Erotisisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''ErotismeErotikisme''' adalah suatu [[estetika]] yang terfokus padamemanfaatkan [[keinginandorongan seksual]], khususnyasebagai kajiannya. Dorongan seksual yang dimaksud adalah perasaan yang timbul ketikayang seseorangmembuat mengantisipasiorang aktivitassiap beraktivitas seksual. Ini bukanlah sekadar menggambarkan keadaan terangsanterangsang dan/atau antisipasi (melayani rangsangan), melainkan upayamencakup melaluipula segala bentuk upaya atau bentuk representasi untuk membangkitkan perasaan-perasaan tersebut.
 
Kata "erotisme"ini berasal dari nama dewa cinta [[mitologi Yunani]] yaitu [[Eros]]. Perasaan ini dipahami sebagai cinta kasih sensual atau dorongan seksual manusia ([[libido]]). Para filsuf dan teolog membeda-bedakan tiga jenis cinta kasih: eros, filia, dan agape. Dari ketiganya, eros dianggap yang paling egosentrik, yang terpusat pada pementingan diri pribadi.
 
Banyak orang sulit membedakan erotikisme dari [[pornografi]] terutama karena erotikisme berpotensi memunculkan hubungan subjek-objek, dengan objek menjadi sasaran dorongan seksual subjek (bentuk yang ekstrem adalah [[pemerkosaan]]). Akibat hal ini, banyak orang yang menentang segala ekspresi erotikisme atas dasar perlindungan terhadap objek atau karena latar belakang budaya menganggap bahwa memiliki dorongan seksual bukanlah tindakan yang disetujui. Pembela erotikisme, sebaliknya, beranggapan bahwa potensi bukanlah kenyataan dan tidak seharusnya dianggap sebagai kenyataan, karena fokus apresiasi seharusnya pada aspek estetika, bukan pada dorongan seksualnya (sebagaimana pada pornografi).
 
Kata "erotisme" berasal dari nama dewa cinta Yunani yaitu [[Eros]]. Perasaan ini dipahami sebagai cinta kasih sensual atau dorongan seksual manusia ([[libido]]). Para filsuf dan teolog membeda-bedakan tiga jenis cinta kasih: eros, filia, dan agape. Dari ketiganya, eros dianggap yang paling egosentrik, yang terpusat pada pementingan diri pribadi.
<!--Ancient Greek philosophy’s overturning of mythology defines in many ways our understanding of the heightened aesthetic sense in eroticism and the question of sexuality. [[Eros]] was after all the primordial god of unhinged sexual desire in addition to homoeroticism. In the Platonic ordered system of ideal forms, eros corresponds to the subject's yearning for ideal beauty and finality. It is the harmonious unification not only between bodies, but between knowledge and pleasure. Eros takes an almost transcendent manifestation when the subject seeks to go beyond itself and form a communion with the objectival other. This corresponds to attaining orgasm in erotic love-making.