Kerajaan Tamiang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 3:
== Sejarah kesultanan/Kerajaan Tamiang ==
Nama dari kerajaan tamiang tersebut pada awalnya diambil dari sebuah kata "Tamiang" yang juga berasal dari kata "te-miyang". Nama tersebut diambil dari sebuah legenda yang berasal dari wilayah tersebut yang berarti tidak gatal-gatal atau kebal terhadap miang bambu. Hal tersebut juga berhubungan dengan cerita sejarah tentang Raja Tamiang yang bernama Pucook Sulooh, ketika masih bayi raja teraebut ditemui dalam rumpun bambu Betong atau betung (istilah Tamiang ” bulooh ”
Sebelum islam masuk ke tamiang, wilayah ini pada umumnya masih dalam pengatruh hindu-budha kala itu. Hal ini ditandai dengan adanya penjelasan tentang kerajaan tamiang yang terdapat pada prasasti sriwijaya.<ref name=":0" /> Pada Awal abad ke-14 sekelompok [[Dai|da'i]] atau disebut juga dengan pengkhotbah Islam dikirim ke Tamiang oleh [[Kesultanan Samudera Pasai|Sultan Samudra Pasai.]] Raja yang berkuasa di tamiang ketika itu beranama Po dinok. Ia tidak mendukung kedatangan kelompok ini pendakwah islam tersebut. Ia kemudian menyerang kelompok tersebut, tetapi kalah dan akhirnya meninggal. Setelah penaklukan tersebut maka terjadi proses islamisasi masyarakat kerajaan Tamian pra islam menjadi islam. Proses islamisasi ini berlangsung secara damai sehingga terpilihlah Raja Muda Sedia (1330- 1352 M) sebagai raja pertama Kerajaan Islam Tamiang. Pada masa Raja Muda Sedia (1330- 1352 M) sistem pemerintahan Kerajaan Islam Tamiang adalah sistem pemerintahan berdasarkan pewarisan atau turun termurun. Struktur pemerintahan Kerajaan Islam Tamiang dipengaruhi oleh Samudera Pasai dan Aceh Darussalam. Bentuk peradaban yang dibangun oleh raja untuk Kerajaan Islam Tamiang bertujuan untuk memenuhi kepentingan rakyat Tamiang.<ref>{{Cite book|last=Koestoro|first=Lucas Partanda|last2=Restiyadi|first2=Andri|last3=Ratna|first3=-|last4=Afkhar|first4=Indra|last5=Setyaningsih|first5=Rita Margaretha|date=2009|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/8652/|title=Berita penelitian arkeologi No. 22 : situs dan objek arkeologi-historis Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam|location=Medan|publisher=Balai Arkeologi Medan|language=id}}</ref><ref>{{Cite journal|last=MUHAMMAD IQBAL|first=NIM 09120097|date=2014-04-11|title=KERAJAAN ISLAM TAMIANG DI ACEH ABAD KE XIV - XVI|url=http://digilib.uin-suka.ac.id/13069/|language=en|publisher=UIN SUNAN KALIJAGA}}</ref>
Pada masa pemerintahan Raja Muda terjadi agresi Majapahit yang dipimpin Patih Nala pada 1377. Angkatan perang Majapahit menduduki Pulau Kampai di [[Selat Malaka]]. Patih Nala mengirim utusan kepada Raja Muda Seudia, meminta Raja untuk menyerahkan puterinya (Puteri Lindung Bulan) untuk persembahan pada [[Raja Majapahit]], Prabu Rajasanagara [[Hayam Wuruk]].
|