak. Wilayah-wilayah di pesisir Kalimantan dan pusat-pusat kerajaan Islam, masyarakatnya tunduk kepada hukum adat Banjar/Melayu seperti suku Banjar, Melayu-Senganan, Kedayan, Bakumpai, Kutai, Paser, Berau, Tidung, dan Bulungan. Bahkan di wilayah perkampungan-perkampungan Dayak yang telah sangat lama berada dalam pengaruh agama Kristen yang kuat kemungkinan tidak berlaku hukum adat Dayak/Kaharingan. Pada masa kolonial, orang-orang [[bumiputera]] Kristen dan orang Dayak Kristen di perkotaan disamakan kedudukannya dengan orang Eropa dan tunduk kepada hukum golongan Eropa. Belakangan penyebaran agama Kristen mampu menjangkau daerah-daerah Dayak terletak sangat jauh di pedalaman sehingga agama Kristen dianut oleh hampir semua penduduk pedalaman dan diklaim sebagai agama orang Dayak.
Jika kita melihat sejarah pulau Borneo dari awal, orang-orang dari Sriwijaya, orang ''Melayu'' yang mula-mula bermigrasi ke Kalimantan. Etnis Tionghoa [[Hui]] Muslim [[mazhab Hanafi|Hanafi]] menetap di Sambas sejak tahun 1407, karena pada masa [[Dinasti Ming]], bandar Sambas menjadi pelabuhan transit pada jalur perjalanan dari [[Champa]] ke [[Manila|Maynila]], Kiu kieng (Palembang) maupun ke [[Majapahit]].<ref name="Muljana">{{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2005|url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&pg=PA61#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara
== Konflik ==
|