Soeharto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan ZDN MOHAMMED (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Gervant of Shiganshina
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Ahmad.baddawi (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 132:
Pada [[1 Maret]] [[1949]], ia ikut serta dalam [[Serangan Umum 1 Maret|serangan umum]] yang berhasil menduduki [[Kota Yogyakarta]] selama enam jam. Inisiatif itu muncul atas saran [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]] kepada [[Soedirman|Panglima Besar Soedirman]] bahwa Brigade X pimpinan Letkol Soeharto segera melakukan serangan umum di [[Yogyakarta]] dan menduduki kota itu selama enam jam untuk membuktikan bahwa [[Republik Indonesia]] (RI) masih ada.
 
Pada usia sekitar 32 tahun, tugasnya dipindahkan ke Markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel (1 Maret [[1953]]). Pada [[3 Juni]] [[1956]], ia diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV /Diponegoro di Semarang. Dari Kepala Staf, ia diangkat sebagai pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV /Diponegoro. Pada 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi [[kolonel]].
 
Lembaran hitam juga sempat mewarnai perjalanan kemiliterannya. Ia pernah dipecat oleh Jenderal [[Nasution]] sebagai Pangdam Diponegoro. Peristiwa pemecatan pada [[17 Oktober]] [[1959]] tersebut akibat ulahnya yang diketahui menggunakan institusi militernya untuk meminta uang dari perusahaan-perusahan di [[Jawa Tengah]]. Kasusnya hampir dibawa ke pengadilan militer oleh Kolonel [[Ahmad Yani]]{{fact}}. Atas saran Jenderal [[Gatot SubrotoSoebroto]] saat itu, dia dibebaskan dan dipindahkan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat ([[Seskoad]]) di [[Bandung]], [[Jawa Barat]]. Pada usia 38 tahun, ia mengikuti kursus C SSKAD (Sekolah Staf dan Komando AD) di [[Bandung]] dan pangkatnya dinaikkan menjadi brigadir jenderal pada [[1 Januari]] [[1960]]. Kemudian, dia diangkat sebagai Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat di usia 39 tahun.
 
Pada [[1 Oktober]] [[1961]], jabatan rangkap sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD) yang telah diembannya ketika berusia 40 tahun bertambah dengan jabatan barunya sebagai Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD). Pada tahun 1961 tersebut, ia juga mendapatkan tugas sebagai Atase Militer Republik Indonesia di [[Beograd]] ([[Yugoslavia]]), [[Paris]] ([[Perancis]]), dan [[Bonn]] ([[Jerman Barat]]). Di usia 41 tahun, pangkatnya dinaikkan menjadi mayor jenderal ([[1 Januari]] [[1962]]) dan menjadi Panglima [[Komando Mandala]] [[Pembebasan Irian Barat]] dan merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar. Sekembalinya dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat menjadi mayor jenderal, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal [[A.H.Abdul Haris Nasution]].

Di pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965.
 
Sekitar setahun kemudian, tepatnya, [[2 Januari]] [[1962]], Brigadir Jenderal Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Mayor Jenderal Soeharto dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat dan segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan ormas-ormasnya. Setelah diangkat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada [[1 Mei]] [[1963]], ia membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) untuk mengimbangi G-30-S yang berkecamuk pada [[1 Oktober]] 1965. Dua hari kemudian, tepatnya [[3 Oktober]] 1965, Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Kopkamtib. Jabatan ini memberikan wewenang besar untuk melakukan pembersihan terhadap orang-orang yang dituduh sebagai pelaku G-30-S/PKI.