Kasus Mortara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 104:
Pengadilan Padri Pier Feletti merupakan kasus kriminal besar yang pertama di Bologna setelah berada di bawah rezim baru.{{sfn|Kertzer|1998|pp=196–201}} Pada tanggal 18 Januari 1860, Pejabat Kehakiman Francesco Carboni mengumumkan bahwa Padri Pier Feletti dan Letnan Kolonel Luigi De Dominicis akan diadili, tetapi Marsekal Pietro Lucidi dan Brigadir Giuseppe Agostini tidak akan diadili.{{#tag:ref|Dengan alasan keduanya cuma sekadar menjalankan perintah dari atasan langsung, sementara Letnan Kolonel Luigi De Dominicis turut bertanggung jawab memastikan sah tidaknya perintah tersebut.{{sfn|Kertzer|1998|pp=196–201}}|group=lower-alpha|name="directsuperior"}} Ketika dimintai keterangan oleh Francesco Carboni di penjara pada tanggal 23 Januari, Padri Pier Feletti mengungkap bahwa, sehubungan dengan tindakan pengambilan paksa atas diri Edgardo, ia hanya menjalankan perintah Jawatan Suci, "yang tidak pernah mengeluarkan satu pun maklumat tanpa persetujuan Sri Paus".{{sfn|Kertzer|1998|pp=196–201}} Padri Pier Feletti selanjutnya mengulas kembali kasus Mortara menurut salah satu versi Gereja, bahwasanya "niat Edgardo untuk tetap memeluk agama Kristen tidak kunjung tergoyahkan", dan kini sedang giat belajar dengan penuh prestasi di Roma.{{sfn|Kertzer|1998|pp=196–201}} Ia menyimpulkan bahwa suatu hari nanti Edgardo akan menjadi sosok "andalan dan kebanggaan" keluarga Mortara.{{sfn|Kertzer|1998|pp=196–201}}{{#tag:ref|Padri Pier Feletti juga mengungkapkan kepada Francesco Carboni bahwa Sri Paus sudah mengatur agar kedua orang tua Edgardo diberi surat pas cuma-cuma sehingga bebas mengunjungi Edgardo di Roma. Francesco Carboni meminta keterangan mengenai surat pas ini dari kantor transportasi kereta kuda Bologna, tetapi pihak kantor transportasi tidak dapat menemukan bukti adanya permintaan dari Roma terkait pemberian izin semacam itu selama semester kedua tahun 1858.{{sfn|Kertzer|1998|p=228}}|group=lower-alpha|name="freecoachride"}}
 
Pada tanggal 6 Februari, Momolo Mortara memberi keterangan sendiri yang nyaris sepenuhnya bertentangan dengan keterangan yang diberikan Padri Pier Feletti. Di Roma, menurut Momolo, Edgardo "merasa takut dan terintimidasi oleh kehadiran Rektor Wisma Katekumen, [tetapi] secara terang-terangan mengungkap keinginannya untuk pulang bersama kami".{{sfn|Kertzer|1998|pp=201–205}} Francesco Carboni selanjutnya berkunjung ke San Giovanni in Persiceto untuk meminta keterangan Anna Morisi, yang mengaku berumur 23 tahun, padahal sesungguhnya 26 tahun.{{#tag:ref|Anna Morisi yang tidak berpendidikan itu tidak pernah dapat memberi keterangan yang jelas mengenai umurnya. Seperti yang diungkap David Kertzer, hal ini lazimnya bukan perkara besar, tetapi besarnya perhatian media massa membuat kejelasan usianya menjadi pokok perdebatan.{{sfn|Kertzer|1998|pp=205–208}} Anna Morisi sendiri mengaku membaptis Edgardo saat berumur 14 tahun, yang justru dimanfaatkan para pendukung keluarga Mortara sebagai alasan lain untuk meragukan kesahihan baptisan yang dilakukannya. Akta kelahirannya bertarikh 28 November 1833, yang berarti sesungguhnya ia sudah berumur kira-kira 19 tahun saat membaptis Edgardo.{{sfn|Kertzer|1998|pp=205–208}}|group=lower-alpha|name="age"}} Anna Morisi mengungkapkan bahwa Edgardo jatuh sakit pada musim dingin tahun 1851–1852, saat baru berumur kurang lebih empat bulan. Ia ingat ketika itu keluarga Mortara duduk di samping buaian Edgardo dengan raut muka sedih dan "mendaraskan isi sebuah buku berbahasa Ibrani yang biasanya didaraskan orang Yahudi bilamana satu dari mereka sudah dalam sakratulmaut".{{sfn|Kertzer|1998|pp=205–208}} Ia mengulangi pengakuannya bahwa pembaptisan darurat terhadap Edgardo dilakukannya atas anjuran Cesare Lepori, si pedagang bahan pangan, dan kemudian hari menceritakan perbuatannya kepada salah seorang pelayan keluarga tetangga yang bernama Regina, serta menambahkan bahwa ia juga menceritakan tindakan pembaptisan itu kepada saudari-saudarinya.{{sfn|Kertzer|1998|pp=205–208}}{{#tag:ref|Ketika Francesco Carboni mengandaikan jika Cesare Lepori memang pernah berbicang dengannya mengenai membaptis seorang kanak-kanak Yahudi maka tentu beberapa waktu kemudian ia akan menanyainya tentang sudah belumnya pembaptisan itu dilakukan, Anna Morisi menjawab bahwa mereka tak pernah mebincangkan soal itu lagi.{{sfn|Kertzer|1998|pp=205–208}}|group=lower-alpha|name="notdiscussedagain"}} Sama seperti sebekumnyasebelumnya, Cesare Lepori menyangkal terlibat dalam urusan itu, bahkan tidak ingat pada Anna Morisi.{{sfn|Kertzer|1998|pp=208–212}} Orang yang disebut-sebut bernama Regina dalam penurutan Anna Morisi diidentifikasi sebagai Regina Bussolari. Kendati Anna Morisi mengaku sudah menceritakan seluruh kejadian kepadanya, Regina Bussolari menegaskan bahwa ia tidak tahu apa-apa mengenai kasus itu. Regina Bussolari mengaku berbincang dengan Anna Morisi "cuma sekali dua kali, bilamana ia naik ke gudang untuk mengambil barang", dan tidak pernah membincangkan apa-apa mengenai anak-anak keluarga Mortara.{{sfn|Kertzer|1998|pp=208–212}}{{#tag:ref|Seperti Anna Morisi, Regina Bussolari berasal dari San Giovanni in Persiceto. Francesco Carboni menyelidiki latar belakangnya dan mendapati bahwa Regina Bussolari banyak melewatkan waktu di Gereja, yang ia anggap sebagai tanda orang yang lurus dan dapat dipercaya, tetapi tak lama kemudian laporan-laporan polisi menyingkap fakta bahwa Regina Bussolari adalah "seorang muncikari ... segala macam orang, bahkan para padri, kerap menyinggahi rumahnya untuk bergaul dengan perempuan."{{sfn|Kertzer|1998|pp=208–212}}|group=lower-alpha|name="procuress"}}
 
Elena Pignatti, majikan baru Anna Morisi sesudah berhenti bekerja di rumah keluarga Mortara pada tahun 1857—keterangannya tentang kelakuan buruk Anna Morisi turut dimasukkan ke dalam surat banding yang diajukan keluarga Mortara kepada Sri Paus—memberi kesaksian sebagai berikut: