Ahmad Syathibi al-Qonturi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 122:
Kemudian Kiyai Rusdi setelah mondok di Gudang selanjutnya pindah lagi ke Syekh Muhammad Shoheh, [[Bunikasih, Warungkondang, Cianjur|Bunikasih]], [[Cianjur]] yang disebut ''Ba'dul Ikhwan'' oleh Syekh Ibrahim al-Bajuri dalam kitab Tijan.<ref name="Tashilul Hilali0607">''Tashilul Hilali0607'', p. 06-07</ref><ref name="Qoidatul Muhtaj15">''Qoidatul Muhtaj'', p. 15</ref> Syekh Muhammad Shoheh, Bunikasih, [[Cianjur]] dan Syekh Muhammad Adzro'i, Bojong, [[Garut]] adalah teman sepondok sewaktu ngaji di Syekh Ibrahim al-Baijuri.<ref name="Tashilul Hilali13">''Tashilul Hilali13'', p. 13</ref><ref name="Qoidatul Muhtaj24">''Qoidatul Muhtaj'', p. 24</ref> [[Mama Gentur]] terus menetap di Gudang hingga sembilan tahun lamanya.<ref name="Tashilul Hilali11">''Tashilul Hilali'', p. 11</ref><ref name="Qoidatul Muhtaj21">''Qoidatul Muhtaj'', p. 21</ref>
Waktu mondok pesantren di Gudang,
Selesai makan, dia bertanya kepada kuncen, "Mang, malem tadi ada hujan kesini gak?" Jawab kuncen, "Ah, gak ada. Memangnya ada apa Ajengan?" Kuncen agak heran. "Waktu saya di makam sedang ziarah tiba-tiba ada hujan yang besar sekali, petir menyambar-nyambar disertai angin yang sangat kencang. Saya melihat pohon kayu yang amat besar merunduk-runduk ke tanah seperti mau runtuh, tumbang." Kuncen bertanya, "Terus ada apa lagi?" Jawab Mama Gentur, "Ah rahasia, saya gak sanggup menceritakannya."
Baris 134:
Tetapi, oleh sebab semuanya meminta untuk diteruskan, dan juga Mama memohon supaya diteruskan biarpun dibaca hanya ''lafadz''nya, maka barulah Syekh Hasbullah bersedia walaupun cuma ''lafadznya'' hingga tamat.<ref name="Tashilul Hilali1112">''Tashilul Hilali'', p. 11-12</ref><ref name="Qoidatul Muhtaj2123">''Qoidatul Muhtaj'', p. 21-23</ref>
Kata [[Mama Gentur]], "Ilmu yang dipakai ''muthala'ah'' kitab ''tuhfah'' tersebut adalah sebagian ilmu yang diterima dari ''Syaikhuna Bojong''." Inilah ciri ''Allamah''-nya ''Syaikhuna Bojong'', [[Garut]].<ref name="Tashilul Hilali1112"/><ref name="Qoidatul Muhtaj2123"/>
Sewaktu di [[Mekkah]], [[Mama Gentur]] suka '' === Pesantren di Mesir ===
Setelah sekian lama di [[Mekkah]], kemudian dia berangkat ke [[Mesir]] dengan maksud mau melanjutkan ''thalab'' ilmunya. Namun, [[Ulama]] [[Mesir]] sama berkata, "Sudah tidak ada guru buat [[Ahmad Syathibi]]". Hanya ada satu ulama ahli ''qiro'at'' Qur'an yang berasal dari [[Indonesia]] juga yang bermuqim di [[Mekkah]], yaitu dari [[Pulau Bawean]]. Selanjutnya mereka saling menggurui. [[Mama Gentur]] mengajar ilmu ''Mantiq'', ulama [[Bawean]] mengajar ilmu ''Qiro'at''.<ref name="Ar-
Sesudah [[Mama Gentur]] mukim di [[Mekkah]] selama tiga tahun, kata satu riwayat kemudian ada utusan dari Syekh Muhammad Shoheh, [[Bunikasih, Warungkondang, Cianjur|Bunikasih]], [[Cianjur]]. Amanatnya, "Katakan kepada Syatibi segeralah pulang kemudian mukim di [[Cianjur]], sebab di daerah [[Jawa Barat|Tatar Pasundan]] sudah tidak ada lagi yang kuat untuk jadi pemimpin dan tauladan dari pengamalan ilmu yang sebenarnya.<ref>{{cite news|url=http://sayyidularwah.blogspot.com|work=Majlis Ta`lim Sayyidul Arwaah|archiveurl=http://enha.mwb.im/biografi-mama-ahmad-syathibi-gentur-kale-4.xhtml|archivedate=03:12, 01 Mei 2015|last=Paslan|first=Ade Anak|title=Biografi Mama Ahmad Syathibi Gentur Kaler - Cianjur (2)|accessdate=18 September 2015}}</ref>
=== Pesantren Bunikasih ===
Kemudian Mama Gentur pulang ke Cianjur melanjutkan mengaji ke Syeikh Shoheh Bunikasih, kemudian mukim di Gentur
== Mendirikan Pesantren ==
Sebelum muqim,
Cara [[Mama Gentur]] dalam menyebarkan ilmunya yaitu dia tidak pernah mengajarkan suatu ilmu kepada murid-muridnya kecuali telah ia amalkan terlebih dahulu. Seperti dia ''mengijazahkan'' [[shalawat]] untuk umum sesudah diamalkan terlebih dahulu selama 40 tahun.<ref name="Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-Jawi_1213">''Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-Jawi'' halaman 12 sampai dengan halaman 13</ref>
Jika makan, dia cukup di mangkok dengan garam. Dia tidak pernah makan enak sebagaimana keadaan dia pada waktu ''nyantri'' di [[pesantren]]. Suatu ketika, dia khusus diundang makan-makan oleh "Om Muharam". Ia adalah seorang saudagar kaya raya di [[Cianjur]]. Segala makanan dan minuman disediakan. Namun, yang dimakan dia cuma sedikit nasi yang dicuilkan ke garam saja. Begitulah menu dia makan selamanya.<ref name="Ar-
Malah, suatu ketika [[Mama Gentur]] berternak telur ikan di kolam. Ketika sudah jadi ''burayak'', tidak biasanya waktu itu bibit telur jadi dan mulus semuanya. Dari situ Mama memanggil pekerjanya yang bernama ''Ki Yusuf''. Kata dia, "Suf, coba kesini bawa cangkul!" Ki Yusuf menjawab, "Ada apa, Kang?" Kata Mama Gentur, "Kamu lobangi pinggir kolam ini, kemudian buanglah sebagian airnya!" Ki Yusuf heran, "Kalau begitu bukankah ''burayaknya'' pasti pada kabur, Kang?" Kata Mama Gentur, "Iya sengaja biar pada kabur ikan-ikannya takutnya ini ''istidraj'' karena sadar diri belum bisa ibadah". Setelah terbuang sebagian air dan ikan-ikannya, barulah Ki Yusuf disuruh menutup kembali lubang air tadi.<ref name="Ar-
== Karya Tulis ==
Baris 165 ⟶ 169:
# Muntijatu Lathif (dalam ilmu shorof)
# Dan Lain-lainnya
Sebagian karangannya dalam ilmu bayan ada yang menyebar sampai Tanah Arab. Para [[Ulama]] [[Arab]] dan [[Mesir]] banyak yang membaca hasil karya dia dan memujinya seraya berkata, "Ternyata di Tanah Jawa ada juga ulama yang luas ilmunya".<ref name="Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-
== Murid-muridnya ==
[[Mama Gentur]] memiliki banyak murid, kurang lebih tiga ribu muridnya yang menjadi ulama besar,<ref name="Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-Jawi">''Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-
{{col|3}}
* Syekh [[Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri]] (Mama Sempur), [[Plered, Purwakarta|Plered]], [[Kabupaten Purwakarta]]
Baris 215 ⟶ 219:
== Penghargaan ==
=== Penghargaan dari Belanda ===
Suatu hari, ketika [[Mama Gentur]] sedang ngajar para santrinya dan khalayak yang biasa ngaji rutinan, datanglah utusan dari pemerintah [[Kolonial Belanda]]. Dia diminta hadir dalam diskusi program perpolitikan [[Belanda]]. Mama genturpun menyempatkan diri dulu menghadiri undangan tersebut tanpa didampingi seorangpun. Tidak lama, Mamapun sudah hadir kembali ke madrasah dan melanjutkan kembali pengajarannya. Para santri yang sudah menunggu-nunggu ingin tahu tentang pembicaraan yang didiskusikan oleh kaum Belanda, tapi [[Mama Gentur]] tak membahasnya sedikitpun. Inilah ciri [[Mama Gentur]] tidak ikut-ikutan dalam soal politik, hingga dia mendapat penghargaan keamanan tanda bulan-bintang tiga dari [[Wilhelmina|Wilhelmina (pelafalan Sunda menjadi Wihalminak)]], yaitu Gubernur [[Hindia Belanda]].<ref name="Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-
=== Penghargaan dari Jepang ===
Di zaman pemerintahan [[Jepang|Kolonial Jepang]], [[Mama Gentur]] mendapat hadiah dari [[Hirohito|Tenno Heika (dilafalkan ejaan Sunda menjadi Kaisar Tenoheka)]] dikarenakan ideologinya yang murni hanya mengamalkan ajaran agama, tanpa ada maksud mencampuradukan politik dan agama.<ref name="Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-
== Rujukan ==
|