Kabupaten Tulungagung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan
Baris 5:
|luas = 1.055,65 km²
|penduduk = 1.040.490 jiwa
|penduduktahun = ([[2015]])<ref name="KTDA2016"/>
|kepadatan = 985,63 jiwa/km²
|agama = {{br separated entries|[[Islam]] 97.37%|[[Kristen Protestan]] 1.57%|[[Katolik]] 0.76%|[[Buddha]] 0.23%|[[Hindu]] 0.07%}}<ref name="KTDA2016"/>
Baris 19:
|tanggal = {{birth date and age|1205|11|18}}
|motto = Ayem Tentrem Mulyo lan Tinoto
|kepala daerah = [[BupatiWalikota]]
|nama kepala daerah = [[Maryoto Bhirowo|Drs. H. Maryoto Bhirowo, M.M]] ([[Pelaksana Tugas|Plt.]])
|wakil kepala daerah = Wakil BupatiWalikota
|nama wakil kepala daerah =
|flora = [[Sukun]]
|fauna = [[Monyet ekor panjang|Kera Warek]]
|web = {{URL|http://www.tulungagung.go.id}}
|nama=Kabupaten[[Kota Tulungagung]]}}
 
'''Kabupaten[[Kota Tulungagung]]''' ({{lang-jv|[[Hanacaraka]]: ꦠꦸꦭꦸꦁꦲꦒꦸꦁ [[Pegon]]: تولڠ اگڠ|Tulung-agung}}) adalah salah satu [[kabupatenkota]] yang terletak di Provinsi [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]. Pusat pemerintahanPemerintahan KabupatenKota Tulungagung berada di [[Tulungagung, Tulungagung|Kecamatan Tulungagung]]. [[Tulungagung]] terkenal sebagai satu dari beberapa daerah penghasil [[marmer]] terbesar di [[Indonesia]], dan terletak 154&nbsp;km barat daya [[Kota Surabaya]], ibu kota [[Provinsi Jawa Timur]].
 
== Etimologi ==
Ada dua versi cerita dalam penamaan nama Kabupaten[[Kota Tulungagung]].
 
Versi pertama adalah nama "[[Tulungagung]]" dipercaya berasal dari kata "[[Pitulungan Agung]]" (pertolongan yang agung). Nama ini berasal dari peristiwa saat seorang [[pemuda]] dari [[Gunung Wilis]] bernama [[Joko Baru]] mengeringkan sumber air di [[Ngrowo]] (Kabupaten[[Kota Tulungagung]] tempo dulu) dengan menyumbat semua sumber air tersebut dengan lidi dari sebuah pohon enau atau aren. [[Joko Baru]] dikisahkan sebagai seorang pemuda yang dikutuk menjadi ular oleh ayahnya, orang sekitar kerap menyebutnya dengan [[Baru Klinthing]]. Ayahnya mengatakan bahwa untuk kembali menjadi manusia sejati, [[Joko Baru]] harus mampu melingkarkan tubuhnya di [[Gunung Wilis]]. Namun, malang menimpanya karena tubuhnya hanya kurang sejengkal untuk dapat benar-benar melingkar sempurna. Alhasil [[Joko Baru]] menjulurkan lidahnya. Disaat yang bersamaan, ayah [[Joko Baru]] memotong lidahnya. Secara ajaib, lidah tersebut berubah menjadi tombak sakti yang hingga saat ini dipercaya sebagai "[[gaman]]" atau "[[senjata sakti]]". [[Tombak]] ini masih disimpan dan dirawat hingga saat ini oleh masyarakat sekitar.
 
Sedangkan, versi kedua nama [[Tulungagung]] berasal dua kata, [[tulung]] dan [[agung]], [[tulung]] artinya sumber yang besar, sedangkan [[agung]] artinya besar. Dalam pengartian ber[[bahasa Jawa]] tersebut, [[Tulungagung]] adalah daerah yang memiliki sumber air yang besar. Sebelum dibangunnya [[Bendungan Niyama]] di [[Tulungagung|Tulungagung Selatan]] oleh pendudukan [[tentara Jepang]], di mana-mana di daerah [[Tulungagung]] hanya ada sumber air saja. Pada masa lalu, karena terlalu banyaknya sumber air di sana, setiap kawasan banyak yang tergenang air, baik musim kemarau maupun musim hujan.
 
Dugaan yang paling kuat mengenai etimologi nama kabupaten ini adalah versi kedua,{{fact}} penamaan nama ini dimulai ketika ibu kota [[Tulungagung]] mulai pindah ke tempat sekarang ini. Sebelumnya ibu kota [[Tulungagung]] bertempat di daerah Kalangbret dan diberi nama [[Kadipaten Ngrowo]] (Ngrowo juga berarti sumber air). Perpindahan ini terjadi sekitar tahun [[1901]] [[Masehi]].
 
== Geografi ==
=== Batas Wilayah ===
Batas-batas wilayah Kabupaten[[Kota Tulungagung]] secara administratif adalah sebagai berikut:
* Sebelah utara: [[Kabupaten Kediri]] dan [[Kabupaten Nganjuk]]
* Sebelah Selatan: [[Samudera Hindia]]
Baris 47:
* Sebelah Barat: [[Kabupaten Trenggalek]] dan [[Kabupaten Ponorogo]]
 
Secara topografi, [[Tulungagung]] terletak pada ketinggian 85 m di atas permukaan laut (dpl). Bagian barat laut Kabupaten[[Kota Tulungagung]] merupakan daerah pegunungan yang merupakan bagian dari pegunungan[[Pegunungan Wilis-Liman]]. Bagian tengah adalah dataran rendah, sedangkan bagian selatan adalah pegunungan yang merupakan rangkaian dari [[Pegunungan Kidul]]. Di sebelah barat laut [[Tulungagung]], tepatnya di [[Sendang, Tulungagung|Kecamatan Sendang]], terdapat [[Gunung Wilis]] sebagai titik tertinggi di Kabupaten [[Tulungagung]] yang memiliki ketinggian 2552 m. Di tengah [[Kota Tulungagung, terdapat [[Kali Ngrowo]] yang merupakan anak [[Kali Brantas]] dan seolah membagi [[Kota Tulungagung]] menjadi dua bagian: utara dan selatan. Kali ini sering disebut dengan [[Kali Parit Raya]] dari rangkaian [[Kali Parit Agung]].
 
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De regent van Toeloengagoeng met gevolg geportretteerd voor een audiëntievertrek TMnr 60042751.jpg|jmpl|300px|[[BupatiWalikota]] [[Tulungagung]] dan para pengikutnya ([[1880]]-[[1920]])]]
<!--- PERHATIAN !!! Kepada: Siapa pun yang mengedit bagian ini. Pesan: Tolong jangan mengedit sembarangan, terima kasih. Pastikan sumber Anda benar terlebih dulu, ini versi buku [[Babad Tulungagung]] yang ada di [[Perpusda Tulungagung]] --->
 
Pada tahun [[1205]] M, masyarakat [[Thani Lawadan]] di selatan [[Tulungagung]], mendapatkan penghargaan dari [[Raja Daha]] terakhir, [[Kertajaya]], atas kesetiaan mereka kepada [[Raja Kertajaya]] ketika terjadi serangan musuh dari timur [[Daha]]. Penghargaan tersebut tercatat dalam Prasasti Lawadan dengan candra sengkala "Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa" yang menunjuk tanggal 18 November 1205 M. Tanggal keluarnya prasasti tersebut akhirnya dijadikan sebagai hari jadi Kabupaten Tulungagung sejak tahun 2003.
 
Di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, terdapat [[Candi Gayatri]]. Candi ini adalah tempat untuk mencandikan [[Gayatri]] (Sri Rajapatni), istri keempat Raja Majapahit yang pertama, [[Raden Wijaya]] (Kertarajasa Jayawardhana), dan merupakan ibu dari Ratu Majapahit ketiga, [[Sri Gitarja]] (Tribhuwanatunggadewi), sekaligus nenek dari [[Hayam Wuruk]] (Rajasanegara), raja yang memerintah [[Kerajaan Majapahit]] pada masa keemasannya. Nama Boyolangu itu sendiri tercantum dalam Kitab [[Nagarakertagama]] yang menyebutkan nama '''Bayalangu'''/Bhayalango (bhaya = bahaya, alang = penghalang) sebagai tempat untuk menyucikan dia. Berikut ini adalah kutipan Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh [[Mpu Prapanca]] dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia: