Tarekat Qadiriyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perubahan kosmetik tanda baca |
Penambahan konten Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 9:
Tarekat Qodiriyah ini dikenal luwes. Yaitu bila murid sudah mencapai derajat syeikh, maka murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya. Bahkan dia berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya. Hal itu seperti tampak pada ungkapan Abdul Qadir Jaelani sendiri, ''"Bahwa murid yang sudah mencapai derajat gurunya, maka dia jadi mandiri sebagai syeikh dan [[Allah]]-lah yang menjadi walinya untuk seterusnya."''
Mungkin karena keluwesannya tersebut, sehingga terdapat puluhan tarekat yang masuk dalam kategori Qidiriyah di dunia [[Islam]]. Seperti [[Tarekat Banawa|Banawa]] yang berkembang pada [[abad ke-19]], [[Tarekat Ghawtsiyah|Ghawtsiyah]] ([[1517]]), [[Tarekat Junaidiyah|Junaidiyah]] ([[1515]] M), [[Tarekat Kamaliyah|Kamaliyah]] ([[1584]] M), dan lain-lain, semuanya berasal dari India. Di Turki terdapat [[tarekat Hindiyah]], [[Tarekat Khulusiyah|Khulusiyah]],dal lain-lain. Dan di [[Yaman]] ada [[tarekat Ahdaliyah]], [[Tarekat Asadiyah|Asadiyah]], [[Tarekat Mushariyyah|Mushariyyah]]. Sedangkan di Afrika di antaranya terdapat [[tarekat Ammariyah]], [[Tarekat Bakka'iyah]], dan di Indonesia [[Tarekat Haqqullahiyah]] dengan pendirinya Syeikh Rahmatur Ruhhalinsan Assirr, dan lain sebagainya.
[[Di Indonesia]], pencabangan tarekat Qodiriyah ini secara khusus oleh [[Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi]] digabungkan dengan tarekat Naqsyabandiyah menjadi [[tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah]] . Kemudian garis salsilahnya yang salah satunya melalui Syaikh Abdul Karim Tanara Al-Bantani berkembang pesat di seluruh Indonesia.
|