Siti Fadilah Supari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
(-) Sudah ada di sub karier
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 54:
Pada [[20 Oktober]] [[2004]], ia ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin [[Departemen Kesehatan Republik Indonesia|Departemen Kesehatan]]. Ia mengaku terkejut karena ditunjuk menjadi menteri. Serah terima jabatan menkes dari [[Achmad Sujudi]] ke Siti Fadilah dilakukan di [[Jakarta]], [[21 Oktober]] [[2004]]. Film kaleidoskop Departemen Kesehatan tahun 1999-2004 diputar pada acara tersebut. Selain itu, Achmad Sujudi juga menyerahkan 32 buku yang berisi kegiatan, kebijakan dan [[Perpu|peraturan perundang-undangan]] yang dihasilkan serta memori jabatan yang diharapkan dapat menjadi acuan kebijakan selanjutnya.
 
Siti Fadilah mengakhiri pengiriman virus [[flu burung]] ke laboratorium WHO pada November 2006<ref>{{id}} {{cite web|url=http://www.ontrackmedia.or.id/indonesia/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=14|title=Indonesia Lakukan Pengiriman Virus Sesuai Aturan Domestik|accessdate=21 Agustus 2008|publisher=OnTrackMedia Indonesia}}</ref><ref name="xinhua"/> karena ketakutan akan pengembangan vaksin yang lalu dijual ke negara-negara berkembang, dengan Amerika Serikat mendapat keuntungan dan Indonesia tidak mendapat apa-apa.<ref name="sitiblog"/> Ia juga takut bahwa vaksin itu akan digunakan untuk senjata biologi.<ref name="sitiblog"/> Setelah itu, ia berusaha mengembalikan hak Indonesia. Pada [[28 Maret]] [[2007]], Indonesia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memulai pengiriman virus dengan cara baru untuk memberikan akses vaksin terhadap [[negara berkembang]].<ref name="reuters"/> Siti Fadilah mengkonfirmasi pada tanggal [[15 Mei]] [[2007]] bahwa Indonesia kembali mengirimkan sampel [[H5N1]] ke laboratorium WHO.<ref name="xinhua">{{en}} {{cite news|url=http://news.xinhuanet.com/english/2007-05/16/content_6105954.htm|title=Indonesia resumes sending bird flu samples to WHO|publisher=[[Xinhua]] News|language=[[Bahasa Inggris|Inggris]]|date=16 Mei 2007|accessdate=21 Juni 2008}}</ref><ref name="reuters">{{en}} {{cite news|url=http://www.abc.net.au/news/stories/2007/05/15/1923985.htm|title=Indonesia resumes sharing bird flu samples with WHO|publisher=ABC News Australia, [[Reuters]]|language=[[Bahasa Inggris|Inggris]]|date=15 Mei 2007|accessdate=21 Agustus 2008}}</ref>
 
Pada Maret 2007, ia menuding [[Asuransi Kesehatan|Askes]] tidak menyalurkan klaim rumah sakit sesuai dengan permintaan dalam rapat di [[Dewan Perwakilan Rakyat]].
 
Pada tanggal [[6 Januari]] [[2008]], Siti Fadilah merilis buku [[Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung]] yang berisi mengenai Perjalanannya melawan Flu Burung di Indonesia dan adanya bayang-bayang [[nekolim]] dari luar negeri. Bukunya dianggap membongkar cara kerja WHO Sebenarnya.<ref name="SIB">{{cite web|url=http://hariansib.com/2008/02/22/who-sby-minta-buku-menkes-saatnya-dunia-berubah-ditarik/|title=WHO: SBY Minta Buku Menkes “Saatnya Dunia Berubah” Ditarik|publisher= Harian Sinar Indonesia Baru|date=22 Februari 2008|accessdate=22 Februari 2008}}</ref> Siti Fadilah membuka ketidak-adilan [[World Health Organization]] (WHO) yang telah lebih dari 50 tahun mewajibkan ''virus sharing'' yang ternyata banyak merugikan negara miskin dan berkembang asal [[virus]] tersebut.<ref name="sitiblog">{{id}} {{cite web|url=http://www.sitifadilah.org/book/saatnya-dunia-berubah/|title=Ulasan buku di blog Siti Fadilah|authors=Siti Fadilah|publisher=Siti Fadilah|accessdate=22 Februari 2008}}</ref> Buku ini menuai protes dari petinggi-petinggi WHO dan AS. Buku edisi Bahasa Inggris ditarik dari peredaran untuk dilakukan revisi,<ref>{{id}} {{cite news
|first =
|last =
Baris 74:
}}</ref> sedangkan buku edisi Bahasa Indonesia masih beredar dan memasuki cetakan ke-4.
 
Siti Fadilah menjamin bahwa Indonesia dapat memproduksi vaksin flu burung sendiri pada Mei 2008.<ref>{{id}} {{cite news|url=http://www.antara.co.id/arc/2008/5/11/bio-farma-produksi-vaksin-flu-burung/|title=Bio Farma Produksi Vaksin Flu Burung|publisher=Antara|language=[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]|date=11 Mei 2007|accessdate=21 Agustus 2008}}</ref><ref>{{en}} {{cite news|url=http://news.xinhuanet.com/english/2005-12/15/content_3926802.htm|title=Indonesia to produce anti-bird flu vaccine|publisher=[[Xinhua]]|language=[[Bahasa Inggris|Inggris]]|date=15 Desember 2005|accessdate=21 Agustus 2008}}</ref> Ia juga menyatakan bahwa industri vaksin Indonesia setara dengan [[Republik Rakyat Tiongkok]].<ref>{{id}} {{cite news|url=http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/industri-vaksin-ri-setara-china.html|title=Industri Vaksin RI Setara China|publisher=Seputar Indonesia|language=[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]|date=21 Agustus 2008|accessdate=21 Agustus 2008}}</ref>
 
Pada Selasa, 12 Mei 2009, ia meminta disampaikan secara khusus agar penerimaan mahasiswa asing untuk bidang kedokteran dihentikan secara bertahap kepada petinggi [[Universitas Padjadjaran]], Bandung, dihadapan para wartawan, saat berkunjung ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung. Alasannya, masih banyak orang Indonesia yang ingin jadi dokter, serta fasilitas rumah sakit yang dipakai untuk praktik mahasiswa kedokteran asing dibiayai oleh uang rakyat tapi dipakai calon dokter dari [[Malaysia]].<ref>{{cite news|url=http://www.rambukota.com/showNews.php?id_news=1465&cat=13|title=Menteri Minta Mahasiswa Kedokteran Asing Dihentikan|publisher=Rambu Kota|date=12 Mei 2009|accessdate=12 Mei 2009}}</ref>