Mpu Sindok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 16932625 oleh 116.206.28.8 (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Baris 19:
Menurut teori van Bammelen, istana Medang di Mataram hancur akibat letusan [[Gunung Merapi]] yang disertai gempa bumi dan hujan material vulkanik. Tidak diketahui dengan pasti apakah bencana alam ini terjadi pada masa pemerintahan Dyah Wawa ataukah pada pemerintahan Mpu Sindok.
 
Mpu Sindok memimpin penduduk Medang yang selamat pindah ke timur. Ia membangun ibu kota baru di daerah Tamwlang ([[prasasti Turyan]], 929). Kemudian istana dipindahkan ke Watugaluh ([[Prasasti Anjuk Ladang|prasasti Anjukladang]], 937). Baik Tamwlang maupun Watugaluh diperkirakan berada di sekitar daerah [[Jombang]] sekarang.
 
== Riwayat Pemerintahan ==
Baris 42:
Prasasti Anjukladang tahun [[937]] berisi tentang penetapan tanah sawah di desa Anjukladang sebagai sima swatantra dan persembahan kepada bathara di Sang Hyang Prasada, serta pembangunan sebuah ''jayastambha'' atau tugu kemenangan. Tugu ini sebagai peringatan atas kemenangan melawan serangan [[Kerajaan Sriwijaya]] yang mencapai daerah tersebut.
 
== Akhir Hayathayat ==
Mpu Sindok meninggal dunia tahun [[947]] dan dicandikan di Isanabajra atau Isanabhawana. Meskipun dirinya seorang penganut [[Hindu]] aliran [[Siwa]], namun tetap menaruh toleransi yang besar terdapat agama lain. Misalnya, ia menganugerahkan desa Wanjang sebagai sima swatantra kepada seorang pujangga bernama Sri Sambhara Suryawarana, yang telah berjasa menulis kitab [[Buddha]] aliran [[Tantrayana]], berjudul [[Sang Hyang Kamahayanikan]].
 
Menurut [[prasasti Pucangan]], Mpu Sindok digantikan oleh putrinya yang bernama [[Sri Isana Tunggawijaya]]. Raja perempuan ini memerintah bersama suaminya yang bernama [[Sri Lokapala]].
 
== Kepustakaan ==