R. Musaid Werdisastro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Maslumajang (bicara | kontrib)
Babad Soengenep: Penambahan pranala
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Maslumajang (bicara | kontrib)
Babad Soengenep: Penambahan pranala
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 22:
 
Babad Sumenep saat ini masih menjadi salah satu sumber pustaka dan referensi penting dalam meneliti dan mengkaji sejarah sumenep pada khususnya dan sejarah madura pada umumnya.
 
=Membidani Lahirnya Perserikatan Muhammadiyah Sumenep=
 
Pada
1912
KH
Ahmad
Dahlan
mendirikan perserikatan
Muhammadiyah. Pada saat KH. Mas Mansur menjadi Konsul Muhammadiyah Jawa Timur salah satu agendanya adalah mengembangkan dakwah dan perserikatan Muhammadiyah ke Pulau Madura. Kyai Haji Mas Mansur yang masih mempunyai darah keturunan ulama dan bangsawan Astatinggi diterima dengan baik oleh keluarga R. Musaid Werdisastro.
Pertemuan-pertemuan dan serangkaian pengajian dilakukan di pendopo rumah R. Musaid Werdisastro di Bangselok/
Labangan, Sumenep hingga pada tahun 1927 secara resmi Muhammadiyah berdiri di Sumenep dengan ketuanya R. Musaid Werdisastro.
 
Muhammadiyah mendakwahkan persatuan dan ukhuwah serta amar makruf nahi
mungkar berdasar Qur’an dan Hadits, namun sebagian masyarakat mencurigai keberadaan Muhammadiyah
mengingat pengalaman dengan Serikat Islam (SI) yang kemudian berakhir pada
pembubaran SI dan pendirian SI Merah (Komunis).
Walhasil Pengajian-pengajian yang diadakan di rumah R. Werdisastro yang semula ramai menjadi sepi hingga akhirnya Pengajian dihentikan untuk sementara waktu. Muhammadiyah Sumenep kemudian banyak diisi oleh
tenaga-tenaga muda yang tetap melanjutkan kegiatan dengan lebih
massive meskipun rintangan dari pihak luar juga makin agresif.
 
=Menyambut baik Lahirnya Nahdlatul Ulama di Sumenep=
 
Ketika Nahdlatul Ulama lahir di Surabaya pada tahun 1927 dan mulai berkembang ke Madura dan Sumenep, R. Musaid Werdisastro menyambut baik dan ikut serta dalam kegiatan NU. Pada suatu waktu seorang kiai besar NU
akan datang ke Sumenep untuk berdakwah bertempat di pendopo rumah R. Werdisastro.
Tiba-tiba kiai besar tersebut membatalkan kedatangannya dan digantikan oleh kiai lain.
Karena kiai yang didambakan batal datang, maka massa pengajian tidak ada yang datang pada hari
pertemuan, padahal R. Musaid Werdisastro sudah mempersiapkan segalanya termasuk
hidangan dan minuman kopi. Akibatnya berkaleng-kaleng kopi sampai diletakkan di tepi jalan, untuk diminum siapa saja yang berminat.
R. Musaid Werdisastro kemudian berkata: Aku dalam berumah tangga
tidak mau beristri dua. Maka mulai sekarang aku akan di Muhammadiyah saja.