Roket: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Sejarah roket: Penambahan pranala Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
→Deskripsi: Penambahan pranala Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
||
Baris 81:
Teknologi roket pertama kali dikenal di Eropa ketika pasukan Mongol di bawah pimpinan Jenghis Khan menaklukkan sebagian dari Rusia, Eropa Timur, dan Eropa Tengah. Pada waktu itu, pasukan Mongol telah mengenal teknologi roket setelah mengalahkan Tiongkok bagian utara, dan merekrut para pekerja roket di sana sebagai tentara bayaran.
Penyebaran roket ke Eropa juga dipengaruhi oleh [[Turki Ottoman]], ketika mereka mengepung [[Konstantinopel]] pada tahun 1453, meski Ottoman sendiri dipengaruhi oleh invasi Mongol beberapa abad sebelumnya. Memasuki abad ke-15, roket juga mulai menyebar ke Korea.
Pada akhir abad ke-18, roket juga digunakan oleh pasukan India ketika berperang melawan Inggris. Kemudian, Inggris yang baru mengenal teknologi itu mengambil serta mengembangkannya lebih lanjut pada abad ke-19. Dari situ, penggunaan roket dalam militer pun merebak ke seluruh Eropa. Cahaya merah roket ketika melesat bahkan memberi inspirasi kepada lagu kebangsaan Amerika, The Star-Spangled Banner.
Baris 93:
Setelah [[Perang Dunia II]] selesai, von Braun pindah ke Amerika dan menjadi salah satu tokoh NASA.
Roket pada dasarnya adalah mesin untuk alat transportasi seperti [[mesin jet]], [[diesel]], dan lain-lain. Tapi, berbeda dengan mesin transportasi lain, roket bersifat 'anaerob'. Untuk melakukan pembakaran bahan bakar ia membawa oksigen sendiri, sehingga praktis tak membutuhkan oksigen dari luar. Karenanya, roket dapat digunakan sebagai mesin transportasi ke ruang angkasa yang tak beroksigen.
Roket memiliki daya angkut yang luar biasa. Ariane 5, misalnya, dapat menerbangkan 68 orang yang masing-masingnya berbobot 100 kg ke orbit geostasioner. Kecepatan roket juga luar biasa, bisa melewati kecepatan suara, kendati ketika meninggalkan landasan kecepatannya kelihatan rendah. Bila pada detik pertama kecepatannya hanya 12 meter per detik misalnya, maka pada tahap berikutnya roket dapat melaju dengan kecepatan kelipatannya: 24 m/detik, 48 meter per detik, dan begitu seterusnya.
Baris 99:
Pada umumnya, roket terdiri dari tiga bagian. Bagian pembawa muatan, pengendali, dan bagian mesin. Bagian pembawa muatan berfungsi untuk mengangkut barang—satelit, objek lainnya, hingga bahan peledak. Bagian pengendali merupakan bagian di mana terdapat peranti untuk mengendalikan roket. Dan, bagian mesin, merupakan bagian di mana terdapat mesin serta bahan bakar roket. Sebagai catatan, mesin roket ini terbagi dalam dua kelompok, tergantung dari jenis bahan bakarnya: cair dan padat.
Menurut catatan, roket telah digunakan sejak lama, mulai sekitar tahun 1232, di Tiongkok. Akan tetapi ketika itu mesin roket masih sangat sederhana—berbentuk seperti peluru dan berbahan bakar padat (tak berbeda dengan mercon roket). Mesin roket yang lebih komplek baru diketemukan berabad-abad setelahnya, tahun 1926, oleh periset AS, [[Robert H. Goddart]]. Sejak ini, penelitian mengenai roket—cair maupun padat—kian marak. Sebagian ditujukan untuk mesin perang, sebagian lagi untuk alat angkut ke angkasa luar. Roket yang paling terkenal pada saat ini, misalnya, [[Long March]] (Tiongkok), [[Delta]], [[Atlas]] dan [[Titan]] (AS), [[Ariane]] (Eropa), dan [[Proton]] (Rusia).
Indonesia juga telah melangkah ke dunia peroketan. Kita pernah punya roket RX (Rocket Experiment) 150/150, sebuah roket berbahan bakar padat dan terdiri dari dua tingkat. Selain itu, sebanyak 50 buah Roket R-Han 122 produksi Indonesia, berhasil diujicobakan dengan ditembakkan ke sasaran di udara di Pusat Latihan Tempur TNI AD Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatra Selatan, Rabu (28/3) lalu.
|