Pornografi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Baris 81:
Sejumlah relief dan arca di Jawa dan Bali menggambarkan adegan erotisme, ketelanjangan, atau alat kelamin, meskipun tafsir sejarah umumnya tidak mengaitkan dengn motif pornografi namun sebagai sarana edukasi (seperti pada relief di tingkat Karmawibhangga di Candi Borobudur) atau memiliki aspek ritual.
 
Bahan pornografi barat diperkirakan telah masuk ke [[Nusantara]] paling lambat pada abad ke-1817, dibawa oleh pedagang-pedagang dari [[PortugalBelanda]] sertakarena [[Belanda]]ketidaktahuan pedagang masa itu mengenai selera warga setempat.<ref>Ijzerman TentuW. saja1926. secaraHollandsche sembunyi-sembunyiprenten als handelartikel te Patani in 1602. cit. Vlekke B. 2008. Nusantara:Sejarah Indonesia. KPG Gramedia.</ref>
Resminya pornografi di Indonesia ilegal, namun penegakan hukum sangat lemah dan interpretasinya pun tidak sama dari zaman ke zaman. Pada [[1929]] diputar di Jakarta film ''[[Resia Boroboedoer]]'' yang menampilkan untuk pertama kalinya adegan ciuman dan kostum renang. Film ini dikecam oleh pengamat budaya [[Kwee Tek Hoay]] yang menganggapnya tidak pantas ditonton.