Kedokteran hewan di Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib) k Bot: Penggantian teks otomatis (-\bdi tahun\b +pada tahun) |
|||
Baris 14:
Pada tahun 1907, atas usul Melchior Treub, Direktur Departemen Pertanian, Kerajinan, dan Perdagangan (''Landbouw, Nijverheid en Handel''), Belanda mendirikan laboratorium veteriner (''veeartsenijkundig laboratorium''; saat ini menjadi Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor) untuk menangani wabah sampar sapi.{{sfn|Sigit|2003|p=2}} Di laboratorium ini juga dibuka kursus untuk mendidik dokter hewan bumiputra yang bernama ”''Cursus tot Opleiding van Inlandsche Veearstsen''”.{{sfn|Sigit|2003|p=2}}<ref name="prio">{{Cite journal|last=Priosoeryanto|first=Bambang Pontjo|last2=Arifiantini|first2=Iis|date=2014|title=The history of the veterinary profession and education in Indonesia|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25029757|journal=Argos (Utrecht, Netherlands)|issue=50|pages=342–345|issn=0923-3970|pmid=25029757}}</ref> Lama pendidikan ditetapkan empat tahun dan siswanya adalah lulusan [[Hogereburgerschool|HBS]] atau [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]] (setingkat [[Sekolah menengah pertama|SMP]]), dan sekolah-sekolah lain yang dianggap sederajat. Dua orang siswa pertamanya ternyata lulusan Sekolah Pertanian Menengah Atas (''Middelbare Landbouwschool'' atau MLS) yang setara dengan [[Sekolah menengah atas|SMA]] sehingga mereka langsung diterima di tingkat III.{{sfn|Sigit|2003|p=2}}
Awalnya, kursus ini berada di bawah pengawasan Koningsberger, Kepala Kebun Raya dan Museum Zoologi Bogor. Pada tahun 1908, L. de Blieck didatangkan dari Belanda untuk memimpin laboratorium veteriner, dan setahun kemudian (1909) ia juga diberi tugas memimpin kursus.{{sfn|Sigit|2003|p=2}} Pada tahun 1910 nama kursus diubah menjadi ”''Inlandsche Veeartsenschool''” (sekolah dokter hewan bumiputra) dan sebutan kepala sekolahnya menjadi direktur yang merangkap sebagai kepala laboratorium.<ref name="prio"/> Seorang siswa asal [[Minahasa]], Johannes Alexander Kaligis, lulus
Pada tahun 1914, nama sekolah diubah lagi menjadi ”''Nederlands Indische Veeartsenschool''” (NIVS).<ref name="prio"/> Sekolah ini tidak hanya untuk siswa bumiputra, melainkan juga terbuka bagi golongan lain. NIVS lalu mengalami kemunduran karena kembali disatukan dengan laboratorium menjadi ”''veeartsenijkundig instituut''” (VI) atau lembaga veteriner.{{sfn|Sigit|2003|p=2}} Namun pada tahun 1919, NIVS dipisahkan dari lembaga sehingga berdiri sendiri dan dapat berkembang sebaik-baiknya.{{sfn|Sigit|2003|p=2}} Pelajaran [[bahasa Jerman]] dimasukkan agar para siswa dapat menggunakan buku-buku kedokteran hewan berbahasa Jerman. Lulusan NIVS yang berkinerja baik diberi kesempatan melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan di [[Utrecht (provinsi)|Utrecht]], Belanda, dengan langsung menjadi mahasiswa tingkat III.{{sfn|Sigit|2003|p=2}}{{sfn|Dharmojono|2019|p=61}} Selain Kaligis, dokter hewan Indonesia yang lulus dari Utrecht yaitu Soeparwi, Iskandar Titus, dan A.A. Ressang.<ref name=":0"/>{{sfn|Dharmojono|2019|p=61}} Lulusan NIVS lainnya adalah [[Alwi Abdul Jalil Habibie]], yang tak lain merupakan ayah dari [[Presiden Indonesia|Presiden Republik Indonesia]] yang ketiga [[B. J. Habibie|B.J. Habibie]].<ref>{{Cite web|url=https://tabloidsinartani.com/detail/industri-perdagangan/nasional/9847-BJ-Habibie-Darah-Kental-Pertanian-dalam-Diri-Sang-Teknokrat|title=BJ Habibie, Darah Kental Pertanian dalam Diri Sang Teknokrat|last=|first=|date=11 September 2019|website=Tabloid Sinar Tani|language=|access-date=3 Januari 2020}}</ref>
|