Candi Kedulan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
'''Candi Kedulan''' ({{lang-jv|ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦏꦺꦝꦸꦭꦤ꧀|Candhi Kédhulan}}) adalah situs purbakala bercorak agama [[Hindu]] yang terletak di Dusun Kedulan, Kalurahan [[Tirtomartani, Kalasan, Sleman|Tirtomartani]], Kapanewon [[Kalasan, Sleman|Kalasan]], [[Kabupaten Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|D.I. Yogyakarta]]. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman [[Kerajaan Mataram Kuno]]. Seperti halnya dengan [[Candi Sambisari]] yang berjarak tidak jauh, candi ini ditemukan terletak tiga sampai tujuh meter di bawah permukaan tanah; kemungkinan besar karena tertimbun [[lahar]] [[gunung Merapi]] yang diduga kuat meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11 (kira-kira tahun [[1006]]). Karena jenis tanah yang berada di sekitar candi terdiri dari 13 lapisan yang berbeda, maka kemungkinan besar bahwa candi ini tertimbun lahar dalam beberapa kali letusan (13 kali).
 
Bagian bangunan induk Candi Kedulan ditemukan pada tanggal 24 November 1993 secara tidak sengaja oleh penambang pasir di lahan gersang yang merupakan [[tanah bengkok]] Desa Tirtomartani<ref>{{Cite web|last=Sularso|first=Priyo|date=tanpa tahun|title=Candi Kedulan|url=https://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-yogyakarta-candi_kedulan_34|website=Kepustakaan Candi. Perpusnas RI|access-date=10 September 2020}}</ref>. Pada tahun 2003 di lokasi penggalian ditemukan dua [[prasasti]] yang ditulis dalam [[Aksara Kawi|aksara Jawa kuna]] dan [[Bahasa Jawa Kuno|bahasa Jawa kuna]], yang masing-masing kemudian dinamakan [[prasasti Pananggaran]] dan [[prasasti Sumundul]]<ref name=":0">{{Cite web|last=Bernadetta|first=|date=|title=Parahyangan i Tigaharyyan – Tlo Ron, Negeri Tiga Daun Hidup Lagi|url=https://kekunoan.com/parahyangan-i-tigaharyyan-tlo-ron-negeri-tiga-daun-hidup-lagi/|website=kekunoan.com|access-date=10 September 2020}}</ref>. Keduanya bertanggal 15 Agustus 868. Isi tulisan keduanya mengenai pembebasan pajak tanah di "Desa Pananggaran" dan "Desa Parhyangan" untuk pembuatan [[bendungan]] dan [[irigasi]] serta pendirian bangunan suci bernama "Tigaharyyan" oleh penguasa [[Kerajaan Medang|Kerajaan Mataram Kuno]]. Pada tahun 2015 ditemukan kembali satu buah prasasti yang ditulis dengan aksara Jawa Kuno dan bahasa Jawa Kuno yang berangka tahun 900 Masehi. Prasasti yang bertanggal 30 Maret 900 ini kemudian dinamakan [[Prasasti Tiga Ron|prasasti Tlu Ron]] ("Tiga Daun")<ref name=":0" />. Isinya tentang perbaikan bendungan dan tanah perdikan bagi bangunan suci "Tiga Ron". Dari sini, dapat diduga bahwa nama bangunan ini pada masanya adalah ''Parhyanan i Tigaharyyan'' ("tempat suci di Tigadaun", menurut prasasti Pananggaran) atau ''Parahyanan Haji i Tlu Ron'' ("tempat suci kerajaan di Tigadaun", menurut prasasti Tlu Ron).
 
Arsitektur dari candi ini terlihat mirip seperti gaya Candi Sambisari. Candi yang mempunyai hiasan berupa relief mulut [[kala]] (raksasa) dengan taring bawah ini pertama kali ditemukan di tengah [[sawah]] pada tahun 1993 oleh para pencari pasir yang mengeduk pasir untuk bahan bangunan. Berkebalikan dengan candi Sambisari, candi utama menghadap ke timur (tangga masuk pada sisi timur), dengan tiga candi perwara (pengawal) di hadapannya. Di dalam bangunan candi terdapat [[yoni]] dan [[Lingga (arca)|lingga]] berukuran cukup besar yang masih utuh. Dinding sisi selatan, barat, dan utara berturut-turut memiliki relung yang ditempati arca Rsi [[Agastya]], Dewa [[Ganesa|Ganesha]], dan Batari [[Durga]].