Josephus Gerardus Beek: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ciko (bicara | kontrib)
k memindahkan Josephus Beek ke Josephus Gerardus Beek: nama lengkap
Ciko (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Josephus Gerardus Beek''' ([[Amsterdam]] [[12 Maret]] [[1917]] - [[Jakarta]] [[17 September]] [[1983]]) adalah seorang [[pastor]] [[Yesuit]]. Ia dikenal dengan panggilan '''Pater Beek'''.
 
Pater Beek lahir di Amsterdam, Belanda, pada tanggal 12 Maret 1917. Beek lahir sebagai bungsu dari empat bersaudara. Ia lahir ketika Perang Dunia I meletus. Sejak anak-anak ia dididik di [[Kolese]] yang dikelola oleh Imam-imam [[Yesuit]]. Setelah masuk ke Serikat Yesus dan menjadi [[novisnovisiat]] tahun pertama di [[Mariendaal]], Grave, pada 7 September 1935. Novisiat tahun kedua, ia1937, dikirimdijalani kedi [[Girisonta]], Indonesia.
 
Ketika menjadi novis, semangat mudanya dikobarkan dengan gairah pergi ke tanah misi, [[Hindia Belanda]], yang sekaligus secara politis adalah tanah jajahan di bawah Pemerintah Kerajaan Belanda, negerinya. Ketika Jepang menduduki Indonesia, Pater Beek pernah menghuni [[kamp interniran]] di kamp Kesilir, Banyuwangi (1943), kamp Banyubiru (1944), kamp Cikudapateu, Bandung (1945), dan kamp Pundol, Bantul (1946).
 
Meskipun ia adalah seorang rohaniwan dan berkewarganegaraan asing, Pater Beek lama bertugas di Indonesia. Ia turut ambil bagian dalam pembentukan lembaga ''think tank'' [[Orde Baru]], [[CSIS]] (''Center for Strategic and International Studies'') pada [[1 September]] [[1971]]. Beek juga menggagas sistem kaderisasi bagi pemuda Katolik militan yang dikenal dengan Kasebul (Kaderisasi Sebulan) atau khalwat sebulan (khasebul). Kasebul ini pertama kali diselenggarakan di Asrama Realino, Yogyakarta. Ketika [[Indonesia]] dikuasai [[komunis]], ia menggalang aliansi dengan [[TNI]] dan melahirkan struktur Sekretaris Bersama [[Golkar. Kasebul kerap dinilai sebagai proses kaderisasi elite, serba rahasia, dan terkesan sembunyi-sembunyi. Selain itu, proses kaderisasi yang digarap dengan menggabungkan latihan fisik yang keras, serba spartan dan latihan doa yang intensif]].
 
==Khasebul==
Beek juga menggagas sistem kaderisasi bagi pemuda Katolik militan yang dikenal dengan Khasebul (Khalwat atau retret sebulan). Khasebul ini pertama kali pada akhir tahun [[1966]]. Dalam pelaksanaannya, Beek membagi tugas Khasebul bersama 25 orang pendamping, antara lain [[Soedjati Djiwandono]], [[Anton Moerdado Moeliono]], [[Harry Tjan Silalahi]], [[Jusuf Wanandi]], [[Kadjat Hartojo]], dan [[Sofyan Wanandi]]. Januari - Februari 1967 dimulai Khasebul angkatan pertama, diikuti 34 mahasiswa dan lulusan SLTA. Khasebul kerap dinilai sebagai proses kaderisasi elite, serba rahasia, dan terkesan sembunyi-sembunyi. Selain itu, proses kaderisasi yang digarap dengan menggabungkan latihan fisik yang keras, serba spartan dan latihan doa yang intensif. 23 Juli - 28 Agustus 1982, Khasebul angkatan ke-48, angkatan terakhir pimpinan Pater Beek. <ref>Majalah Hidup, No 41 Tahun ke 62, Oktober 2008, "Pikirkan Gaya Khasebul Baru"</ref>
 
==Karya==
Pater Beek pernah menulis surat terbuka kepada Presiden Soekarno. Surat itu penuh kritik tajam terhadap kebijakan Presiden Soekarno yang dinilai memberi ruang besar bagi Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan menggunakan nama samaran Dadap Waru, dalam surat bertanggal 5 November 1965 itu ia mendorong agar Bung Karno bersikap tegas terhadap PKI.
 
Baris 12 ⟶ 16:
 
[[Vatikan]] kemudian memindahkan Beek dari Indonesia setelah diminta oleh Kabakin waktu itu [[Soetopo Yuwono|Letjen Soetopo Yuwono]]. Tapi Beek kembali lagi pada [[1974]]. Ia wafat pada [[17 September]] [[1983]] di RS Saint Carolus, [[Jakarta]] dalam usia 66 tahun. Ia dimakamkan di Giri Sonta, kompleks pemakaman dan peristirahatan ordo [[Serikat Yesus]] di [[Ungaran]], [[Jawa Tengah]].
 
==Pendidikan==
* Studi Filsafat, [[Kolese Ignatius]], Yogyakarta, 1939-1941
* Studi Teologi, [[Maastricht]], 1949-1950
 
== Rujukan ==
{{reflist|2}}
 
==Pranala luar==