Ahmad Syathibi al-Qonturi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 60:
* Syekh Muhammad Shoheh (Mama Bunikasih) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
* Syekh Ahmad Syuja'i (Mama Gudang atau Mama Kudang) Kota Tasikmalaya, Jawa Barat
* [[Ahmad Syathibi al-Qonturi#
|awards =
|influences =
Baris 114:
Ketika mendapati masalah kitab yang susah dipaham, dia langsung menghadiahi mualifnya dengan makanan dan aurod [[shalawat]].<ref name="Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-Jawi_04">''Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-Jawi'' halaman 04</ref><ref>{{cite news|url=http://sayyidularwah.blogspot.com|work=Majlis Ta`lim Sayyidul Arwaah|archiveurl=http://enha.mwb.im/biografi-mama-ahmad-syathibi-gentur-kale-2.xhtml|archivedate=03:12, 01 Mei 2015|last=Paslan|first=Ade Anak|title=Biografi Mama Ahmad Syathibi Gentur Kaler - Cianjur (1)|accessdate=18 September 2015}}</ref>
Hanya dalam waktu 40 hari mondok di Bojong [[Mama Syathibi]] sudah hafal kitab ''Yaqulu (Nazom Maqsud, dalam ilmu ''shorof''), ''Kailany'' (ilmu ''shorof''), ''Amrithy'' (ilmu ''nahwu''), ''Alfiyah'' (ilmu ''nahwu'' dan ''shorof''), ''Samarqondy'' (ilmu ''bayan''), dan ''Jauhar Maknun'' (ilmu ''ma'ani'', ''bayan'' dan ''badi'').<ref name="
Keunggulan Pesantren Bojong - [[Garut]] adalah para santri yang belajar di pesantren tersebut jika sudah belajar selama dua tahun biasanya akan jadi ''Al-'Alim
[[Mama Gentur]] menetap di Pesantren Bojong hanya selama satu tahun hingga akhir bulan [[Sya'ban]],<ref name="Tashilul Hilali Fi Manaqibi Mama Ahmad Syathibi_02">''Tashilul Hilali Fi Manaqibi Mama Ahmad Syathibi'' halaman 02</ref><ref name="Qoidatul Muhtaj Nyariosken Sapalihna Riwayat Mama Sepuh Gentur, Sareng Para Masyaikhil Kirom Anu Sanesna Waktos Nyuprih Ilmu_0506">''Qoidatul Muhtaj Nyariosken Sapalihna Riwayat Mama Sepuh Gentur, Sareng Para Masyaikhil Kirom Anu Sanesna Waktos Nyuprih Ilmu'' halaman 05 sampai dengan halaman 06</ref> karena disuruh gurunya, yaitu Syekh Muhammad Adzro'i untuk menemani Kiyai Muhammad Rusdi atau Kiyai Rusdi berguru ngaji di Pesantren Gudang - [[Kota Tasikmalaya|Tasikmalaya]] sekarang, yang sudah menetap selama empat tahun.
Kiyai Rusdi merupakan salah satu santri Bojong, di saat [[Mama Gentur]] mulai mondok di Pesantren Bojong tersebut Kiyai Rusdi sudah genap tiga tahun. Ketika Ajengan Muhammad Rusdi sudah genap dua tahun di Bojong juga oleh gurunya yaitu Syekh Muhammad Adzro'i sudah disuruh ''muqim'' sebab sudah ''Allamah'', hanya saja ayahnya dan kakeknya belum mengizinkan.
Baris 122 ⟶ 124:
Sebab menurut pendapat kakeknya yaitu Syekh Utsman berkata kepada Syekh Muhammad Adzro'i, Bojong, "Ajengan khawatir masih remaja, baru usia 17 tahun entar jadi Kiyai nunggul dan takut kasar bahasanya." Kemudian dijawab oleh Mama Bojong, "Tidak akan jadi Kiyai nunggul Mang Haji, saya yang bertanggungjawab, bahkan santrinya juga putra-putra saya dan santri-santri saya." Kemudian dijawab lagi oleh kakeknya, "Ajengan semoga berkenan untuk menambah lagi ilmunya kepada cucuku itu, agar cucuku itu ilmunya semakin bertambah matang, fahamnya semakin bertambah jenius."
Maka kemudian Mama Bojong bersedia untuk mengajar Kiyai Muhammad Rusdi lagi. Ketika Ajengan Muhammad Rusdi sudah genap empat tahun di Bojong sedangkan [[Mama Gentur]] sudah genap satu tahun. Dari situ Kiyai Rusdi disuruh ''ngaji'' ke Mama Syuja'i, Gudang, Tasikmalaya, ditemani oleh [[Mama Gentur]].<ref name="Tashilul
=== Pesantren Gudang ===
Baris 143 ⟶ 145:
Kata [[Mama Gentur]], "Ilmu yang dipakai ''muthala'ah'' kitab ''tuhfah'' tersebut adalah sebagian ilmu yang diterima dari ''Syaikhuna Bojong''." Inilah ciri ''Allamah''-nya ''Syaikhuna Bojong'', [[Garut]].<ref name="Tashilul Hilali1112"/><ref name="Qoidatul Muhtaj2123"/>
Sewaktu di [[Mekkah]], [[Mama Gentur]] suka ''[[Shalat]]'' di depan ''[[Baitullah]]'', para askar sudah pada tahu dan memberi isyarat kepada ''jama'ah'' yang lain supaya ada tata hormat kepada dia sembari berkata, "''Hadza '[[Ulama]]ul Jawa''".<ref name="Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-
=== Pesantren di Mesir ===
Baris 158 ⟶ 160:
Cara [[Mama Gentur]] dalam menyebarkan ilmunya yaitu dia tidak pernah mengajarkan suatu ilmu kepada murid-muridnya kecuali telah ia amalkan terlebih dahulu. Seperti dia ''mengijazahkan'' [[shalawat]] untuk umum sesudah diamalkan terlebih dahulu selama 40 tahun.<ref name="Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-Jawi_1213">''Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-Jawi'' halaman 12 sampai dengan halaman 13</ref>
[[Mama Gentur]] pernah diminta mengaji kitab ''[[Tuhfah Muhtaj]]'', sebelum belajar mangaji dia puasa dulu selama 40 hari.<ref name="Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-
Jika makan, dia cukup di mangkok dengan garam. Dia tidak pernah makan enak sebagaimana keadaan dia pada waktu ''nyantri'' di [[pesantren]]. Suatu ketika, dia khusus diundang makan-makan oleh "Om Muharam". Ia adalah seorang saudagar kaya raya di [[Cianjur]]. Segala makanan dan minuman disediakan. Namun, yang dimakan dia cuma sedikit nasi yang dicuilkan ke garam saja. Begitulah menu dia makan selamanya.<ref name="Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-Jawi_0405">''Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-Jawi'' halaman 04 sampai dengan halaman 05</ref> Cuma pernah sesekali makan agak beda, termasuk mewah menurut dia yaitu waktu makan dengan ''pepes burayak'' (ikan kecil) hasil ternak dia, sebab ''kasab'' dia yaitu ternak telur ikan hingga jadi ''burayak''.<ref name="Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-
Malah, suatu ketika [[Mama Gentur]] berternak telur ikan di kolam. Ketika sudah jadi ''burayak'', tidak biasanya waktu itu bibit telur jadi dan mulus semuanya. Dari situ Mama memanggil pekerjanya yang bernama ''Ki Yusuf''. Kata dia, "Suf, coba kesini bawa cangkul!" Ki Yusuf menjawab, "Ada apa, Kang?" Kata Mama Gentur, "Kamu lobangi pinggir kolam ini, kemudian buanglah sebagian airnya!" Ki Yusuf heran, "Kalau begitu bukankah ''burayaknya'' pasti pada kabur, Kang?" Kata Mama Gentur, "Iya sengaja biar pada kabur ikan-ikannya takutnya ini ''istidraj'' karena sadar diri belum bisa ibadah". Setelah terbuang sebagian air dan ikan-ikannya, barulah Ki Yusuf disuruh menutup kembali lubang air tadi.<ref name="Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-Jawi_0910">''Ar-Risalatul Qonturiyyah Fi Manaqibi Asy-Syaikh Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Waro', Al-Hajji Ahmad Syathbi, Al-Qonturi Asy-Syanjuri Al-Jawi'' halaman 09 sampai dengan halaman 10</ref>
|