Pengguna:Alamnirvana/Pangeran Putra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Baris 138:
Sejak jatuhnya Succadana, semua tempat lain di sepanjang muara berbagai sungai di pantai barat, dan khususnya di embun Manusia, juga telah ditinggalkan oleh penduduknya. Golongan laki-laki yang tadinya menangkap ikan dan berdagang itu sekarang jatuh ke dalam pembajakan, dan karena tanah itu tidak berpenghuni di sepanjang pantai, sejumlah perampok asing menetap di sana, membuat kesamaan dengan orang-orang Matan dan sering dipelihara dan dibantu oleh Pangeran sendiri. The Sultan of Sambas, Pontianak dan Matan perampok ini sering dipanggil untuk membantu perang mereka dan menerima mereka sebagai bayaran. Dengan demikian, akhirnya para Pangeran dan bangsa jatuh ke dalam kondisi yang tidak menguntungkan yang sama buruknya bagi mereka seperti halnya perdagangan, terutama di Jawa, dan membahayakan kehidupan dan kebebasan semua bangsa yang mengarungi lautan ini, sampai akhirnya. pembentukan pemerintah kita di pantai ini telah menghasilkan perubahan yang menguntungkan di dalamnya.
 
== Riwayat Raden Saradewa dan Pangeran Putra dalam Hikayat Banjar ==
 
Raja Kotawaringin Ratu Bagawan Pangeran Dipati Anta-Kasuma telah membuat perhubungan dengan seorang Pangeran dari Matan, putera dari '''Ratu Bagus Sukadana'''/'''Ratu Mas Jaintan'''/'''Putri Bunku''' dan '''Dipati Sukadana'''/'''Penembahan Giri Kusuma''' dari [[Kerajaan Tanjungpura|Kerajaan Sukadana/Tanjungpura]], Raja Matan Sukadana, yaitu '''Moerong Giri Moestapha''' <ref name="Pijnappel"/> (= '''Sultan Muhammad Syafiuddin''' 1623/7-1677) atau di dalam Hikayat Banjar disebut '''Raden Saradewa''' <ref name="hikayat banjar"/> yang telah meminang puteri Pangeran Dipati Anta-Kasuma yaitu Putri Gelang (= Dayang Gilang) untuk dirinya . Baginda dianugerahkan daerah Jelai yang sebelumnya telah ditaklukan oleh Kotawaringin sebagai hadiah perkawinan. Perkawinan tersebut dilaksanakan di Martapura. Dengan adanya perkawinan tersebut maka Marhum Panembahan (Sultan Banjar IV) mengatakan bahwa Dipati Sukadana tidak perlu lagi mengirim upeti setiap tahun seperti zaman dahulu kala kepadanya karena sudah diberikan kepada cucunya Putri Gelang dan jikakalau ia beranak sampai ke anak cucunya. Selepas itu Dipati Ngganding diperintahkan diam di Kotawaringin. Putri Gelang wafat setelah 40 hari melahirkan puteranya. Raden Saradewa pulang ke Sukadana, sedangkan bayi yang dilahirkan Putri Gelang kemudian tinggal dengan Pangeran Dipati Anta-Kasuma di [[Martapura]] kemudian dinamai '''Raden Buyut Kasuma Matan'''/'''Pangeran Putra''' (= ayah Sultan Muhammad Zainuddin I?) oleh Marhum Panembahan, yang merupakan salah satu dari tiga cicitnya yang diberi nama ''buyut'', karena ketika itulah Marhum Panembahan pertama kali memiliki tiga orang [[cicit]], yang dalam [[bahasa Banjar]] disebut ''buyut''. Raden Buyut Kasuma Matan saudara sepersusuan dengan Raden Buyut Kasuma Banjar putera Raden Kasuma Taruna (= Pangeran Dipati Kasuma Mandura)<ref name="Pijnappel">J. Pijnappel Gzn; Beschrijving van het Westeli jike gedeelte van de Zuid-en Ooster-afdeeling van Borneo (disimpul daripada empat laporan oleh Von Gaffron, 1953, BK 17 (1860), hlm 267 ff.</ref><ref name="hikayat banjar">{{cite book
Baris 181:
}}
 
{{cquote| Maka tersebut perkataan Ratu Agung memerintahkan kerajaan Martapura sudah tujuh tahun lamanya maka menyuruhkan Pangeran Dipati Kasuma Mandura maambili ratuRatu Kota Waringin. Maka Pangeran Dipati Kasuma Mandura pun pergilah, serta Raden Buyut Kasuma Banjar pun lompat jua, ke Kota Waringin, Raden Padjang pun pergi jua ke Kota Waringin. Maka Pangeran Kasuma Mandura pun sampailah ke Kota Waringin. Maka Pangeran Kasuma Mandura pun menghadap kepada Ratu Kota Waringin. Maka kata Pangeran Kasuma Mandura: "Ulun diandikakan raka sampian maambili sampian ke Martapura." Maka kata Ratu Kota Waringin: " Aku pun sudah dendaman jua kayah Ratu Agung, sudah lawas berpisah. Akan tetapi aku lagi kedatangan suruhan Raden Saradewa maambili Si Buyut Kasuma Matan ke Sukadana. Baiklah ikam mahadangi - maka yang disuruh maambili itu ialah ini namanya Mas Panganten dengan Aria Sami - ; ini kita melapaskan Buyut Kasuma Matan ke Sukadana, inilah kita pergi ke Banjar." Maka Raden Buyut Kasuma Banjar itu digelar Ratu Kota Waringin '''Pangeran Putra'''. Maka Raden Buyut Kasuma Matan ke Sukadana sampai sekarang ini. Sudah itu ratuRatu Kota Waringin berlengkaplah dengan Pangeran Dipati Kasuma Mandura.
}}