Masjid Agung Palembang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Reverted to revision 16100339 by AABot (talk)
Tag: Pembatalan
OrophinBot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-\bdi tahun\b +pada tahun)
Baris 34:
 
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Veel mensen op het plein voor de Moskee Palembang TMnr 60033705.jpg|kiri|jmpl|Masjid Agung Palembang dipada tahun 1930-an]]
Saat terjadi perang antara masyarakat Palembang dengan Belanda dipada tahun 1659 M, sebuah masjid terbakar. Masjid tersebut merupakan masjid yang dibangun oleh [[Kesultanan Palembang|Sultan Palembang]] kala itu, [[Ki Gede Ing Suro]], yang berlokasi di [[Kesultanan Palembang|Keraton Kuto Gawang]]. Beberapa tahun kemudian, tepatnya dipada tahun 1738 M, Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo membangun kembali masjid tepat di lokasi berdirinya masjid yang terbakar.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/masjid-agung-palembang-masjid-sultan-perpaduan-tiga-kebudayaan|title=Masjid Agung Palembang, Masjid Sultan Perpaduan Tiga Kebudayaan|last=|first=|date=|website=indonesiakaya.com|access-date=}}</ref>
 
Pembangunan masjid yang baru memakan waktu cukup lama, hingga pada 26 Mei 1748 atau pada 28 Jumadil Awal 1151 tahun Hijriah, masjid tersebut baru diresmikan berdiri. Di awal pembangunannya, Masjid Agung Palembang disebut oleh masyarakat Palembang dengan nama Masjid Sulton. Nama tersebut merujuk pada pembangunan masjid yang diketuai dan dikelola secara langsung oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo.
Baris 45:
Masjid Agung Palembang sebagai salah satu masjid tertua yang ada di nusantara sudah mengalami berbagai renovasi.
 
Dari 1819-1821, renovasi dilakukan oleh [[Hindia Belanda|pemerintah kolonial Belanda]]. Setelah itu, ekspansi lebih lanjut dilakukan pada tahun 1893, 1916, 1950, 1970, dan terakhir dipada tahun 1990-an. Selama ekspansi pada 1966-1969 oleh Yayasan Masjid Agung, lantai kedua dibangun dengan luas tanah 5.520 meter persegi dengan kapasitas 7.750 orang.<ref name=":0" /> Pada tanggal 22 Januari 1970 dimulai pembangunan menara baru yang disponsori oleh [[Pertamina (Persero)|Pertamina]]. Menara baru ini setinggi 45 meter, mendampingi menara asli bergaya Cina, diresmikan pada tanggal 1 Februari 1971.<ref name=":2" /> Masjid ini sangat khas dengan tradisi Palembangnya. Sebagian besar kayu yang terdapat di arsitektur masjid memiliki ukiran khas Palembang yang disebut Lekeur.<ref name=":0" />
 
Salah satu renovasi terbesar terjadi pada tahun 1999. Renovasi yang dilakukan oleh [[Gubernur Sumatera Selatan|Gubernur]] [[Rosihan Arsyad|Laksamana Muda H Rosihan Arsyad]] tidak hanya memperbaiki bagian yang rusak, tetapi juga merestorasi bangunan masjid dengan menambahkan tiga bangunan baru. Ketiga bangunan tersebut antara lain, bangunan di bagian selatan masjid, di bagian utara, dan bagian timur. Pada renovasi dan restorasi ini, kubah masjid juga mengalami perbaikan di berbagai sisinya.