Suwarsih Djojopuspito: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
OrophinBot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-\bDi tahun\b +Pada tahun, -\bdi tahun\b +pada tahun)
Baris 41:
== Biografi ==
=== Masa Kebangkitan Nasional (1928-1942) ===
Setelah lulus dipada tahun 1932, Suwarsih pindah ke [[Purwakarta]] dan mendapat kesempatan menjadi guru di sana. Setahun setelahnya, ia menikah dengan [[Sugondo Djojopuspito]] di Cibadak dan pindah ke [[Bandung]]. Di sana, Suwarsih menjadi guru di Perguruan Tamansiswa Bandung, di mana Sugondo menjadi kepala sekolahnya. Meskipun memiliki ijazah sebagai guru sekolah Belanda dan memiliki kesempatan untuk mengajar di sekolah Belanda namun ia lebih memilih bekerja di perguruan pribumi. Ia juga aktif dalam ''Perkoempoelan Perempoean Soenda'' sebagai anggota. Kakaknya, yang bernama Suwarni, menikah dengan [[A.K.Pringgodigdo]].
 
Pada [[1934]], suami Suwarsih terkena larangan mengajar (''Onderwijs Verbod'') oleh Pemerintah Hindia Belanda di bawah pimpinan Gubernur General [[Bonifacius Cornelis de Jonge]]. Namun kemudian pada [[1935]] larangan ini dicabut oleh Pemerintah Hindia Belanda. DiPada tahun yang sama, Suwarsih mendirikan sekolah Loka Siswa, namun sekolah tersebut terpaksa harus ditutup karena tidak ada murid. Ketika suaminya diterima bekerja sebagai guru di Tamansiswa [[Semarang]] pada [[1936]], Suwarsih pun ikut pindah ke kota tersebut dan bekerja di sekolah Drs. Sigit. Kemudian dipada tahun [[1938]], ia pindah ke Bandung dan mengajar di Pergoeroean Soenda.
 
Ketika keadaan Eropa genting, menjelang Perang Dunia II, maka pada tahun 1940 Soewarsih pindah ke Batavia mengisi lowongan guru yang ditinggal pergi orang Balanda. Ia menjadi guru di GOSVO (Gouvernement Opleiding School voor Vak Onderwijzeressen Paser Baroe Batavia - Sekolah Guru Kepandaian Putri Negeri Pasar Baru Batavia - sekarang SMKN 27 Pasar Baru). Seperti diketahui pada waktu itu hanya ada 2 SGKP, yang lain adalah OSVO Soerabaia. Ia juga dipercaya oleh kenalannya yang pulang ke Eropa untuk menjaga rumah di daerah elite Menteng (Tjioedjoengweg, sekarang Jl. Teluk Betung belakang HI).